
Newsletter
Hati-hati, Mata Uang Negeri Lionel Messi Anjlok Lagi!
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
13 August 2019 05:39

Kabar tidak sedap datang dari Wall Street, di mana tiga indeks utama melemah cukup tajam. Dow Jones Industrial Average (DJIA) amblas 1,5%, S&P 500 anjlok 1,24%, dan Nasdaq Composite ambrol 1,2%.
Investor di bursa saham New York cemas akan ketegangan di sejumlah wilayah. Gelombang aksi massa di Hong Kong belum juga reda. Bahkan kemarin, bandara internasional Hong Kong membatalkan seluruh penerbangan dan baru beroperasi hari ini pukul 06:00 waktu setempat akibat massa yang menduduki objek vital tersebut.
"Ini menyangkut kebebasan. Mengapa kami harus pergi?" tegas Yu, salah seorang peserta aksi di bandara, seperti dikutip dari Reuters.
Selain di Hong Kong, situasi Timur Tengah juga masih panas. AS dan sekutunya telah menjalankan operasi pengamanan kapal yang melintas di Selat Hormuz, setelah sejumlah kapal mengalami penyerangan dan penyanderaan. Iran dituding menjadi dalang dari aksi-aksi tersebut.
Namun Iran tidak terima. Teheran menegaskan bahwa AS telah membuat suasana di Teluk menjadi seperti korek api yang siap menyala kapan saja.
"Wilayah ini menjadi sekotak korek api yang siap terbakar karena AS dan sekutunya membanjiri dengan senjata," tegas Menteri Luar Negeri Iran Javad Zarif dalam wawancara dengan Al Jazeera, seperti dikutip dari Reuters.
Tidak hanya Iran, Irak juga keberatan dengan operasi pengamanan AS di wilayah tersebut. Baghdad menilai keamanan di Teluk bisa dilakukan oleh negara masing-masing, tidak perlu mengundang kekuatan dari luar.
"Negara-negara Teluk bisa bersama-sama menjamin keamanan pelayaran. Irak ingin meredakan tensi di wilayah ini melalui negosiasi yang tenang. Kehadiran angkatan bersenjata dari Barat justru dapat meningkatkan tensi," kata Menteri Luar Negeri Irak Mohammad Al Hakim melalui cuitan di Twitter.
Kemudian, investor juga mencemaskan perkembangan di Argentina. Presiden Mauricio Macri, yang kembali mencalonkan diri dalam Pemilu, sepertinya tidak akan terpilih kembali. Kandidat oposisi Alberto Fernandez meraih suara 47,1%. Unggul dari Macri yang meraih sekitar 32%.
Sepertinya rakyat Negeri Lionel Messi tidak suka dengan program pengetatan fiskal yang ditempuh Macri. Sejak tahun lalu, Argentina (atas saran Dana Moneter Internasional/IMF) melakukan reformasi fiskal dengan memangkas berbagai pos seperti subsidi agar bisa keluar dari jeratan krisis.
Baca:
Argentina Umumkan Penghematan Anggaran 2019
Pelaku pasar cemas jika Macri tidak terpilih kembali maka reformasi fiskal bakal ditinggalkan. Tanpa program ini, dikhawatirkan Argentina akan kembali terjebak dalam krisis seperti tahun lalu yang kemudian menjadi sentimen negatif di pasar keuangan global.
Kecemasan investor memuncak dengan munculnya risiko resesi akibat perang dagang AS-China. Goldman Sach dalam risetnya menyebut AS-China sepertinya akan sulit mencapai kesepakatan dagang sebelum Pemilu AS 2020. Perang dagang kemungkinan masih akan berkecamuk sampai tahun depan, yang bisa berujung kepada resesi.
"Orang-orang mulai menyerah. Ada aksi flight to safety karena berbagai risiko politik," kata Brian Battle, Director of Trading di Performance Trust Capital Partners yang berbasis di Chicago, sebagaimana dikutip dari Reuters.
(BERLANJUT KE HALAMAN 3)
(aji/aji)
Investor di bursa saham New York cemas akan ketegangan di sejumlah wilayah. Gelombang aksi massa di Hong Kong belum juga reda. Bahkan kemarin, bandara internasional Hong Kong membatalkan seluruh penerbangan dan baru beroperasi hari ini pukul 06:00 waktu setempat akibat massa yang menduduki objek vital tersebut.
"Ini menyangkut kebebasan. Mengapa kami harus pergi?" tegas Yu, salah seorang peserta aksi di bandara, seperti dikutip dari Reuters.
Selain di Hong Kong, situasi Timur Tengah juga masih panas. AS dan sekutunya telah menjalankan operasi pengamanan kapal yang melintas di Selat Hormuz, setelah sejumlah kapal mengalami penyerangan dan penyanderaan. Iran dituding menjadi dalang dari aksi-aksi tersebut.
Namun Iran tidak terima. Teheran menegaskan bahwa AS telah membuat suasana di Teluk menjadi seperti korek api yang siap menyala kapan saja.
"Wilayah ini menjadi sekotak korek api yang siap terbakar karena AS dan sekutunya membanjiri dengan senjata," tegas Menteri Luar Negeri Iran Javad Zarif dalam wawancara dengan Al Jazeera, seperti dikutip dari Reuters.
Tidak hanya Iran, Irak juga keberatan dengan operasi pengamanan AS di wilayah tersebut. Baghdad menilai keamanan di Teluk bisa dilakukan oleh negara masing-masing, tidak perlu mengundang kekuatan dari luar.
"Negara-negara Teluk bisa bersama-sama menjamin keamanan pelayaran. Irak ingin meredakan tensi di wilayah ini melalui negosiasi yang tenang. Kehadiran angkatan bersenjata dari Barat justru dapat meningkatkan tensi," kata Menteri Luar Negeri Irak Mohammad Al Hakim melalui cuitan di Twitter.
Kemudian, investor juga mencemaskan perkembangan di Argentina. Presiden Mauricio Macri, yang kembali mencalonkan diri dalam Pemilu, sepertinya tidak akan terpilih kembali. Kandidat oposisi Alberto Fernandez meraih suara 47,1%. Unggul dari Macri yang meraih sekitar 32%.
Sepertinya rakyat Negeri Lionel Messi tidak suka dengan program pengetatan fiskal yang ditempuh Macri. Sejak tahun lalu, Argentina (atas saran Dana Moneter Internasional/IMF) melakukan reformasi fiskal dengan memangkas berbagai pos seperti subsidi agar bisa keluar dari jeratan krisis.
Baca:
Argentina Umumkan Penghematan Anggaran 2019
Pelaku pasar cemas jika Macri tidak terpilih kembali maka reformasi fiskal bakal ditinggalkan. Tanpa program ini, dikhawatirkan Argentina akan kembali terjebak dalam krisis seperti tahun lalu yang kemudian menjadi sentimen negatif di pasar keuangan global.
Kecemasan investor memuncak dengan munculnya risiko resesi akibat perang dagang AS-China. Goldman Sach dalam risetnya menyebut AS-China sepertinya akan sulit mencapai kesepakatan dagang sebelum Pemilu AS 2020. Perang dagang kemungkinan masih akan berkecamuk sampai tahun depan, yang bisa berujung kepada resesi.
"Orang-orang mulai menyerah. Ada aksi flight to safety karena berbagai risiko politik," kata Brian Battle, Director of Trading di Performance Trust Capital Partners yang berbasis di Chicago, sebagaimana dikutip dari Reuters.
(BERLANJUT KE HALAMAN 3)
(aji/aji)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular