Newsletter

Resesi dan Perang Dagang di Depan Mata, Siapkan Payung Ya...

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
03 October 2019 04:33
Cermati Sentimen Penggerak Pasar Hari Ini (1)
Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Untuk perdagangan hari ini, investor patut mencermati sejumlah sentimen. Pertama tentu sang mood setter yaitu Wall Street yang melemah lumayan dalam. Kalau Wall Street sudah anjlok sedemikian parah, bukan tidak mungkin bursa saham Asia akan mengikuti langkah yang sama.

Kedua adalah risiko resesi yang semakin tinggi di AS. Berdasarkan survei US National Association for Business Economics (NABE) yang melibatkan 226 institusi, 42% responden memperkirakan AS akan mengalami resesi pada Februari 2020.

NABE
 

Artinya kemungkinan resesi di AS bakal terjadi dalam hitungan bulan, bukan lagi tahun. Kalau AS sampai benar-benar resesi, maka perekonomian dunia bakal ikut terseret karena Negeri Adikuasa adalah negara konsumen terbesar di dunia. Saat konsumsi di sana melambat akibat resesi, maka negara lain akan sulit untuk mengharapkan ekspor dan investasi sebagai motor penggerak pertumbuhan ekonomi.

Sentimen ketiga adalah risiko perang dagang AS vs Eropa. Sudah AS-China belum damai juga, kini AS dan Eropa bakal saling hambat dalam hal perdagangan.

Sudah terbukti bahwa perang dagang AS-China membuat perekonomian dunia menjadi tumbal. Rantai pasok global terganggu, perlambatan ekonomi terjadi di mana-mana.

Baca: Singapura, Calon Korban Resesi Berikutnya?

Sekarang masalah bertambah berat dengan bakal hadirnya perang dagang AS-Eropa. Rantai pasok dunia akan semakin rusak, risiko resesi bakal membesar.

Bahkan sejumlah pihak menilai perang dagang AS-Eropa akan lebih parah ketimbang AS-China. Sebab perdagangan AS dengan Benua Biru lebih besar ketimbang dengan China sehingga dampaknya juga akan lebih signifikan.

"Perdagangan AS-Uni Eropa adalah yang paling penting. Ini adalah arus perdagangan terbesar di dunia," kata Florens Hense, Ekonom di Berenberg, seperti diberitakan CNBC International.

Mengutip data Kantor Perwakilan Dagang AS, impor AS dari Uni Eropa bernilai US$ 683,9 miliar pada 2018. Pada tahun yang sama, impor dari China 'hanya' US$ 557,9. Sementara ekspor AS ke Uni Eropa tercatat US$ 574,5 miliar dan ke China adalah US$ 179,2 miliar.

Kalau melihat angka-angka ini, maka dampak friksi dagang AS-Eropa memang lebih besar. Arus perdagangan kedua negara menjadi mengecil akibat pengenaan bea masuk, dan ketika volume perdagangan mengerut maka pertumbuhan ekonomi pun demikian.

(BERLANJUT KE HALAMAN 4)

(aji/aji)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular