Newsletter

TGIF! Semoga Ada Happy Weekend Buat IHSG dan Rupiah...

Hidayat Setiaji & M Taufan Adharsyah & Anthony Kevin, CNBC Indonesia
14 June 2019 06:11
Cermati Sentimen Penggerak Pasar Hari Ini
Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Untuk perdagangan hari ini, investor patut mencermati sejumlah sentimen. Pertama adalah dinamika di Wall Street yang cukup positif. Semoga optimisme di Wall Street menular ke Asia, termasuk Indonesia. 

Kedua, seperti yang mewarnai Wall Street, investor perlu terus memantau perkembangan harga minyak. Jika di pasar saham kenaikan harga minyak bisa menjadi berkah karena mendongkrak laba emiten, maka di pasar valas dampaknya mungkin berbeda terutama buat rupiah. 

Indonesia adalah negara net importir minyak, impor adalah sebuah keniscayaan karena produksi dalam negeri masih belum cukup untuk memenuhi permintaan. Saat harga minyak naik, biaya impor minyak akan membengkak sehingga menambah beban di transaksi berjalan (current account). 

Transaksi berjalan adalah fondasi penting bagi nilai tukar, karena mencerminkan pasokan devisa dari ekspor-impor barang dan jasa. Ketika defisit transaksi berjalan semakin parah karena tingginya impor minyak, jangan heran kalau rupiah rawan melemah. 


Sentimen ketiga adalah dari Inggris, di mana Partai Konservatif menggelar pemilihan untuk menentukan pengganti Theresa May sebagai perdana menteri. May memutuskan mundur dan sosok penggantinya masih merupakan jatah Tories, karena Pemilu di Inggris baru dihelat pada 2022. 

Dalam proses voting pertama, nama Boris Johnson keluar sebagai pengumpul suara terbanyak. Sementara tiga calon lainnya yaitu Mark Harper, Andrea Leadsom, dan Esther McVey dipastikan gugur, tidak bisa ikut proses selanjutnya karena minim perolehan suara. 

Johnson meraup 114 suara, unggul jauh dari pesaing terdekatnya Jeremy Hunt (43 suara). Posisi ketiga ditempat Michael Gove (37 suara). Total ada tujuh kandidat yang bakal ikut serta dalam voting tahap II yang akan digelar pekan depan. 

Melihat kondisi sekarang, sepertinya Johnson bisa melenggang mulus ke Jalan Downing Nomor 10. Rumah judi memasang probabilitas Johnson menjadi perdana menteri mencapai 70%. 

Johnson adalah figur kontroversial dan seorang euroskeptik. Oleh karena itu, ada sedikit kekhawatiran bahwa Johnson akan membuat Inggris keluar dari Uni Eropa dengan cara apa pun, termasuk No Deal Brexit (Inggris keluar dari Uni Eropa tanpa kompensasi). 

Ketidakpastian dari Inggris terkait pergantian kepemimpinan bisa membuat pelaku pasar memilih bermain aman. Sampai semua tenang, lebih baik jangan 'bermain api' dulu. 

Jika ini terjadi, maka aset-aset di negara berkembang akan kekurangan peminat. Tentu menjadi kabar buruk bagi IHSG dan rupiah. 

Sentimen keempat, investor juga masih perlu memantau segala kabar terkait perang dagang AS-China. Terutama soal kepastian pertemuan Presiden AS Donald Trump dengan Presiden China Xi Jinping di KTT G20 di Osaka (Jepang) akhir bulan ini. 

Sejauh ini Washington masih ingin kedua pemimpin itu bertemu dan bisa membuka jalan menuju damai dagang, seperti yang terjadi di Buenos Aires (Argentina) akhir tahun lalu. "Namun belum ada proses formalisasi," ujar Lawrence 'Larry' Kudlow, Penasihat Ekonomi Gedung Putih, mengutip Reuters. 

"Prinsip dasar (dialog dagang) adalah kerja sama. China tidak akan bernegosiasi untuk sebuah hal yang sangat prinsip," tegas Gao Feng, Juru Bicara Kementerian Perdagangan China, dikutip dari Reuters. 

Sepertinya hubungan Washington-Beijing masih renggang, belum ada titik terang seputar pertemuan Trump-Xi di Osaka. Kita tunggu saja, semoga hari ini ada berita yang melegakan. 

(BERLANJUT KE HALAMAN 4)

(aji/aji)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular