
Newsletter
Harga Minyak Ambruk 4% Lebih, Semoga Bisa Dimanfaatkan Ya...
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
03 July 2019 06:08

Sentimen keempat yang perlu diperhatikan pelaku pasar adalah pelemahan harga minyak mentah dunia. Hingga pukul 05:30 WIB, harga minyak brent kontrak pengiriman periode September 2019 ambruk 4,09% ke level US$ 62,4/barel.
Harga minyak mentah bergerak ke selatan merespons potensi eskalasi perang dagang AS-China dan potensi meletusnya perang dagang AS-Uni Eropa. Pelemahan laju pertumbuhan ekonomi sebagai efek samping perang dagang memang akan membuat harga komoditas, utamanya yang merupakan sumber energi, tertekan.
Kala pertumbuhan ekonomi melambat, praktis permintaan atas komoditas energi akan menjadi tertekan sehingga harga akan turun.
Namun, walaupun dimotori oleh kekhawatiran atas perlambatan laju perekonomian dunia, ambruknya harga minyak mentah bisa berdampak positif bagi Indonesia lantaran akan memantik optimisme bahwa defisit transaksi berjalan/Current Account Deficit (CAD) akan menjadi bisa diredam. Pada akhirnya, ada potensi rupiah akan menguat seiring dengan sokongan fundamental yang lebih kuat.
Kalau kemarin rupiah membukukan depresiasi, ada harapan bahwa mata uang Garuda akan mencetak apresiasi pada hari ini.
Namun, pelaku pasar harus waspada. Pasalnya, harga minyak mentah bisa sewaktu-waktu membalikkan keadaan lantaran masih menyimpan energi untuk menguat.
Kemarin, Rusia dan sembilan negara produsen minyak non-OPEC lainnya setuju untuk memperpanjang pemangkasan produksi yang sedianya akan berakhir pada bulan ini untuk sembilan bulan mendatang.
Keputusan ini datang pasca pada hari Senin negara-negara anggota OPEC setuju untuk memperpanjang kebijakan tersebut selama sembilan bulan atau hingga Maret 2020.
Sebagai informasi, pemangkasan produksi yang dilakukan oleh OPEC dan negara produsen minyak non-OPEC pada saat ini adalah sekitar 1,2 juta barel per hari.
Jika harga minyak berhasil membalikkan keadaan, rupiah bisa tertekan dan memantik aksi jual atas saham dan obligasi di tanah air, terutama oleh investor asing.
BERLANJUT KE HALAMAN 5 (ank/ank)
Harga minyak mentah bergerak ke selatan merespons potensi eskalasi perang dagang AS-China dan potensi meletusnya perang dagang AS-Uni Eropa. Pelemahan laju pertumbuhan ekonomi sebagai efek samping perang dagang memang akan membuat harga komoditas, utamanya yang merupakan sumber energi, tertekan.
Kala pertumbuhan ekonomi melambat, praktis permintaan atas komoditas energi akan menjadi tertekan sehingga harga akan turun.
Namun, walaupun dimotori oleh kekhawatiran atas perlambatan laju perekonomian dunia, ambruknya harga minyak mentah bisa berdampak positif bagi Indonesia lantaran akan memantik optimisme bahwa defisit transaksi berjalan/Current Account Deficit (CAD) akan menjadi bisa diredam. Pada akhirnya, ada potensi rupiah akan menguat seiring dengan sokongan fundamental yang lebih kuat.
Kalau kemarin rupiah membukukan depresiasi, ada harapan bahwa mata uang Garuda akan mencetak apresiasi pada hari ini.
Namun, pelaku pasar harus waspada. Pasalnya, harga minyak mentah bisa sewaktu-waktu membalikkan keadaan lantaran masih menyimpan energi untuk menguat.
Kemarin, Rusia dan sembilan negara produsen minyak non-OPEC lainnya setuju untuk memperpanjang pemangkasan produksi yang sedianya akan berakhir pada bulan ini untuk sembilan bulan mendatang.
Keputusan ini datang pasca pada hari Senin negara-negara anggota OPEC setuju untuk memperpanjang kebijakan tersebut selama sembilan bulan atau hingga Maret 2020.
Sebagai informasi, pemangkasan produksi yang dilakukan oleh OPEC dan negara produsen minyak non-OPEC pada saat ini adalah sekitar 1,2 juta barel per hari.
Jika harga minyak berhasil membalikkan keadaan, rupiah bisa tertekan dan memantik aksi jual atas saham dan obligasi di tanah air, terutama oleh investor asing.
BERLANJUT KE HALAMAN 5 (ank/ank)
Next Page
Simak Data dan Agenda Berikut
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular