Polling CNBC Indonesia

Inflasi Juli Diramal 'Jinak', Bisakah BI Turunkan Bunga Lagi?

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
31 July 2019 11:11
Inflasi Juli Diramal 'Jinak', Bisakah BI Turunkan Bunga Lagi?
Ilustrasi Rupiah (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Jakarta, CNBC Indonesia - Laju inflasi domestik pada Juli diramal masih 'jinak'. Perkembangan ini sangat mendukung bagi Bank Indonesia (BI) untuk kembali melonggarkan kebijakan moneter. 

Badan Pusat Statistik (BPS) dijadwalkan merilis data inflasi Juli esok hari. Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan inflasi Juli secara bulanan (month-on-month/MoM) berada di 0,25%. 

Sementara inflasi tahunan atau year-on-year (YoY) diperkirakan sebesar 3,25%. Sedangkan inflasi inti secara tahunan berada di 3,175%. 

InstitusiInflasi MoM (%)Inflasi YoY (%)Inflasi Inti YoY (%)
ING-3.31-
CIMB Niaga03-
Barclays-3.23.18
Maybank Indonesia0.263.263.16
BCA0.193.193.02
Bank Permata0.273.273.17
Danareksa Research Institute0.263.26-
BTN0.243.243.24
Citi0.253.253.23
MEDIAN0.253.253.175
 
Jika ekspektasi di atas terwujud, maka laju inflasi melambat dibandingkan Juni. Kala itu, inflasi MoM adalah 0,55%, inflasi YoY 3,28%, dan inflasi inti YoY adalah 3,25%. 

Selepas Ramadan-Idul Fitri, yang merupakan puncak konsumsi rumah tangga, inflasi memang melambat. Permintaan yang kembali normal membuat harga sejumlah bahan pangan turun. 

"Menurut pengamatan kami, harga bahan pangan yang mengalami penurunan adalah daging ayam ras, bawang bombai, dan buah-buahan. Selain bahan pangan, tarif angkutan udara dan kereta api juga turun," sebut Juniman, Kepala Ekonom Maybank Indonesia. 

Namun, lanjut Juniman, ada sejumlah komoditas yang mengalami kenaikan harga sehingga menyebabkan inflasi yaitu cabai merah, beras, dan sayur-mayur. Harga emas perhiasan juga masih menyumbang inflasi, seiring tren kenaikan harga emas dunia. 

 

"Tahun ajaran baru mulai dari TK hingga SMA juga menyebabkan tekanan inflasi," ujar Juniman. 


(BERLANJUT KE HALAMAN 2)

Namun secara umum, inflasi Juli masih 'jinak'. Bahkan ke depan ekspektasi inflasi sepertinya tidak lalu signifikan, terlihat dari inflasi inti yang melambat. 

Oleh karena itu, ruang bagi BI untuk kembali menurunkan suku bunga acuan masih terbuka. Gubernur Perry Warjiyo beberapa waktu lalu mengungkapkan bahwa penurunan BI 7 Day Reverse Repo Rate bulan ini kemungkinan bukan yang pertama. 

"BI memandang masih terbuka ruang bagi kebijakan moneter yang akomodatif, sejalan dengan rendahnya inflasi dan momentum mendorong pertumbuhan ekonomi. Kami sudah akomodatif dalam beberapa bulan terakhir dan tetap akomodatif ke depannya," papar Perry dalam jumpa pers usai Rapat Dewan Gubernur (RDG) edisi Juli. 

Baca:
Kabar Gembira! Bunga Acuan BI Masih Bisa Turun Lagi

Penurunan suku bunga acuan akan membuat prospek ekonomi Indonesia lebih cerah. Sebab, penurunan suku bunga acuan (diharapkan) bisa menurunkan bunga kredit sehingga rumah tangga dan korporasi bisa berekspansi. 

Tanda-tanda perbaikan sudah terlihat kemarin saat Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mengumumkan angka realisasi investasi kuartal II-2019. Setelah terkontraksi alias negatif selama empat kuartal beruntun, Penanaman Modal Asing (Foreign Direct Investment/FDI) tumbuh 9,6% YoY. 



Jika suku bunga kredit bisa turun seiring pemangkasan BI 7 Day Reverse Repo Rate, maka buka tidak mungkin investasi akan lebih menggeliat. Saat investasi meningkat, lapangan kerja bertambah dan konsumsi rumah tangga meningkat. Kalau ini terjadi, maka dijamin ekonomi bisa tumbuh lebih tinggi lagi. 


Bola di kaki Anda, Pak Gubernur...


TIM RISET CNBC INDONESIA


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular