
Newsletter
Yes! Dolar AS Mulai Kehabisan Bensin, Rupiah Bisa Tancap Gas
Yazid Muamar, CNBC Indonesia
29 July 2019 07:15

Untuk perdagangan hari ini, investor patut mencermati sejumlah sentimen. Pertama tentu bursa-bursa Wall Street yang melesat berpotensi membawa angin segar bursa kawasan Asia, termasuk bursa dalam negeri.
Sentimen kedua adalah nilai tukar dolar AS yang mulai melemah hari ini berpotensi mengangkat rupiah ke level penguatan. Pada pukul 06:21 WIB, Dollar Index (yang mencerminkan posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) melemah 0,04%.
Dolar AS memang sudah lumayan naik minggu lalu, wajar jika Dollar Index (DXY) hari ini sedikit kalem. DXY juga sedang di harga tertingginya hampir dalam tiga bulan terakhir. Kebijakan dari Bank Sentral Eropa pada Kamis lalu yang tidak terlalu dovish di tengah perekonomian yang cenderung lesu membuat investor kecewa.
Fokus para pelaku pasar sekarang akan beralih kepada pertemuan Federal Reserve (the Fed) minggu depan, di mana para investor mengharapkan the Fed mau memotong suku bunga acuannya sebesar 25 basis poin menjadi 2,00% -2,25%.
Sementara itu, PDB AS yang melambat dari periode sebelumnya, kemungkinan tidak akan mengurangi pandangan umum pejabat the Fed bahwa penurunan suku bunga diperlukan untuk melawan risiko dari timbulnya konflik di bidang perdagangan dan permintaan global yang lesu, menurut beberapa para analis.
Data PDB AS tumbuh menunjukkan pertumbuhan tahunan pada kuartal kedua sebesar 2,1%, lebih lemah dari kuartal pertama pada pertumbuhan 3,1%, akan tetapi masih lebih tinggi dari angka pertumbuhan 1,8% yang diproyeksikan para ekonom yang disurvei oleh jajak pendapat Reuters.
Para investor di Negeri Paman Sam sepertinya sudah menyesuaikan portofolionya masing-masing terhadap berita positif yang terjadi pada minggu lalu. Sehingga dolar AS pun berpotensi melemah karena aksi ambil untung (profit taking).
Next >>>
(yam/yam)
Sentimen kedua adalah nilai tukar dolar AS yang mulai melemah hari ini berpotensi mengangkat rupiah ke level penguatan. Pada pukul 06:21 WIB, Dollar Index (yang mencerminkan posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) melemah 0,04%.
Dolar AS memang sudah lumayan naik minggu lalu, wajar jika Dollar Index (DXY) hari ini sedikit kalem. DXY juga sedang di harga tertingginya hampir dalam tiga bulan terakhir. Kebijakan dari Bank Sentral Eropa pada Kamis lalu yang tidak terlalu dovish di tengah perekonomian yang cenderung lesu membuat investor kecewa.
Fokus para pelaku pasar sekarang akan beralih kepada pertemuan Federal Reserve (the Fed) minggu depan, di mana para investor mengharapkan the Fed mau memotong suku bunga acuannya sebesar 25 basis poin menjadi 2,00% -2,25%.
Sementara itu, PDB AS yang melambat dari periode sebelumnya, kemungkinan tidak akan mengurangi pandangan umum pejabat the Fed bahwa penurunan suku bunga diperlukan untuk melawan risiko dari timbulnya konflik di bidang perdagangan dan permintaan global yang lesu, menurut beberapa para analis.
Data PDB AS tumbuh menunjukkan pertumbuhan tahunan pada kuartal kedua sebesar 2,1%, lebih lemah dari kuartal pertama pada pertumbuhan 3,1%, akan tetapi masih lebih tinggi dari angka pertumbuhan 1,8% yang diproyeksikan para ekonom yang disurvei oleh jajak pendapat Reuters.
Para investor di Negeri Paman Sam sepertinya sudah menyesuaikan portofolionya masing-masing terhadap berita positif yang terjadi pada minggu lalu. Sehingga dolar AS pun berpotensi melemah karena aksi ambil untung (profit taking).
Next >>>
(yam/yam)
Pages
Most Popular