
Polling CNBC Indonesia
Konsensus: Neraca Perdagangan Agustus Diramal Suplus Tipis
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
13 September 2019 16:59

Dengan surplus perdagangan yang diperkirakan terjadi pada Agustus, transaksi berjalan (current account) Indonesia diperkirakan semakin membaik. Untuk keseluruhan 2019, Andry memperkirakan transaksi berjalan membukukan defisit sekitar 2,6% dari Produk Domestik Bruto (PDB). Meski masih defisit, tetapi lebih sedikit ketimbang 2018 yang mencapai 3,59% PDB.
"Ini disebabkan oleh stance The Fed (The Federal Reserve, bank sentral Amerika Serikat/AS) yang lebih kalem, ditambah dengan berbagai langkah pemerintah untuk menekan impor. Namun, masih ada risiko yaitu permintaan global yang melandai akibat perang dagang sehingga ekspor sulit diandalkan," sebut Andry.
Sejak tahun lalu, transaksi berjalan jadi indikator utama yang dipantau oleh BI dalam penentuan kebijakan moneter. Bukan inflasi, tetapi defisit transaksi berjalan yang membuat bank sentral menaikkan BI 7 Day Reverse Repo Rate sampai lima kali pada 2018.
Ketika suku bunga acuan naik, maka aktivitas investasi akan melambat sehingga impor ikut berkurang. Dengan begitu, defisit neraca perdagangan dan transaksi berjalan bisa ditekan.
Transaksi berjalan memang fenomena sektor riil, tetapi dampaknya mempengaruhi sektor moneter sehingga BI mau tidak mau harus ikut campur. Defisit transaksi berjalan menandakan arus devisa dari ekspor-impor barang dan jasa seret. Padahal sumbangan devisa dari pos ini lebih jangka panjang sehingga bisa menopang nilai tukar mata uang secara berkelanjutan.
Baca: Bank Dunia Ingatkan Jokowi, Obati Penyakit Kronis CAD
(BERLANJUT KE HALAMAN 3)
(aji/aji)
"Ini disebabkan oleh stance The Fed (The Federal Reserve, bank sentral Amerika Serikat/AS) yang lebih kalem, ditambah dengan berbagai langkah pemerintah untuk menekan impor. Namun, masih ada risiko yaitu permintaan global yang melandai akibat perang dagang sehingga ekspor sulit diandalkan," sebut Andry.
Sejak tahun lalu, transaksi berjalan jadi indikator utama yang dipantau oleh BI dalam penentuan kebijakan moneter. Bukan inflasi, tetapi defisit transaksi berjalan yang membuat bank sentral menaikkan BI 7 Day Reverse Repo Rate sampai lima kali pada 2018.
Ketika suku bunga acuan naik, maka aktivitas investasi akan melambat sehingga impor ikut berkurang. Dengan begitu, defisit neraca perdagangan dan transaksi berjalan bisa ditekan.
Transaksi berjalan memang fenomena sektor riil, tetapi dampaknya mempengaruhi sektor moneter sehingga BI mau tidak mau harus ikut campur. Defisit transaksi berjalan menandakan arus devisa dari ekspor-impor barang dan jasa seret. Padahal sumbangan devisa dari pos ini lebih jangka panjang sehingga bisa menopang nilai tukar mata uang secara berkelanjutan.
Baca: Bank Dunia Ingatkan Jokowi, Obati Penyakit Kronis CAD
(BERLANJUT KE HALAMAN 3)
(aji/aji)
Next Page
BI Bisa Turunkan Bunga Lagi?
Pages
Most Popular