
Newsletter
Pantau Terus Arah Suku Bunga dan Perang Dagang AS-China
Hidayat Setiaji & M Taufan Adharsyah & Anthony Kevin, CNBC Indonesia
13 June 2019 05:55

Untuk perdagangan hari ini, investor patut mencermati sejumlah sentimen. Pertama tentu perkembangan di Wall Street yang kurang kondusif. Wall Street kini melemah dua hari beruntun, sesuatu yang bisa mempengaruhi mood pelaku pasar di Asia, termasuk Indonesia.
Sentimen kedua, investor patut waspada dengan potensi kebangkitan dolar AS. Pada pukul 04:50 WIB, Dollar Index menguat 0,31%.
Tekanan terhadap dolar AS yang sudah berlangsung lama membuat mata uang ini menyimpan energi untuk technical rebound. Jika penguatan dolar AS bertahan seharian, maka rupiah harus ekstra hati-hati. Pasalnya berkebalikan dengan dolar AS, rupiah sudah menguat cukup tajam sehingga rentan terserang profit taking.
Di pasar Non-Deliverable Forwards (NDF), depresiasi rupiah sudah terlihat. Pergerakan rupiah di pasar NDF acap kali selaras dengan dinamika di pasar spot.
Namun masih ada kemungkinan dolar AS kembali terpukul mundur, seperti yang terjadi kemarin. Sebab hawa penurunan suku bunga acuan semakin terasa. Jadi, kita lihat saja nanti.
Sentimen ketiga, investor perlu terus memantau perkembangan relasi AS-China. Menurut Trump, saat ini hubungan AS-China sedang diuji.
Trump menegaskan bahwa dirinya tetap optimistis kesepakatan dagang dengan China akan terwujud. "Sesuatu akan terjadi, dan menurut saya akan sangat positif," ujarnya, dikutip dari Reuters.
Namun eks pembawa acara reality show The Apprentice tersebut tidak mematok tenggat waktu untuk mencapai kesepakatan dengan China. "Deadline saya adalah apa yang terjadi di lapangan. Tidak ada yang bisa menentukan," sambungnya.
Well, sepertinya sentimen ini masih akan menjadi pemberat laju pasar keuangan global karena penuh dengan ketidakpastian. Sebelum damai dagang AS-China benar-benar sudah tertuang hitam di atas putih, rasanya perjalanan pasar masih akan diwarnai turbulensi.
(BERLANJUT KE HALAMAN 4)
(aji/aji)
Sentimen kedua, investor patut waspada dengan potensi kebangkitan dolar AS. Pada pukul 04:50 WIB, Dollar Index menguat 0,31%.
Tekanan terhadap dolar AS yang sudah berlangsung lama membuat mata uang ini menyimpan energi untuk technical rebound. Jika penguatan dolar AS bertahan seharian, maka rupiah harus ekstra hati-hati. Pasalnya berkebalikan dengan dolar AS, rupiah sudah menguat cukup tajam sehingga rentan terserang profit taking.
Di pasar Non-Deliverable Forwards (NDF), depresiasi rupiah sudah terlihat. Pergerakan rupiah di pasar NDF acap kali selaras dengan dinamika di pasar spot.
Periode | Kurs 12 Juni (15:59 WIB) | Kurs 13 Juni (04:33 WIB) |
1 Pekan | Rp 14.249 | Rp 14.268 |
1 Bulan | Rp 14.311 | Rp 14.328 |
2 Bulan | Rp 14.380 | Rp 14.402 |
3 Bulan | Rp 14.456,5 | Rp 14.477 |
6 Bulan | Rp 14.654 | Rp 14.673 |
9 Bulan | Rp 14.848 | Rp 14.871,1 |
1 Tahun | Rp 15.041,5 | Rp 15.066 |
2 Tahun | Rp 15.814,2 | Rp 15.685 |
Namun masih ada kemungkinan dolar AS kembali terpukul mundur, seperti yang terjadi kemarin. Sebab hawa penurunan suku bunga acuan semakin terasa. Jadi, kita lihat saja nanti.
Sentimen ketiga, investor perlu terus memantau perkembangan relasi AS-China. Menurut Trump, saat ini hubungan AS-China sedang diuji.
Trump menegaskan bahwa dirinya tetap optimistis kesepakatan dagang dengan China akan terwujud. "Sesuatu akan terjadi, dan menurut saya akan sangat positif," ujarnya, dikutip dari Reuters.
Namun eks pembawa acara reality show The Apprentice tersebut tidak mematok tenggat waktu untuk mencapai kesepakatan dengan China. "Deadline saya adalah apa yang terjadi di lapangan. Tidak ada yang bisa menentukan," sambungnya.
Well, sepertinya sentimen ini masih akan menjadi pemberat laju pasar keuangan global karena penuh dengan ketidakpastian. Sebelum damai dagang AS-China benar-benar sudah tertuang hitam di atas putih, rasanya perjalanan pasar masih akan diwarnai turbulensi.
(BERLANJUT KE HALAMAN 4)
(aji/aji)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular