Newsletter

Duet Maut Perang Dagang dan Resesi Masih Menghantui

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
04 October 2019 05:18
Cermati Sentimen Penggerak Pasar Hari Ini (2)
Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Sentimen ketiga adalah perkembangan perang dagang AS vs Uni Eropa. Washington akan mulai menerapkan bea masuk 10% untuk pesawat Airbus dan 25% untuk produk-produk seperti anggur (wine), scotch, wiski, serta keju dari Benua Biru. Bea masuk ini berlaku 18 Oktober.

"Akhirnya setelah proses litigasi selama 15 tahun, WTO memutuskan AS berhak untuk menerapkan langkah balasan atas Uni Eropa. Kami bersiap untuk melakukan negosiasi dengan Uni Eropa untuk menyelesaikan masalah ini dalam kerangka kepentingan terbaik bagi para pekerja di AS," kata Robert Lighthizer, Kepala Kantor Perwakilan Dagang AS, dalam keterangan tertulis.

AS menegaskan Uni Eropa tidak boleh membalas dengan ikut-ikutan menerapkan bea masuk. Sebab apa yang dilakukan AS sudah sesuai dengan putusan WTO.

"Tidak ada saling balas di sini. Sesuai dengan aturan WTO, yang kami patuhi, kami berhak melakukan ini dan mereka tidak boleh membalas," tegas Peter Navarro, Penasihat Perdagangan Gedung Putih, seperti diwartakan Reuters.

Namun sudah pasti Eropa tidak akan tinggal diam. Kalau balas mengenakan bea masuk tidak diperbolehkan, maka Eropa akan mencari cara lain untuk 'mengerjai' AS.

"Apabila pemerintah AS menolak tangan yang sudah diulurkan Prancis dan Uni Eropa, maka kami akan menyiapkan sanksi," ungkap Bruno Le Maire, Menteri Keuangan Prancis, seperti diberitakan Reuters.

Perang dagang AS-China belum selesai, sekarang ada AS-Uni Eropa. Kalau semakin banyak negara yang saling hambat, maka arus perdagangan dunia akan macet.

Bank Dunia mencatat pertumbuhan perdagangan global pada kuartal II-2019 terkontraksi alias minus 1,4% year-on-year (YoY). Ini adalah yang terparah sejak krisis ekonomi 2008-2009.

"Belum terlihat adanya momentum positif pada paruh kedua 2019, perlambatan terjadi di mana-mana. Namun yang paling merasakannya adalah negara-negara di Asia Timur dan Pasifik, termasuk China," sebut laporan bulanan Bank Dunia edisi September.

Pertumbuhan ekonomi global sedang dipertaruhkan. Pada kuartal II-2019, Bank Dunia memperkirakan ekonomi global tumbuh 2,4% YoY, jauh di bawah puncak yang terjadi pada kuartal III-2017 yang sebesar 3,5%.

Sentimen keempat, kali ini dari dalam negeri, adalah rilis data Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) September. Bank Indonesia (BI) mencatat IKK terus turun dalam tiga bulan terakhir. Bahkan pada Agustus, IKK yang sebesar 123,1 adalah yang terendah sejak November tahun lalu.

 

Jika IKK melemah lagi, maka bisa menjadi pertanda bahwa optimisme konsumen kian tergerus. Apabila penurunan optimisme ini disertai dengan menahan konsumsi, maka perlambatan ekonomi tidak dapat dihindari.

Sebelumnya, dunia usaha juga sudah terlihat menahan diri. Angka PMI manufaktur Indonesia pada September berada di 49,1. Sudah tiga bulan beruntun PMI manufaktur di bawah 50.


Ketika konsumen dan dunia usaha kompak tidak melakukan ekspansi, maka pertumbuhan ekonomi mustahil digenjot lebih kencang. Pertumbuhan ekonomi 5,3% seperti asumsi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2019 hampir pasti tidak tercapai.

(BERLANJUT KE HALAMAN 5)


(aji/aji)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular