
Newsletter
Suku Bunga Global Kondusif, Tapi Cermati Harga Minyak
Hidayat Setiaji & Anthony Kevin & M Taufan Adharsyah, CNBC Indonesia
21 June 2019 05:46

Dari Wall Street, tiga indeks utama ditutup menguat. Dow Jones Industrial Average (DJIA) naik dan S&P 500 masing-masing naik 0,96%, sementara Nasdaq Composite bertambah 0,8%.
Bursa saham New York masih bersemangat karena prospek penurunan suku bunga acuan. Mengutip CME Fedwatch, probabilitas penurunan Federal Funds Rate sebesar 25 bps ke 2-2,5% pada Juli mencapai 73,9%.
Arus modal juga berdatangan ke pasar saham karena yield obligasi pemerintah AS yang turun 0,4 bps ke 2,0232%, terendah sejak 8 November 2016. Penurunan suku bunga acuan memang berdampak instan terhadap yield obligasi.
Pelaku pasar juga semringah karena hubungan AS-China yang membaik. Rencana pertemuan Presiden AS Donald Trump dengan Presiden China Xi Jinping di sela-sela KTT G20 akhir bulan ini memunculkan kembali harapan terciptanya damai dagang di antara kedua negara.
"Tim dari kedua negara akan melakukan komunikasi, merujuk kepada instruksi dari para kepala negara. Kami berharap AS akan menciptakan kondisi dan atmosfer yang memadai untuk memecahkan masalah melalui dialog.
"Kedua pihak memiliki kepentingan yang sama, Saya yakin dengan menyelesaikan hal-hal yang menjadi perhatian bersama maka kedua negara akan dapat menemukan solusi dengan cara yang sepatutnya," papar Gao Feng, Juru Bicara Kementerian Perdagangan China, mengutip Reuters.
China juga siap untuk melakukan reformasi ekonomi dan akan lebih ramah kepada para investor asing. Isu-isu ini memang menjadi sorotan AS.
"China akan meneruskan komitmen untuk reformasi dan keterbukaan. Kami menyambut lebih banyak investasi asing di China. Kami juga akan melakukan pelonggaran akses di sejumlah sektor untuk menciptakan lingkungan yang ramah dan taat aturan perundangan," kata Li Keqiang, Perdana Menteri China, dikutip dari Reuters.
Faktor lain yang menghijaukan Wall Street adalah lonjakan harga minyak dunia. Pada pukul 04:41 WIB, harga minyak jenis brent dan light sweet meroket masing-masing 4,38% dan 5,8%.
Tensi di Timur Tengah yang meninggi menjadi penyebab kenaikan harga si emas hitam. Iran menembak jatuh drone militer milik AS, meski Presiden Trump menilai kejadian itu hanya kesalahpahaman.
"Saya rasa Iran membuat kekhilafan. Lagi pula itu adalah pesawat tanpa awak, tidak ada orang di dalamnya. Akan berbeda kalau ada pilotnya. Sulit dipercaya kalau itu (penembakan drone) dilakukan dengan sengaja," kata Trump, mengutip Reuters.
Walau Trump mencoba menenangkan suasana, tetapi tidak mampu menutup kekhawatiran pasar bahwa situasi bisa memanas kapan saja. AS dan sekutunya terus memojokkan Iran, menuduh Teheran sebagai pelaku serangan atas dua kapal kargo di Selat Hormuz beberapa waktu lalu serta sejumlah aksi lainnya.
Apalagi Iran juga agak panas karena menilai wilayah udaranya telah dimasuki benda asing yang bisa mengancam keamanan nasional. "Wilayah udara kami adalah batas yang sangat penting, dan Iran akan selalu merespons dengan kuat kepada setiap negara yang melanggarnya," tegas Ali Shamkhani, Sekretaris Dewan Keamanan Nasional Iran, mengutip Reuters.
Ketegangan di Timur Tengah (jika terus tereskalasi) dikhawatirkan akan mengganggu produksi dan pasokan minyak ke pasar global. Maklum, Timur Tengah adalah kawasan penghasil minyak terbesar di dunia.
Namun kenaikan harga minyak membuat saham emiten-emiten energi di Wall Street ikut menanjak. Harga saham Exxon Mobil naik 1,71% dan Chevron terangkat 1,13%.
(BERLANJUT KE HALAMAN 3)
(aji/aji)
Bursa saham New York masih bersemangat karena prospek penurunan suku bunga acuan. Mengutip CME Fedwatch, probabilitas penurunan Federal Funds Rate sebesar 25 bps ke 2-2,5% pada Juli mencapai 73,9%.
Arus modal juga berdatangan ke pasar saham karena yield obligasi pemerintah AS yang turun 0,4 bps ke 2,0232%, terendah sejak 8 November 2016. Penurunan suku bunga acuan memang berdampak instan terhadap yield obligasi.
Pelaku pasar juga semringah karena hubungan AS-China yang membaik. Rencana pertemuan Presiden AS Donald Trump dengan Presiden China Xi Jinping di sela-sela KTT G20 akhir bulan ini memunculkan kembali harapan terciptanya damai dagang di antara kedua negara.
"Tim dari kedua negara akan melakukan komunikasi, merujuk kepada instruksi dari para kepala negara. Kami berharap AS akan menciptakan kondisi dan atmosfer yang memadai untuk memecahkan masalah melalui dialog.
"Kedua pihak memiliki kepentingan yang sama, Saya yakin dengan menyelesaikan hal-hal yang menjadi perhatian bersama maka kedua negara akan dapat menemukan solusi dengan cara yang sepatutnya," papar Gao Feng, Juru Bicara Kementerian Perdagangan China, mengutip Reuters.
China juga siap untuk melakukan reformasi ekonomi dan akan lebih ramah kepada para investor asing. Isu-isu ini memang menjadi sorotan AS.
"China akan meneruskan komitmen untuk reformasi dan keterbukaan. Kami menyambut lebih banyak investasi asing di China. Kami juga akan melakukan pelonggaran akses di sejumlah sektor untuk menciptakan lingkungan yang ramah dan taat aturan perundangan," kata Li Keqiang, Perdana Menteri China, dikutip dari Reuters.
Faktor lain yang menghijaukan Wall Street adalah lonjakan harga minyak dunia. Pada pukul 04:41 WIB, harga minyak jenis brent dan light sweet meroket masing-masing 4,38% dan 5,8%.
Tensi di Timur Tengah yang meninggi menjadi penyebab kenaikan harga si emas hitam. Iran menembak jatuh drone militer milik AS, meski Presiden Trump menilai kejadian itu hanya kesalahpahaman.
"Saya rasa Iran membuat kekhilafan. Lagi pula itu adalah pesawat tanpa awak, tidak ada orang di dalamnya. Akan berbeda kalau ada pilotnya. Sulit dipercaya kalau itu (penembakan drone) dilakukan dengan sengaja," kata Trump, mengutip Reuters.
Walau Trump mencoba menenangkan suasana, tetapi tidak mampu menutup kekhawatiran pasar bahwa situasi bisa memanas kapan saja. AS dan sekutunya terus memojokkan Iran, menuduh Teheran sebagai pelaku serangan atas dua kapal kargo di Selat Hormuz beberapa waktu lalu serta sejumlah aksi lainnya.
Apalagi Iran juga agak panas karena menilai wilayah udaranya telah dimasuki benda asing yang bisa mengancam keamanan nasional. "Wilayah udara kami adalah batas yang sangat penting, dan Iran akan selalu merespons dengan kuat kepada setiap negara yang melanggarnya," tegas Ali Shamkhani, Sekretaris Dewan Keamanan Nasional Iran, mengutip Reuters.
Ketegangan di Timur Tengah (jika terus tereskalasi) dikhawatirkan akan mengganggu produksi dan pasokan minyak ke pasar global. Maklum, Timur Tengah adalah kawasan penghasil minyak terbesar di dunia.
Namun kenaikan harga minyak membuat saham emiten-emiten energi di Wall Street ikut menanjak. Harga saham Exxon Mobil naik 1,71% dan Chevron terangkat 1,13%.
(BERLANJUT KE HALAMAN 3)
(aji/aji)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular