
Newsletter
Asyik, AS-China Baikan Lagi!
Hidayat Setiaji & M Taufan Adharsyah & Anthony Kevin, CNBC Indonesia
19 June 2019 05:28

Untuk perdagangan hari ini, investor patut mencermati sejumlah sentimen. Pertama tentunya kinerja Wall Street yang moncer. Semoga optimisme di Wall Street bisa menular ke Asia dan kembali mengangkat IHSG.
Kedua adalah sentimen yang berhasil membuat Wall Street bergairah yaitu munculnya asa damai dagang AS-China. Setelah agak lama 'marahan', Washington-Beijing sepertinya sudah baikan lagi. Hanya dengan satu panggilan telepon dan semua menjadi baik-baik saja.
Investor dan seluruh dunia berharap AS-China mampu kembali membuka jalan menuju damai dagang dalam pertemuan di Osaka nanti. Sebab jika gagal, api perang dagang tampaknya bakal semakin berkobar dan membakar perekonomian dunia.
Bagaimana tidak, AS sudah mengancam bakal mengenakan bea masuk baru bagi importasi produk-produk China bernilai US$ 300 miliar jika kedua negara tidak kunjung mencapai kesepakatan dagang. Jika AS menerapkan kebijakan itu, maka sudah pasti China akan membalas. Perang dagang ronde kesekian akan berlangsung, yang membuat arus perdagangan dan investasi global macet.
Oleh karena itu, mari berharap relasi AS-China kembali mesra dan mereka berhasil menyepakati proses menuju damai dagang. Dengan begitu, satu risiko besar bernama damai dagang bisa dicoret dari daftar.
Sentimen ketiga, kali ini terkait suku bunga, adalah pernyataan Trump seputar rencana pelonggaran moneter oleh ECB. Trump menuding langkah tersebut dilakukan untuk melemahkan nilai tukar euro, yang membuat ekspor Eropa menjadi kompetitif.
"Mario Draghi mengumumkan lebih banyak stimulus akan hadir, yang membuat euro jatuh di hadapan dolar AS. Ini menjadi tidak adil karena mereka akan lebih mudah berkompetisi dengan AS. Mereka sudah lolos dengan hal semacam ini selama bertahun-tahun, sama seperti China dan yang yang lainnya," tulis Trump melalui cuitan di Twitter.
Trump memang sangat concern dengan isu suku bunga dan perdagangan. Bahkan eks taipan properti ini tidak sekali dua kali menentang keputusan The Fed, yang menurutnya terlalu agresif menaikkan suku bunga tahun lalu sehingga menghambat ekspansi ekonomi.
Kini serangan Trump melebar, mengarah ke seberang Samudera Atlantik. Apakah keluhan Trump akan membuat ECB keder? Menarik untuk memantau kelanjutan drama ini, karena bisa jadi menentukan arah pergerakan suku bunga global.
(BERLANJUT KE HALAMAN 4)
(aji/aji)
Kedua adalah sentimen yang berhasil membuat Wall Street bergairah yaitu munculnya asa damai dagang AS-China. Setelah agak lama 'marahan', Washington-Beijing sepertinya sudah baikan lagi. Hanya dengan satu panggilan telepon dan semua menjadi baik-baik saja.
Investor dan seluruh dunia berharap AS-China mampu kembali membuka jalan menuju damai dagang dalam pertemuan di Osaka nanti. Sebab jika gagal, api perang dagang tampaknya bakal semakin berkobar dan membakar perekonomian dunia.
Bagaimana tidak, AS sudah mengancam bakal mengenakan bea masuk baru bagi importasi produk-produk China bernilai US$ 300 miliar jika kedua negara tidak kunjung mencapai kesepakatan dagang. Jika AS menerapkan kebijakan itu, maka sudah pasti China akan membalas. Perang dagang ronde kesekian akan berlangsung, yang membuat arus perdagangan dan investasi global macet.
Oleh karena itu, mari berharap relasi AS-China kembali mesra dan mereka berhasil menyepakati proses menuju damai dagang. Dengan begitu, satu risiko besar bernama damai dagang bisa dicoret dari daftar.
Sentimen ketiga, kali ini terkait suku bunga, adalah pernyataan Trump seputar rencana pelonggaran moneter oleh ECB. Trump menuding langkah tersebut dilakukan untuk melemahkan nilai tukar euro, yang membuat ekspor Eropa menjadi kompetitif.
"Mario Draghi mengumumkan lebih banyak stimulus akan hadir, yang membuat euro jatuh di hadapan dolar AS. Ini menjadi tidak adil karena mereka akan lebih mudah berkompetisi dengan AS. Mereka sudah lolos dengan hal semacam ini selama bertahun-tahun, sama seperti China dan yang yang lainnya," tulis Trump melalui cuitan di Twitter.
Trump memang sangat concern dengan isu suku bunga dan perdagangan. Bahkan eks taipan properti ini tidak sekali dua kali menentang keputusan The Fed, yang menurutnya terlalu agresif menaikkan suku bunga tahun lalu sehingga menghambat ekspansi ekonomi.
Kini serangan Trump melebar, mengarah ke seberang Samudera Atlantik. Apakah keluhan Trump akan membuat ECB keder? Menarik untuk memantau kelanjutan drama ini, karena bisa jadi menentukan arah pergerakan suku bunga global.
(BERLANJUT KE HALAMAN 4)
(aji/aji)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular