
Newsletter
Sentimen Masih Campur Aduk, Ke Mana Arah IHSG Hari Ini?
Tirta Citradi, CNBC Indonesia
16 October 2019 06:50

Washington akan mulai menerapkan bea masuk 10% untuk pesawat Airbus dan 25% untuk produk-produk seperti anggur (wine), scotch, wiski serta keju dari benua biru. Bea masuk ini akan berlaku 18 Oktober. Walau tindakan AS sudah sesuai dengan WTO, bukan tidak mungkin bahwa tindakan tersebut memicu serangkaian tindakan balasan dari Uni Eropa.
Investor sangat perlu memantau perkembangan dari perang dagang ini karena sewaktu-waktu dapat kembali meletup dan membuat goyah pasar keuangan yang berakibat pada volatilitas harga aset seperti yang sudah sudah.
Ketiga, investor juga perlu kembali memantau poros Eropa terkait kasus perceraian Negara Ratu Elizabeth dengan Uni Eropa atau lebih sering dikenal dengan Brexit. Kabar adanya deal Brexit datang dari sikap optimistis negosiator Uni Eropa, Michel Barnier.
"Tim kami sedang bekerja keras, pekerjaan dimulai lagi hari ini, perundingan ini sangat intens di akhir pekan lalu, juga kemarin, karena kesepakatan semakin sulit, semakin dan semakin sulit, tetapi terus terang, masih mungkin tercapai di pekan ini" kata Barnier sebagaimana dilansir CNBC International.
Keempat, investor perlu mencermati sentimen yang berasal dari dalam negeri yaitu terkait dengan sentimen neraca dagang. Secara tak terduga neraca dagang RI malah mengalami defisit sebesar US$ 160 juta pada September 2019 jauh di bawah konsensus yang memperkirakan adanya surplus sebesar US$ 100 juta.
Kepala BPS Suhariyanto mengungkapkan nilai ekspor tercatat mencapai US$ 14,1 miliar. "Terjadi penurunan lumayan tajam 5,74% secara year on year," kata Suhariyanto di Gedung BPS, Selasa (15/10/2019) Penurunan ekspor dikarenakan terjadi penurunan di non-migas dan migas. Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan ekspor September 2019 terkontraksi alias negatif 6,1% year-on-year (YoY).
Sementara impor diperkirakan mengalami kontraksi 4,5% YoY dan neraca perdagangan surplus US$ 104,2 juta. Sementara nilai impor pada September 2019 mencapai US$ 14,26 miliar turun 2,41% secara year on year.
Secara keseluruhan sentimen masih campur aduk, kabar cukup melegakan datang dari bursa Wall Street, technical rebound IHSG serta adanya secercah harapan bahwa proses lepasnya Inggris dari Uni Eropa dapat berjalan mulus.
Namun sentimen negatif justru datang dari dalam negeri setelah Badan Pusat Statistik merilis data neraca dagang RI bulan September yang defisit. Optimisme IHSG berpeluang kembali menguat walau tipis masih ada sejauh ini.
BERLANJUT KE HALAMAN 5 >> (twg/twg)
Investor sangat perlu memantau perkembangan dari perang dagang ini karena sewaktu-waktu dapat kembali meletup dan membuat goyah pasar keuangan yang berakibat pada volatilitas harga aset seperti yang sudah sudah.
Ketiga, investor juga perlu kembali memantau poros Eropa terkait kasus perceraian Negara Ratu Elizabeth dengan Uni Eropa atau lebih sering dikenal dengan Brexit. Kabar adanya deal Brexit datang dari sikap optimistis negosiator Uni Eropa, Michel Barnier.
"Tim kami sedang bekerja keras, pekerjaan dimulai lagi hari ini, perundingan ini sangat intens di akhir pekan lalu, juga kemarin, karena kesepakatan semakin sulit, semakin dan semakin sulit, tetapi terus terang, masih mungkin tercapai di pekan ini" kata Barnier sebagaimana dilansir CNBC International.
Keempat, investor perlu mencermati sentimen yang berasal dari dalam negeri yaitu terkait dengan sentimen neraca dagang. Secara tak terduga neraca dagang RI malah mengalami defisit sebesar US$ 160 juta pada September 2019 jauh di bawah konsensus yang memperkirakan adanya surplus sebesar US$ 100 juta.
Kepala BPS Suhariyanto mengungkapkan nilai ekspor tercatat mencapai US$ 14,1 miliar. "Terjadi penurunan lumayan tajam 5,74% secara year on year," kata Suhariyanto di Gedung BPS, Selasa (15/10/2019) Penurunan ekspor dikarenakan terjadi penurunan di non-migas dan migas. Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan ekspor September 2019 terkontraksi alias negatif 6,1% year-on-year (YoY).
Sementara impor diperkirakan mengalami kontraksi 4,5% YoY dan neraca perdagangan surplus US$ 104,2 juta. Sementara nilai impor pada September 2019 mencapai US$ 14,26 miliar turun 2,41% secara year on year.
Secara keseluruhan sentimen masih campur aduk, kabar cukup melegakan datang dari bursa Wall Street, technical rebound IHSG serta adanya secercah harapan bahwa proses lepasnya Inggris dari Uni Eropa dapat berjalan mulus.
Namun sentimen negatif justru datang dari dalam negeri setelah Badan Pusat Statistik merilis data neraca dagang RI bulan September yang defisit. Optimisme IHSG berpeluang kembali menguat walau tipis masih ada sejauh ini.
BERLANJUT KE HALAMAN 5 >> (twg/twg)
Next Page
Simak Agenda dan Data Berikut Ini
Pages
Most Popular