Newsletter

Mohon Maaf! Pasar Keuangan Sepertinya Masih Belum Bangkit

Yazid Muamar, CNBC Indonesia
25 September 2019 07:13
Mohon Maaf! Pasar Keuangan Sepertinya Masih Belum Bangkit
Foto: Demo Mahasiswa di Gedung DPR (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar keuangan Indonesia pada perdagangan kemarin Selasa (24/9/2019) mengalami pelemahan. Pasar saham anjlok, rupiah melemah, dan pasar obligasi rata-rata mengalami koreksi harga.

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mendapat ujian yang sebenarnya dengan penurunan 68,5 poin atau 1,1% ke level 6.137. Sementara bursa utama kawasan Asia justru rata-rata menghijau, Hang Seng positif 0,22%, Shanghai Composite naik 0,28%, Kospi terangkat 0,45%, Strait Times terapresiasi 0,39%, dan Nikkei 225 naik 0,09%.

Pelemahan pada IHSG tersebut diikuti aksi jual investor asing yang lumayan besar. Asing kemarin membukukan jual bersih senilai Rp 993 miliar di pasar reguler, dalam sepekan asing bahkan sudah keluar Rp 2,71 triliun dari pasar saham RI.

Tidak hanya di saham, rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) juga merana di penutupan pasar spot. Secara persentase rupiah terkoreksi 0,21% berakhir di level harga Rp 14.110/$AS. Mayoritas mata uang utama Asia kemarin juga melemah.

Pada pasar obligasi pemerintah, imbal hasil (yield) rata-rata mengalami penurunan. Seperti diketahui ada empat seri yang biasanya menjadi acuan para pelaku pasar, yakni: FR0077 bertenor 5 tahun, FR0078 bertenor 10 tahun, FR0068 bertenor 15 tahun, dan FR0079 bertenor 20 tahun.

Seri acuan yang paling terdampak pelemahan yakni FR0077 yang bertenor 5 tahun dengan koreksi yield 8,2 basis poin (bps) menjadi 6,696%. Besaran 100 basis poin ini setara dengan 1%.

Kompaknya pelemahan yang terjadi pada sektor keuangan Indonesia bukan tanpa alasan, Gelombang aksi massa yang terjadi di berbagai kota di Indonesia hingga menimbulkan korban Jiwa di Papua ditengarai menjadi pemicu alasannya.

Mahasiswa dan berbagai elemen masyarakat sipil masih menyuarakan ketidakpuasannya terhadap RUU KUHP, RUU Pertanahan, pelemahan KPK, kebakaran hutan dan lahan, penanganan konflik Papua, dan sebagainya.

Melakukan Demonstrasi adalah hak 'right', tetapi ketika hak tersebut digunakan dengan cara-cara anarkis maka dampaknya akan kurang baik bagi ekonomi, dan mempengaruhi persepsi investor serta "mood" dalam berekspansi menjadi turun karena ketidakpastian dalam berbisnis meningkat.


Next >>>

Bukan hanya di dalam negeri saja yang pasar sahamnya anjlok, bursa saham Negeri Adidaya Amerika Serikat (AS) juga babak belur karena Presiden AS sedang mendapat dorongan pemakzulan dari kongres. Tiga indeks utama dini hari tadi anjlok, Indeks S&P 500 negatif 0,84%, sedangkan Nasdaq Composite anjlok 1,46%, dan Dow Jones Industrial Average (DJIA) amblas 0,53%.

Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Partai Demokrat AS Nancy Pelosi, mengatakan DPR akan melakukan penyelidikan formal apakah Trump harus dimakzulkan, apakah tindakan yang diambil oleh presiden Trump telah serius melanggar Konstitusi.

Trump dicurigai meminta bantuan Ukraina untuk mencoreng saingannya yakni mantan Wakil Presiden AS Joe Biden, sebagai calon presiden yang paling terdepan dari Partai Demokrat untuk Pemilu tahun 2020 mendatang.

Wall Street dalam perdagangan sore waktu setempat memerah setelah Trump, dalam tweet-nya, mengatakan pemerintahannya akan merilis transkrip lengkap pembicaraan dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy yang menjadi pusat kontroversi saat ini.

Dia mengatakan transkrip yang dirilis akan menunjukkan bahwa pembicaraan tersebut "benar-benar tepat," bahwa dia tidak menekan Zelenskiy untuk menyelidiki Biden.

Indeks volatilitas Cboe .VIX yang mengukur risiko meningkat dan menjadi yang tertinggi dalam tiga minggu terakhir. Indeks ritel S&P 500 .SPXRT turun 1,4%, sementara Amazon.com AMZN.O turun 2,4% dan menjadi pemberat utama pada S&P 500 dan Nasdaq.

Indeks utama Wall Street kehilangan pijakan mereka lebih awal, ketika Trump mengambil nada keras tentang praktik perdagangan yang dilakukan China.

Next >>>

Untuk perdagangan hari ini, investor patut mencermati sejumlah sentimen baik dari dalam maupun secara global. Pertama tentu dari bursa Wall Street yang anjlok sehingga berpotensi mempengaruhi bursa-bursa lainnya terutama bursa Asia termasuk IHSG.

Sentimen kedua yakni penurunan harga minyak. Pada pukul 06:27 WIB, harga minyak jenis brent dan light sweet di pasar spot dunia anjlok masing-masing 3,66% menjadi US$ 62,4/barrel dan 3,22% menjadi US$ 56,8/barrel.

Anjloknya harga minyak dikarenakan kritik tajam dari Presiden Trump yang mengatakan China melakukan praktik perdagangan yang tidak adil dalam pidatonya di Majelis Umum PBB, dengan mengatakan bahwa ia tidak akan menerima "kesepakatan buruk" antara Amerika Serikat dan China.

Berikut pergerakan minyak mentah berjenis brent yang menjadi salah satu acuan Pemerintah:

Bagi rupiah, penurunan harga minyak menjadi berkah. Pasalnya Indonesia adalah negara net importir minyak, yang mau tidak mau harus mengimpor demi memenuhi kebutuhan dalam negeri.

Saat harga minyak turun, maka biaya importasinya menjadi lebih murah dan subsidi menurun. Akibatnya, beban di neraca dagang dan transaksi berjalan (current account) akan lebih ringan, sehingga rupiah mempunyai fondasi yang kokoh untuk menguat.

Sentimen ketiga aksi jual asing di pasar saham diperkirakan berlanjut, investor asing kemarin membukukan aksi jual bersih (net sell) hingga Rp 993,94 miliar di pasar reguler bursa. Sedangkan di keseluruhan pasar, yakni pasar negosiasi dan pasar reguler, jumlah net sell yang dicatatkan oleh investor asing sebesar Rp 773,35 miliar.

Pada Selasa (24/9/2019), aksi unjuk rasa mahasiswa semakin membesar di berbagai daerah. Titik fokus masih di depan gedung DPR/MPR, Jakarta. Tidak hanya mahasiswa, sejumlah elemen masyarakat antara lain petani dan buruh pun turut serta.

Berikut adalah peristiwa-peristiwa yang akan terjadi hari ini:

  •          
    •          Bank of Japan (BOJ) – Pidato Masai  (08:30 WIB).
    •          Bank Sentral Eropa (ECB) – Pidato Coeure (03:00 WIB).
    •          Rilis data penjualan rumah baru AS periode Agustus (21:00 WIB).
    •          Bursa Efek Indonesia – IPO emiten berkode NZIA (09:00 WIB).

Berikut sejumlah indikator perekonomian nasional:

Indikator

Tingkat

Pertumbuhan ekonomi (Q2-2019 YoY)

5,05%

Inflasi (Agustus 2019 YoY)

3,49%

BI 7-Day Reverse Repo Rate (Agustus 2019)

5,25%

Defisit anggaran (APBN 2019)

-1,84% PDB

Transaksi berjalan (Q2-2019)

-3,04% PDB

Neraca pembayaran (Q2-2019)

-US$ 1,98 miliar

Cadangan devisa (Agustus 2019)

US$ 126,4 miliar

Untuk mendapatkan informasi seputar data-data pasar, silakan klik di sini.

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular