Newsletter

Menguji Kesaktian Testimoni Powell 2.0 di Pengujung Pekan ini

Irvin Avriano Arief, CNBC Indonesia
12 July 2019 06:53
Wall Street dan Pasar Global
Foto: REUTERS/Brendan McDermid
Dari pasar keuangan Wall Street di AS, bursa saham menguat dan membuat indeks Dow Jones Industrial Avg serta S&P 500 kompak mencetak rekor tertinggi baru sepanjang masa, tepatnya masing-masing naik 0,85% menjadi 27.088 dan 0,23% menjadi 2.999.

Penguatan pasar saham Negeri Paman Sam didukung naiknya harga saham-saham perusahaan farmasi setelah pemerintahan Trump batal mengeksekusi aturan yang mengatur penjualan obat resep.

Tadinya, proposal aturan itu mewajibkan perusahaan asuransi mengembalikan miliaran dana potongan harga (rebate) dari produsen obat ke pasien Medicare.

Alhasil, saham-saham perusahaan asuransi dan produsen obat mengangkat kinerja kedua indeks saham utama dunia tersebut.

Faktor lain yang melambungkan Wall Street adalah Testimoni Powell hari kedua di depan Komite Perbankan Senat AS, yang semakin menunjukkan bahwa ekonomi AS masih terancam oleh lemahnya kegiatan industri, jinaknya inflasi, serta memanasnya perang dagang.

Penguatan tersebut berlangsung hampir sepanjang hari dan sinyal penurunan suku bunga The Fed seakan tidak mengindahkan naiknya laju inflasi AS yang dirilis kemarin.

Tingkat inflasi Juni yang diumumkan 1,6% kemarin dinilai menjadi yang tertinggi dalam 1,5 tahun terakhir.



Tidak jauh dari Amerika Serikat, berkat badai yang terjadi di Teluk Meksiko, beberapa rig minyak di kawasan itu dievakuasi dan mendongrak harga minyak naik ke level tertinggi sejak 6 pekan terakhir.

Tragedi penghadangan kapal tanker minyak Inggris di Selat Hormuz oleh Iran turut meningkatkan ketegangan Negeri Para Mullah itu dengan dunia Barat serta berdampak pada harga emas hitam.

Harga kontrak minyak Brent sempat naik menjadi US$67,65 per barel semalam dan menyentuh level tertinggi sejak 30 Mei, walaupun akhirnya ditutup pada US$66,52 per barel, sedangkan harga minyak versi West Texas Intermediate (WTI) sempat naik menjadi US$60,94 per barel, tertinggi sejak 23 Mei.

Ketegangan kembali melanda harga emas hitam karena pada Kamis (11/7/19), Iran sempat berniat membalas perlakuan Inggris yang sudah menahan salah satu kapal tanker di Selat Gibraltar, Spanyol, yang memisahkan Spanyol dan Maroko.

Usaha balasan Iran kepada The Black Country, julukan Inggris, terjadi sehari setelah Iran mengancam akan memberikan konsekuensi kepada Inggris.

Aksi pengadangan tiga buah kapal terjadi terhadap sebuah kapal tanker bernama British Heritage yang berbendera Isle of Man milik perusahaan migas multinasional BP. Inggris mendesak pemerintahan Iran untuk menurunkan ketegangan (de-escalate) di daerah tersebut.

"[Kapal perang] HMS Montrose harus menyelipkan dirinya di antara kapal Iran dengan British Heritage dan mengeluarkan peringatan verbal terhadap kapal Iran, yang berhasil membuat penghadang mundur," bunyi pernyataan pemerintah Inggris, kutip Reuters.

Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif membantah laporan Inggris itu dan menyebutnya sebagai informasi tidak penting dan tidak berharga (worthless).

Insiden itu hanya terjadi setelah Marinir Kerajaan Inggris merangsek kapal tanker Iran, Grace 1, di Selat Gibraltar dan menangkapnya dengan dugaan mengirimkan minyak mentah ke Suriah serta melanggar sanksi Uni Eropa.

Bersambung ke halaman 3 >>>>
(irv/irv)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular