
Newsletter
Pasar Keuangan Masih Positif, Tapi Awas Rapuh.. Kayak Kamu
Irvin Avriano Arief, CNBC Indonesia
11 September 2019 07:14

Pertama, masih vakumnya kekhawatiran perang dagang, meskipun di atas fundamental yang sangat rapuh, tampaknya harus disyukuri membuat pasar keuangan lebih kondusif untuk sementara waktu, terutama menjelang keputusan ECB, Jerman, dan AS pekan depan. Jika stimulus yang dilempar ke pasar sesuai prediksi, tentu hasilnya akan positif juga bagi pasar keuangan.
Kedua, faktor dipecatnya John R Bolton, penasihat keamanan nasional AS, oleh Paman Trump karena berbeda pandangan terhadap pendekatan terhadap musuh-musuh politik AS seperti Korut, Iran, dan Afganistan. Pemecatan terkait dengan keinginan 'President T' untuk memulai pembicaraan dengan Iran, yang ditentang Bolton.
Bolton selama ini terkenal sebagai elang (hawk) untuk politik luar negeri AS, yang berarti lebih memilih mengambil jalan perang atau meningkatkan eskalasi perang yang sudah terjadi. Dia juga ditengarai menjadi pihak yang mengusulkan AS untuk mendukung pergantian rezim penguasa di Iran, Suriah, Libya, Venezuela, Kuba, Yaman, dan Korut. Republikan ini juga dianggap neo-konservatif, yang dibantah oleh dirinya sendiri.
Pergantian dianggap lebih membuat Trump leluasa mengambil jalan damai dalam perundingan dengan negara-negara seteru AS, yang berarti pasar keuangan akan lebih jauh dari kekhawatiran perang dibanding sebelumnya.
Ketiga, peluncuran iPhone 11 oleh Apple diharapkan dapat mengangkat harga saham distributor ponsel di dalam negeri. Semalam iPhone seri baru itu baru diluncurkan dan dijual di angka US$ 699, di bawah peluncuran seri sebelumnya US$ 749. iPhone seri yang lebih tinggi yaitu iPhone 11 Pro akan dijual mulai dari US$ 999.
Keempat, data persediaan minyak mentah AS yang akan dirilis nanti malam masih harus ditunggu dan diperhatikan pasar. Jika turun, maka ada kemungkinan akan mengerek harga minyak naik dan tentu hal itu buruk bagi kesehatan makroekonomi Indonesia sebagai net importir BBM.
Kelima, data inflasi dari Jerman, Prancis, AS, serta penentuan suku bunga ECB tentu akan menjadi sentimen tersendiri yang kuat di pasar, meskipun dampaknya baru akan terjadi esoknya (Jumat) karena jika datanya buruk maka Indonesia justru akan diuntungkan dari perbedaan jam transaksi sehingga diharapkan dampaknya akan minim.
BERLANJUT KE HAL 4... (irv)
Kedua, faktor dipecatnya John R Bolton, penasihat keamanan nasional AS, oleh Paman Trump karena berbeda pandangan terhadap pendekatan terhadap musuh-musuh politik AS seperti Korut, Iran, dan Afganistan. Pemecatan terkait dengan keinginan 'President T' untuk memulai pembicaraan dengan Iran, yang ditentang Bolton.
Bolton selama ini terkenal sebagai elang (hawk) untuk politik luar negeri AS, yang berarti lebih memilih mengambil jalan perang atau meningkatkan eskalasi perang yang sudah terjadi. Dia juga ditengarai menjadi pihak yang mengusulkan AS untuk mendukung pergantian rezim penguasa di Iran, Suriah, Libya, Venezuela, Kuba, Yaman, dan Korut. Republikan ini juga dianggap neo-konservatif, yang dibantah oleh dirinya sendiri.
Pergantian dianggap lebih membuat Trump leluasa mengambil jalan damai dalam perundingan dengan negara-negara seteru AS, yang berarti pasar keuangan akan lebih jauh dari kekhawatiran perang dibanding sebelumnya.
Ketiga, peluncuran iPhone 11 oleh Apple diharapkan dapat mengangkat harga saham distributor ponsel di dalam negeri. Semalam iPhone seri baru itu baru diluncurkan dan dijual di angka US$ 699, di bawah peluncuran seri sebelumnya US$ 749. iPhone seri yang lebih tinggi yaitu iPhone 11 Pro akan dijual mulai dari US$ 999.
Keempat, data persediaan minyak mentah AS yang akan dirilis nanti malam masih harus ditunggu dan diperhatikan pasar. Jika turun, maka ada kemungkinan akan mengerek harga minyak naik dan tentu hal itu buruk bagi kesehatan makroekonomi Indonesia sebagai net importir BBM.
Kelima, data inflasi dari Jerman, Prancis, AS, serta penentuan suku bunga ECB tentu akan menjadi sentimen tersendiri yang kuat di pasar, meskipun dampaknya baru akan terjadi esoknya (Jumat) karena jika datanya buruk maka Indonesia justru akan diuntungkan dari perbedaan jam transaksi sehingga diharapkan dampaknya akan minim.
BERLANJUT KE HAL 4... (irv)
Next Page
Simak Agenda dan Data Berikut Ini
Pages
Most Popular