
Polling CNBC Indonesia
Neraca Dagang September Diramal Surplus, Tapi Wajib Waspada!
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
14 October 2019 12:03

Jakarta, CNBC Indonesia - Kinerja perdagangan internasional Indonesia diperkirakan membaik pada September. Surplus neraca perdagangan September diperkirakan lebih baik ketimbang bulan sebelumnya.
Badan Pusat Statistik (BPS) dijadwalkan merilis data perdagangan internasional periode September esok hari. Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan ekspor terkontraksi alias negatif 6,1% year-on-year (YoY). Sementara impor diperkirakan mengalami kontraksi 4,5% YoY dan neraca perdagangan surplus US$ 104,2 juta.
Jika realisasinya sesuai dengan ekspektasi, maka kinerja perdagangan bakal membaik dibandingkan Agustus. Kala itu, ekspor terkontraksi 9,99%, impor turun 15,6%, dan neraca perdagangan surplus tipis US$ 85,1 juta.
Baca: Neraca Dagang Agustus 2019 Surplus Tipis US$ 80 Juta
"Kami memperkirakan surplus perdagangan akan melebar karena faktor musiman di sisi migas. Selain itu, impor mesin juga menurun," kata Helmi Arman, Ekonom Citi.
Pada September, memang biasanya harga minyak cenderung turun. Sebab bumi belahan utara (northern hemisphere) sedang mengalami musim gugur, cuaca tidak terlalu panas dan tidak terlalu dingin.
Iklim yang santai ini membuat kebutuhan pendingin atau penghangat ruangan tidak terlalu besar. Akibatnya, permintaan sumber energi menurun sehingga harga minyak ikut bergerak ke selatan.
(BERLANJUT KE HALAMAN 2)
Badan Pusat Statistik (BPS) dijadwalkan merilis data perdagangan internasional periode September esok hari. Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan ekspor terkontraksi alias negatif 6,1% year-on-year (YoY). Sementara impor diperkirakan mengalami kontraksi 4,5% YoY dan neraca perdagangan surplus US$ 104,2 juta.
Institusi | Pertumbuhan Ekspor (%YoY) | Pertumbuhan Impor (%YoY) | Neraca Perdagangan (US$ Juta) |
CIMB Niaga | -5.5 | -4.2 | 100 |
ING | -0.8 | 2.7 | -198.9 |
Moody's Analytics | - | - | 300 |
Bank Permata | -5.84 | -3.48 | -49.13 |
Barclays | -6.5 | -5.5 | 190 |
Danareksa Research Institute | -2.5 | -1.2 | 108.4 |
Standard Chartered | -6.1 | -5 | 133 |
BCA | -7.6 | -4.5 | -163 |
Bahana Sekuritas | -4.82 | -1.23 | -225 |
Maybank Indonesia | -6.12 | -4.89 | 115 |
Bank Danamon | -10.62 | -8.02 | -99 |
Citi | -12.8 | -12.2 | 186 |
MEDIAN | -6.1 | -4.5 | 104.2 |
Jika realisasinya sesuai dengan ekspektasi, maka kinerja perdagangan bakal membaik dibandingkan Agustus. Kala itu, ekspor terkontraksi 9,99%, impor turun 15,6%, dan neraca perdagangan surplus tipis US$ 85,1 juta.
Baca: Neraca Dagang Agustus 2019 Surplus Tipis US$ 80 Juta
"Kami memperkirakan surplus perdagangan akan melebar karena faktor musiman di sisi migas. Selain itu, impor mesin juga menurun," kata Helmi Arman, Ekonom Citi.
Pada September, memang biasanya harga minyak cenderung turun. Sebab bumi belahan utara (northern hemisphere) sedang mengalami musim gugur, cuaca tidak terlalu panas dan tidak terlalu dingin.
Iklim yang santai ini membuat kebutuhan pendingin atau penghangat ruangan tidak terlalu besar. Akibatnya, permintaan sumber energi menurun sehingga harga minyak ikut bergerak ke selatan.
(BERLANJUT KE HALAMAN 2)
Next Page
Ekspor Masih Saja Negatif
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular