
Meski Trump Digoyang, IHSG Bisa Tertolong Window Dressing

Untuk perdagangan hari ini, investor patut mencermati sejumlah sentimen baik dari dalam maupun global. Pertama tentu dari bursa Wall Street yang mengalami koreksi yang dapat mempengaruhi bursa-bursa Asia termasuk IHSG.
Sentimen kedua yakni tren penurunan harga minyak. Pada pukul 06:12 WIB, harga minyak mentah jenis Brent di pasar spot naik tipis 0,03% menjadi US$ 62,38/barrel, sementara minyak Lighsweet yang menjadi patokan AS turun 0,25% menjadi US$ 56,39/barrel.
Turunnya harga minyak khususnya light sweet dikarenakan impeachment yang dialami Presiden Trump dari kubu Demokrat yang menambah ketidakpastian di AS. Sementara Arab Saudi ternyata mampu memulihkan produksi minyaknya lebih cepat dari perkiraan setelah serangan pada kilang mereka.
Berikut pergerakan minyak mentah, khususnya jenis Brent yang menjadi salah satu acuan negara-negara Eropa dan Pemerintah:
Bagi rupiah, penurunan harga minyak menjadi berkah. Pasalnya Indonesia adalah negara net importir minyak, yang mau tidak mau harus mengimpor demi memenuhi kebutuhan dalam negeri.
Sentimen ketiga berasal dari penguatan dolar AS, ada berbagai hal yang membuat investor global kembali memeluk dolar AS seperti perkembangan BREXIT, kondisi negara-negara Eropa yang industri manufakturnya turun pertanda perekonomiannya yang kurang bergairah, dsb.
"Meskipun tidak ada alasan tunggal untuk menjelaskan kekuatan dolar, banyak faktor yang berperan," kata Hussein Sayed, analis di broker FXTM.
"Inggris menghadapi krisis politik dengan Brexit, zona euro dekat resesi, imbal hasil obligasi di negara maju tetap sangat tertekan, dan investor menginginkan tempat yang aman untuk memarkir uang mereka," katanya.
"Terlepas dari drama impeachment, dolar AS terus menguatkan tempatnya sebagai mata uang safe haven utama," tambahnya.
BERLANJUT KE HAL 4 >>>>