Newsletter

Ada Hawa Negatif, Suku Bunga BI Masih Ngaruh Gak Ya?

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
22 July 2019 06:10
Emiten Laporkan Laba/Rugi, Tapi Wall Street Kurang Bergairah
Foto: REUTERS/Shannon Stapleton
Saat emiten di AS ramai-ramai melaporkan laba/rugi kuartal-II 2019, bursa saham AS (Wall Street) justru kurang bergairah. Indeks S&P 500 dan Nasdaq masing-masing anjlok lebih dari 1% sepanjang pekan lalu, dan menjadi performa mingguan terburuk sejak akhir Mei. Pada periode yang sama Dow Jones melemah 0,6%. Ketiga indeks tersebut memang mencetak rekor tertinggi sepanjang masa pada Senin (15/7/19) lalu, tetapi setelahnya terus mencatat penurunan.  

 
"Pekan ini menjadi periode penuh perjuangan," kata Dan Deming, Direktur Pelaksana di KKM Financial, dikutip CNBC International. Pasar rasanya kehabisan momentum setelah "Microsoft merilis pendapatan" dan Presiden The Fed New York John Williams berbicara pada hari Kamis.

Pernyataan Williams, seperti disebutkan sebelumnya memicu spekulasi pemangkasan sebesar 50 bps, yang membuat Wall Street menguat. Namun, sayangnya pernyataan tersebut langsung diklarifikasi dan probabilitas suku bunga dipangkas setengah persen tersebut kembali tipis. Sentimen investor dibuat naik turun oleh Williams dan The Fed New York.

Laba Microsoft pada periode April-Juni lebih tinggi dari ekspektasi Wall Street, harga sahamnya naik mencapai rekor tertinggi, tetapi hanya dengan menguat 0,15%. Lain lagi dengan American Express, laba juga lebih tinggi dari prediksi, tetapi sahamnya justru anjlok lebih dari 2,5%.

Lebih dari 15% emiten di S&P 500 sejauh ini, sebanyak 79% diantaranya melaporkan earning yang lebih bagus dari ekspektasi, berdasarkan data dari FactSet yang dilaporkan CNBC International.

Jeff Zipper, direktur investasi di Bank Private Wealth Management (PWM) AS mengatakan sejauh ini tidak ada kejutan dari laporan laba/rugi emiten Wall Street. Zipper mengatakan sering kali ketika target laba rendah, maka yang terjadi adalah emiten melaporkan sesuai dengan target atau sedikit lebih tinggi.

Selain itu, sentimen investor juga sedikit terbebani akibat faktor geopolitik setelah Iran mengatakan bahwa mereka menangkap sebuah kapal tanker minyak Inggris. Ketegangan antara pihak Barat dengan Iran bisa jadi tereskalasi akibat kejadian tersebut.


AS sudah lama berseteru dengan Iran, bahkan pada pekan lalu, drone milik Iran ditembak jatuh oleh angkatan laut Paman Sam. Tindakan tegas itu terpaksa diambil militer AS lantaran drone Iran berada dalam jarak 1.000 meter dari kapal Angkatan Laut AS USS Boxer. Drone Iran itu telah mengabaikan perintah untuk menjauh dari pihak AS. Drone tersebut juga telah mengancam keselamatan kapal dan awak kapal di Selat Hormuz. 

"Ini adalah ulah terbaru dari banyak tindakan provokatif dan bermusuhan oleh Iran terhadap kapal yang beroperasi di perairan internasional," kata Trump seperti dilansir CNN International, Jumat (19/7/19). 

Kejadian ini merupakan perkembangan terbaru dalam hubungan kedua negara yang sedang memanas. Peristiwa itu terjadi hampir tepat satu bulan setelah Iran menembak jatuh pesawat nirawak AS. Akibat tindakan Iran tersebut, Trump hampir saja melancarkan serangan militer ke Iran.

"Kami sudah siap melakukan serangan balasan tadi malam di tiga posisi yang berbeda ketika saya bertanya berapa orang yang akan mati," kicau Trump melalui akun Twitternya kala itu.

"150, Pak, adalah jawaban dari seorang Jenderal. 10 menit sebelum serangan, saya menghentikannya, ini tidak sepadan dengan penembakan sebuah drone tak berawak," ujarnya.

Hubungan antara AS dan Iran telah memburuk sejak Mei 2018. Itu terjadi ketika AS memilih untuk meninggalkan kesepakatan nuklir 2015 dan menerapkan kembali sanksi yang melumpuhkan pada ekonomi Iran. 

Halaman Selanjutnya >>> (pap/pap)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular