Newsletter

Waspadalah, Waspadalah! The Fed Kini Tak Kalem Lagi!

Hidayat Setiaji & Anthony Kevin & M Taufan Adharsyah, CNBC Indonesia
02 May 2019 05:17
Cermati Sentimen Penggerak Pasar Hari Ini
Gubernur The Federal Reserve Jerome Powell (Reuters)
Untuk perdagangan hari ini, investor patut mencermati sejumlah sentimen. Pertama tentu Wall Street yang berakhir di zona merah. Ditambah dengan jetlag seusai libur Mayday, investor di pasar bisa kehilangan gairah. Tentu bukan kabar baik buat IHSG dkk. 

Sentimen kedua adalah respons investor terhadap hasil rapat The Fed. Sepertinya sentimen ini akan menjadi pemeran utama, dominan memberi arah pergerakan pasar. 

Wall Street sudah merasakan betapa ampuhnya sentimen ini membuat investor berputar 180 derajat. Dari optimistis menjadi sangat hati-hati, dari agresif menjadi sangat konservatif. 

Kemungkinan besar hal serupa juga akan terjadi di pasar keuangan Benua Kuning, termasuk Indonesia. Perburuan terhadap aset-aset berisiko di negara berkembang akan sepi, sebaliknya arus modal akan menyemut di hadapan dolar AS. 

Oleh karena itu, sepertinya dolar AS akan perkasa pada perdagangan hari ini. Nasib rupiah menjadi tidak menentu, dan kalau melemah lagi maka derita mata uang Tanah Air akan semakin panjang. 


Namun, rupiah bisa terbantu oleh sentimen ketiga yaitu harga minyak. Pada pukul 04:44 WIB, harga minyak jenis brent dan light sweet turun masing-masing 0,95% dan 0,45%. 

Penyebab koreksi harga si emas hitam adalah persepsi pasokan yang berlimpah. US Energy Information Administration mencatat stok minyak AS pada pekan lalu naik 9,9 juta barel menjadi 470,6 juta barel. Ini merupakan stok terbanyak sejak September 2017. 

Produksi minyak Negeri Adidaya pun semakin bertambah, kini mencapai 12,3 juta barel/hari. AS menjadi negara penghasil minyak nomor satu di dunia. Akibat stok minyak AS yang meluber, harga pun tertarik ke bawah.   

Koreksi harga minyak bisa menjadi kabar gembira buat rupiah. Sebagai negara net importir minyak, penurunan harga komoditas ini tentu sangat membantu menurunkan defisit di transaksi berjalan (current account). 

Saat defisit transaksi berjalan lebih baik, maka rupiah akan punya modal yang lebih untuk menguat. Sebab ada pasokan devisa dari ekspor-impor barang dan jasa yang lebih memadai. 

Sentimen keempat, kali ini dari dalam negeri, adalah rilis data inflasi oleh Badan Pusat Statistik. Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan inflasi April secara bulanan (month-to-month/MoM) sebesar 0,3%. Sementara inflasi tahunan (year-on-year/YoY) ada di 2,665% dan inflasi inti tahunan diperkirakan 3,035%.


Memang ada percepatan dibandingkan Maret, tetapi tidak signifikan. Oleh karena itu, jika realisasi data inflasi tidak jauh dari konsensus maka dampaknya tidak kemungkinan tidak akan terlalu besar. Datar-datar saja, netral lah. Kecuali kenyataannya melenceng jauh dari perkiraan, mungkin bisa menjadi sentimen besar yang menggerakkan pasar.

Namun sepertinya sentimen utama yang harus diwaspadai tetap buntut dari hasil rapat The Fed yang tak lagi dovish. Waspadalah, waspadalah! 

(BERLANJUT KE HALAMAN 4)

(aji/aji)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular