
Konsensus: Inflasi Oktober Masih 'Aman', Cuma 0,12%

Laju inflasi yang 'aman' ini membuka ruang bagi MH Thamrin untuk kembali melonggarkan kebijakan moneter. Sejak awal tahun, suku bunga acuan memang sudah turun empat kali, tetapi tetap ada peluang untuk dipangkas setidaknya sekali lagi.
"Data inflasi mendukung agenda BI untuk menerapkan kebijakan moneter akomodatif. Ditambah dengan posisi The Fed (The Federal Reserve, Bank Sentral Amerika Serikat) yang juga dovish, neraca perdagangan yang membaik, Neraca Pembayaran yang sehat, dan kurs rupiah yang stabil, kami melihat ada ruang penurunan BI 7 Day Reverse Repo Rate 25 bps (basis poin) lagi menjadi 4,75%," papar Andry.
Baca: Sudah 1% Turunkan Bunga Acuan, Masih Mungkin Lagi Pak Perry?
Masyita Crystallin, Kepala Ekonom DBS Indonesia, juga memberikan pendapat serupa. Menurutnya, Indonesia punya kebutuhan untuk memacu pertumbuhan ekonomi lebih cepat agar bisa naik kelas menjadi negara berpendapatan tinggi.
Dengan permintaan domestik yang stabil, lanjut Masyita, Indonesia dapat dengan mudah mencapai pertumbuhan ekonomi di sekitar 5%. Namun yang menjadi tantangan adalah meningkatkan potensi pertumbuhan ke level 6%.
"Dengan kondisi pertumbuhan ekonomi yang lebih lambat, inflasi yang stabil, dan nilai tukar rupiah yang relatif stabil, BI memiliki lebih banyak ruang untuk memangkas suku bunga kebijakan lebih lanjut untuk mendukung pertumbuhan. Kami melihat adanya kemungkinan penurunan suku bunga lanjutan sebesar 25 bps pada kuartal IV-2019," sebut Masyita.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)