Jerman di Ambang Resesi, Kurs Euro Melempem

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
13 November 2019 20:18
Hasil survei Reuters menunjukkan pertumbuhan ekonomi Jerman di kuartal III-2019 diprediksi berkontraksi 0,1%
Foto: euro (REUTERS/Heinz-Peter Bader)
Jakarta, CNBC Indonesia - Kurs euro tertahan di level terlemah dalam satu bulan terakhir melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Rabu (13/11/19), sehari jelang rilis data pertumbuhan ekonomi Jerman. Pada pukul 19:39 WIB, euro melemah 0,05% ke level US$ 1,1001 di pasar spot, melansir data Refinitiv.

Hasil survei Reuters menunjukkan pertumbuhan ekonomi Jerman di kuartal III-2019 diprediksi berkontraksi 0,1%, sama dengan kontraksi yang dialami kuartal sebelumnya. Ini berarti Negeri Panser akan mengalami resesi untuk pertama kalinya sejak tahun 2013.



Jerman merupakan negara dengan nilai ekonomi terbesar di Eropa. Ketika raksasa ekonomi Benua Biru sedang lesu, tentunya akan berdampak buruk bagi negara-negara lainnya. Pertumbuhan ekonomi Eropa pun diramal akan menurun drastis.



Dana Moneter International (International Monetary Fund/IMF) memprediksi perekonomian Eropa hanya tumbuh 1,4% di tahun ini, turun jauh dibandingkan dengan tahun lalu yang mencapai 2,3%.

Sementara itu, Komisi Eropa pada pekan lalu kembali menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi zona euro, yang terdiri dari 19 negara, menjadi 1,1%, dibandingkan prediksi yang diberikan pada bulan Mei sebesar 1,2%.

Akibat melambatnya pertumbuhan ekonomi, European Central Bank (ECB) sampai harus memangkas suku bunga dan mengaktifkan kembali program pembelian aset (obligasi dan surat berharga) alias quantitative easing (QE).



Pada 12 September lalu, ECB memangkas suku bunga deposito (deposit facility) sebesar 10 basis poin (bps) menjadi -0,5%, sementara main refinancing facility tetap sebesar 0% dan suku bunga pinjaman (lending facility) juga tetap sebesar 0,25%.

Program pembelian aset senilai 20 miliar euro per bulan sudah dimulai 1 November lalu. Berdasarkan rilis ECB bulan September lalu, QE kali ini tanpa batas waktu, artinya akan terus dilakukan selama dibutuhkan untuk memberikan stimulus bagi perekonomian zona euro. Hal ini juga menjadi salah satu penyebab melemahnya euro.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap) Next Article Jadi Korban Keganasan Dolar AS, Euro Anjlok 2% Lebih

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular