
Newsletter
Hati-hati, Mata Uang Negeri Lionel Messi Anjlok Lagi!
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
13 August 2019 05:39

Untuk perdagangan hari ini, investor patut mencermati sejumlah sentimen. Pertama tentunya perkembangan di Wall Street yang jauh dari kata menggembirakan. Kelesuan di New York bisa saja menular sampai ke Asia, termasuk Indonesia.
Sentimen kedua adalah investor harus mencermati betul pergerakan nilai tukar rupiah. Pasalnya, mata uang peso Argentina sudah melemah sangat dalam akibat kekalahan Macri yang sudah di depan mata.
Pada pukul 04:45 WB, peso anjlok 15,26% di hadapan dolar AS. Ini membawa ingatan kita ke tahun lalu, tentu semua tahu apa yang terjadi kemudian setelah peso anjlok. Mata uang negara berkembang lainnya ikut amblas, tidak terkecuali rupiah.
Baca:
Krisis Argentina Membebani Mata Uang Negara Berkembang
Apalagi, seperti yang sudah disinggung sebelumnya, fundamental rupiah bisa dibilang kurang oke karena defisit transaksi berjalan. Pasar akan semakin punya alasan untuk 'menghukum' rupiah.
Sentimen ketiga adalah perkembangan hubungan AS-China. Sepertinya China tidak akan menghadapi konsekuensi apa-apa karena 'pelemahan' yuan, karena IMF menilai Negeri Tirai Bambu tidak melakukan manipulasi mata uang.
IMF tetap pada pendiriannya bahwa nilai tukar yuan sejalan dengan fundamental ekonomi China. James Daniel, Direktur IMF untuk China, menegaskan bahwa nilai tukar yuan tidak terlalu mahal (over-valued) atau terlalu murah (under-valued).
Sikap IMF bisa membuat AS merasa tidak aman. Ini bisa melahirkan retorika baru dari Washington yang membuat tensi dengan China kembali meninggi. Mungkin benar kata Goldman Sachs, perang dagang AS-China sulit untuk didamaikan dalam waktu dekat.
"Saya memperkirakan ketidakpastian (akibat perang dagang) tidak akan usai dalam hitungan kuartal atau tahun," kata James Bullard, Presiden The Federal Reserve/The Fed (Bank Sentral AS) St Louis, dikutip dari Reuters.
Jadi, sentimen perang dagang dan perang mata uang sepertinya masih akan menggelayuti pasar keuangan Asia hari ini. Sampai ada kepastian bahwa kedua negara akan kembali berembuk di Washington awal September nanti, rasanya isu ini tetap akan menjadi momok bagi investor.
(BERLANJUT KE HALAMAN 4)
(aji/aji)
Sentimen kedua adalah investor harus mencermati betul pergerakan nilai tukar rupiah. Pasalnya, mata uang peso Argentina sudah melemah sangat dalam akibat kekalahan Macri yang sudah di depan mata.
Pada pukul 04:45 WB, peso anjlok 15,26% di hadapan dolar AS. Ini membawa ingatan kita ke tahun lalu, tentu semua tahu apa yang terjadi kemudian setelah peso anjlok. Mata uang negara berkembang lainnya ikut amblas, tidak terkecuali rupiah.
Baca:
Krisis Argentina Membebani Mata Uang Negara Berkembang
Apalagi, seperti yang sudah disinggung sebelumnya, fundamental rupiah bisa dibilang kurang oke karena defisit transaksi berjalan. Pasar akan semakin punya alasan untuk 'menghukum' rupiah.
Sentimen ketiga adalah perkembangan hubungan AS-China. Sepertinya China tidak akan menghadapi konsekuensi apa-apa karena 'pelemahan' yuan, karena IMF menilai Negeri Tirai Bambu tidak melakukan manipulasi mata uang.
IMF tetap pada pendiriannya bahwa nilai tukar yuan sejalan dengan fundamental ekonomi China. James Daniel, Direktur IMF untuk China, menegaskan bahwa nilai tukar yuan tidak terlalu mahal (over-valued) atau terlalu murah (under-valued).
Sikap IMF bisa membuat AS merasa tidak aman. Ini bisa melahirkan retorika baru dari Washington yang membuat tensi dengan China kembali meninggi. Mungkin benar kata Goldman Sachs, perang dagang AS-China sulit untuk didamaikan dalam waktu dekat.
"Saya memperkirakan ketidakpastian (akibat perang dagang) tidak akan usai dalam hitungan kuartal atau tahun," kata James Bullard, Presiden The Federal Reserve/The Fed (Bank Sentral AS) St Louis, dikutip dari Reuters.
Jadi, sentimen perang dagang dan perang mata uang sepertinya masih akan menggelayuti pasar keuangan Asia hari ini. Sampai ada kepastian bahwa kedua negara akan kembali berembuk di Washington awal September nanti, rasanya isu ini tetap akan menjadi momok bagi investor.
(BERLANJUT KE HALAMAN 4)
(aji/aji)
Next Page
Simak Agenda dan Data Berikut Ini
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular