Newsletter

Suku Bunga Global Kondusif, Tapi Cermati Harga Minyak

Hidayat Setiaji & Anthony Kevin & M Taufan Adharsyah, CNBC Indonesia
21 June 2019 05:46
Cermati Sentimen Penggerak Pasar Hari Ini
Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Untuk perdagangan hari ini, investor patut mencermati sejumlah sentimen. Pertama tentu dinamika di Wall Street yang positif. Diharapkan optimisme di sana bisa menular sampai ke Asia, tidak terkecuali Indonesia. 

Sentimen kedua adalah arah kebijakan moneter global yang sepertinya semakin terkonfirmasi menuju pelonggaran. Setelah kemarin ada The Fed, BoJ, dan BI, datang lagi hasil rapat Bank Sentral Inggris (BoE). 

Gubernur Mark Carney dan rekan juga masih mempertahankan suku bunga acuan di angka 0,75%. Namun pernyataan yang menyertainya menggambarkan begitu nestapanya prospek perekonomian Negeri John Bull. 

"Risiko ke bawah (downside risk) pertumbuhan ekonomi meningkat. Secara global, friksi dagang terus meningkat sementara di sisi domestik persepsi terhadap No-Deal Brexit juga meningkat. Suku bunga di negara-negara maju mengarah ke bawah, dan ketidakpastian terkait Brexit juga memberikan tekanan," sebut keterangan tertulis BoE. 

Setelah tumbuh 0,5% pada kuartal I-2019, BoE memperkirakan ekonomi Inggris pada kuartal II-2019 mendatar. Tidak tumbuh alias 0%. Konsumsi rumah tangga dinilai masih cukup kuat, tetapi ada perlambatan di sisi investasi. 

Laju inflasi juga terancam tidak bisa mencapai target 2%. Pada Mei, inflasi memang masih 2% year-on-year (YoY), tetapi pada akhir tahun sepertinya akan di bawah itu.  

BoE menegaskan masih berpegang pada kenaikan suku bunga acuan secara gradual, dengan asumsi ekonomi tidak mengalami kontraksi dan Brexit berjalan mulus. Namun sejumlah pihak justru berpandangan sebaliknya. 

"Jika terjadi No-Deal Brexit, maka BoE sepertinya akan mengubah arah kebijakan dengan lebih mendukung pertumbuhan ekonomi. Caranya adalah menurunkan suku bunga," kata Ekonom Capital Economics Thomas Pugh, mengutip Reuters. 

Apabila pelaku pasar menilai BoE lebih baik mengikuti tren pelonggaran kebijakan moneter global, maka semakin nyata bahwa suku bunga memang sedang mengarah ke selatan. Situasi ini bisa menguntungkan pasar keuangan Indonesia, karena seperti yang sudah disinggung sebelumnya, Indonesia mampu menawarkan keuntungan dan keamanan. 

Sentimen ketiga adalah tekanan terhadap dolar AS yang belum juga mereda. Pada pukul 05:21 WIB, Dollar Index (yang mengukur posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) terkoreksi 0,5%. Dalam sebulan terakhir, indeks ini melemah nyaris 1%. 

Keyakinan pasar terhadap penurunan suku bunga acuan masih membebani langkah dolar AS. Situasi ini bisa menjadi momentum bagi rupiah untuk melanjutkan penguatan. Kalau rupiah menguat lagi, maka apresiasinya menjadi empat hari beruntun. 

Namun rupiah patut waspada dengan sentimen keempat yaitu lonjakan harga minyak. Walau sentimen ini mungkin berdampak positif ke pasar saham karena bisa mendongkrak laba emiten-emiten energi dan pertambangan, tetapi efeknya justru negatif terhadap rupiah. 

Kenaikan harga minyak akan membuat biaya impor komoditas ini membengkak, dan semakin membebani transaksi berjalan (current account). Padahal transaksi berjalan adalah fondasi penting bagi nilai tukar mata uang, karena mencerminkan pasokan devisa dari ekspor-impor barang dan jasa. 


Kalau transaksi berjalan masih bermasalah, rupiah akan dibayangi risiko pelemahan. Jadi walau faktor suku bunga global mendukung rupiah, tetapi mata uang Tanah Air perlu waspada dengan kenaikan harga minyak. 

(BERLANJUT KE HALAMAN 4)

(aji/aji)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular