
Newsletter
Harga Minyak Ambruk 4% Lebih, Semoga Bisa Dimanfaatkan Ya...
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
03 July 2019 06:08

Beralih ke AS, tiga indeks saham utama mengakhiri perdagangan kemarin di zona hijau: indeks Dow Jones naik 0,02%, indeks S&P 500 naik 0,29%, dan indeks Nasdaq Composite naik 0,22%. Indeks S&P 500 kembali mencetak rekor penutupan tertinggi sepanjang masa pasca melakukan hal serupa pada awal pekan ini.
Kinerja perekonomian AS yang oke di bawah komando Trump sukses memantik aksi beli di Wall Street. Berdasarkan data yang dipublikasikan oleh National Bureau of Economic Research, bulan ini menandai bulan ke-121 dari ekspansi ekonomi atau yang terpanjang dalam sejarah, seperti dilansir dari CNBC International.
Siklus yang dimulai sejak Juni 2009 ini mematahkan rekor ekspansi ekonomi terpanjang sebelumnya yang berlangsung selama 120 bulan (Maret 1991-Maret 2001).
Pemangkasan tingkat pajak yang diberlakukan oleh pemerintahan Trump serta pelonggaran regulasi untuk pebisnis disebut oleh para ekonom sebagai faktor yang memotori ekspansi ekonomi selama 121 bulan tanpa putus tersebut, dilansir dari CNBC International.
Sayang, kekhawatiran bahwa perang dagang AS-China bisa kembali memanas membatasi kinerja Wall Street.
Berbicara selepas menggelar pertemuan dengan Xi Jinping di sela-sela gelaran KTT G20 di Osaka, Jepang, Trump menyebut bahwa AS meringankan sanksi yang sebelumnya dibebankan kepada raksasa pembuat perangkat telekomunikasi asal China, Huawei.
“Salah satu hal yang akan saya izinkan adalah – banyak orang terkejut bahwa kami mengirim dan menjual banyak sekali produk ke Huawei yang pada akhirnya diproduksi menjadi berbagai macam hal – dan saya katakan oke, kami akan tetap menjual produk tersebut,” kata Trump, dilansir dari CNBC International.
Sebelumnya pada bulan Mei, AS memasukkan Huawei ke dalam daftar hitam yang membuat perusahaan-perusahaan asal AS tak bisa menjual atau mentransfer teknologi yang mereka miliki ke Huawei tanpa adanya lisensi khusus.
Namun ternyata, pelonggaran sanksi yang diberikan AS tak sesignifikan yang sebelumnya diisyaratkan oleh Trump. Penasihat Ekonomi Gedung Putih Larry Kudlow menyebut bahwa pemerintah AS tidak mengeluarkan Huawei dari daftar hitam dan pihaknya hanya akan menerbitkan izin lebih banyak bagi perusahaan asal AS untuk menjual produknya ke Huawei selama produk tersebut tak membawa ancaman bagi kemanan nasional AS.
“Huawei akan tetap masuk dalam daftar hitam di mana akan ada kontrol ekspor yang ketat dan dalam hal yang berkaitan dengan kemanan nasional maka tak akan ada izin yang diterbitkan (bagi perusahaan AS untuk berbisnis dengan Huawei),” kata Kudlow dalam wawancara dengan Fox News, dilansir dari CNBC International.
Akibatnya, harga saham emiten-emiten pembuat chip yang memotori laju Wall Street pada hari Senin justru berjatuhan kemarin: Skyworks Solutions ambruk 1,31%, Micron Technology melemah 1.27%, Qualcomm turun 0,66%, dan Broadcom terdepresiasi 1,67%.
Celakanya lagi, Trump juga ingin kesepakatan dagang AS-China dibuat untuk lebih menguntungkan AS.
“Itu (kesepakatan dagang) haruslah lebih menguntungkan kita ketimbang China karena mereka telah mengambil keuntungan yang sangat besar (dari AS) untuk begitu lama,” cetus Trump di Gedug Putih pada hari Senin, dilansir dari CNBC International.
"Sudah jelas Anda tidak bisa membuat kesepakatan 50-50. Itu (kesepakatan dagang) haruslah lebih menguntungkan kami,” lanjut presiden AS ke-45 tersebut.
BERLANJUT KE HALAMAN 3 (ank/ank)
Kinerja perekonomian AS yang oke di bawah komando Trump sukses memantik aksi beli di Wall Street. Berdasarkan data yang dipublikasikan oleh National Bureau of Economic Research, bulan ini menandai bulan ke-121 dari ekspansi ekonomi atau yang terpanjang dalam sejarah, seperti dilansir dari CNBC International.
Siklus yang dimulai sejak Juni 2009 ini mematahkan rekor ekspansi ekonomi terpanjang sebelumnya yang berlangsung selama 120 bulan (Maret 1991-Maret 2001).
Pemangkasan tingkat pajak yang diberlakukan oleh pemerintahan Trump serta pelonggaran regulasi untuk pebisnis disebut oleh para ekonom sebagai faktor yang memotori ekspansi ekonomi selama 121 bulan tanpa putus tersebut, dilansir dari CNBC International.
Sayang, kekhawatiran bahwa perang dagang AS-China bisa kembali memanas membatasi kinerja Wall Street.
Berbicara selepas menggelar pertemuan dengan Xi Jinping di sela-sela gelaran KTT G20 di Osaka, Jepang, Trump menyebut bahwa AS meringankan sanksi yang sebelumnya dibebankan kepada raksasa pembuat perangkat telekomunikasi asal China, Huawei.
“Salah satu hal yang akan saya izinkan adalah – banyak orang terkejut bahwa kami mengirim dan menjual banyak sekali produk ke Huawei yang pada akhirnya diproduksi menjadi berbagai macam hal – dan saya katakan oke, kami akan tetap menjual produk tersebut,” kata Trump, dilansir dari CNBC International.
Sebelumnya pada bulan Mei, AS memasukkan Huawei ke dalam daftar hitam yang membuat perusahaan-perusahaan asal AS tak bisa menjual atau mentransfer teknologi yang mereka miliki ke Huawei tanpa adanya lisensi khusus.
Namun ternyata, pelonggaran sanksi yang diberikan AS tak sesignifikan yang sebelumnya diisyaratkan oleh Trump. Penasihat Ekonomi Gedung Putih Larry Kudlow menyebut bahwa pemerintah AS tidak mengeluarkan Huawei dari daftar hitam dan pihaknya hanya akan menerbitkan izin lebih banyak bagi perusahaan asal AS untuk menjual produknya ke Huawei selama produk tersebut tak membawa ancaman bagi kemanan nasional AS.
“Huawei akan tetap masuk dalam daftar hitam di mana akan ada kontrol ekspor yang ketat dan dalam hal yang berkaitan dengan kemanan nasional maka tak akan ada izin yang diterbitkan (bagi perusahaan AS untuk berbisnis dengan Huawei),” kata Kudlow dalam wawancara dengan Fox News, dilansir dari CNBC International.
Akibatnya, harga saham emiten-emiten pembuat chip yang memotori laju Wall Street pada hari Senin justru berjatuhan kemarin: Skyworks Solutions ambruk 1,31%, Micron Technology melemah 1.27%, Qualcomm turun 0,66%, dan Broadcom terdepresiasi 1,67%.
Celakanya lagi, Trump juga ingin kesepakatan dagang AS-China dibuat untuk lebih menguntungkan AS.
“Itu (kesepakatan dagang) haruslah lebih menguntungkan kita ketimbang China karena mereka telah mengambil keuntungan yang sangat besar (dari AS) untuk begitu lama,” cetus Trump di Gedug Putih pada hari Senin, dilansir dari CNBC International.
"Sudah jelas Anda tidak bisa membuat kesepakatan 50-50. Itu (kesepakatan dagang) haruslah lebih menguntungkan kami,” lanjut presiden AS ke-45 tersebut.
BERLANJUT KE HALAMAN 3 (ank/ank)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular