Newsletter

Dari China hingga AS, Mereka Berlomba Suntikkan Stimulus

Arif Gunawan, CNBC Indonesia
20 August 2019 07:00
Cermati Sentimen Penggerak Pasar Hari Ini
Foto: PBOC (REUTERS/Jason Lee)
Pada Sabtu pekan lalu, pemerintah China telah mengumumkan rencana reformasi penetapan suku bunga acuan, yang akan berlaku efektif pada Selasa, 20 Agustus ini. Hari ini, People Bank of China (PBoC) untuk pertama kalinya akan mengumumkan Loan Prime Rate (LPR) secara bulanan dengan mekanisme yang baru.

"Reformasi" ini merupakan ikhtiar Negeri Panda itu guna mempercepat akselerasi penurunan bunga kredit di sektor riil, sehingga membantu menggulirkan perekonomian seiring dengan turunnya biaya pendanaaan (cost of fund).

Langkah ini dilakukan di tengah dugaan bank sentral China itu bakal menurunkan suku bunga acuan dari posisi sekarang 4,35%. Maklum saja, China sedang berupaya melakukan segala hal untuk menjaga pertumbuhan ekonomi yang pada Juli tertekan ke level terendah 27 tahun terakhir di 6,2%.

Di belahan lain dunia, Menteri Keuangan Jerman Olaf Scholz menyatakan Berlin bakal menyediakan tambahan belanja senilai 50 miliar euro (US$ 55 miliar) atau setara dengan Rp 791 triliun. Tambahan ini dipastikan akan membantu mempercepat perputaran roda perekonomian terbesar di zona Euro tersebut.

Tak berhenti sampai di situ, The Washingthon Post kemarin melaporkan bahwa pejabat Gedung Putih telah mendiskusikan peluang pemangkasan pajak pendapatan gaji warga AS untuk sementara waktu, guna mendorong ekonomi AS. Sebagaimana diketahui, 67% produk domestik bruto (PDB) AS berasal dari aktivitas konsumsi.

Mirip-mirip dengan itu, Indonesia juga sebenarnya berupaya mengenjot belanja dengan memberi "duit ekstra". Dalam pidato nota keuangan pekan lalu, Presiden Jokowi menyatakan akan memberikan gaji dan pensiun ke-13 serta tunjangan hari raya (THR) bagi pegawai negeri sipil (PNS) tahun depan.


Hanya saja, perlu dicermati risiko yang masih mengintai yakni upaya politik Trump untuk menggencet China melalui perang dagang. Sejauh ini  sikap Trump masih mendua, antara mau berdamai atau lanjut perang.

Pada Minggu waktu setempat, dia menyatakan kurang optimistis dengan prospek capaian kesepakatan dagang dengan China. Dia bahkan mulai menyeret isu perang dagang ke ranah politik dalam negeri China, terkait dengan penanganan aksi protes di Hong Kong.

Kemarin, Twitter dan Facebook ikut turun tangan di demo Hong Kong dengan menghentikan operasi kampanye media yang dilancarkan dari Daratan China. Twitter mengumumkan pembekuan 936 akun aktif yang diduga dikoordinir oleh pemerintah China. Sebanyak 200.000 akun juga sudah mereka bekukan bahkan sebelum aktif.

Facebook juga melakukan hal yang sama. Meski tak menyebutkan angka pastinya, mereka mengklaim operator di balik akun Facebook yang menyerang demonstran Hong Kong memiliki keterkaitan dengan pemerintah China.

Bagi Beijing, upaya apapun dari pihak asing untuk mencampuri urusan dalam negeri mereka merupakan sesuatu yang tidak bisa ditolerir, alias harga mati yang tak boleh ditawar.

(BERLANJUT KE HALAMAN 4)

(ags)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular