
Newsletter
Waspadalah, Waspadalah! The Fed Kini Tak Kalem Lagi!
Hidayat Setiaji & Anthony Kevin & M Taufan Adharsyah, CNBC Indonesia
02 May 2019 05:17

Kewaspadaan patut ditingkatkan karena tiga indeks utama di Wall Street melemah. Dow Jones Industrial Average (DJIA) berakhir minus 0,61%, S&P 500 terkoreksi 0,75%, dan Nasdaq Composite berkurang 0,57%.
Hasil rapat komite pengambil kebijakan The Federal Reserve/The Fed (Federal Open Market Committee/FOMC) yang digadang-gadang bakal melicinkan jalan Wall Street ke zona hijau justru membuatnya terjatuh. Sebab, pelaku pasar terlanjur berekspektasi bahwa Jerome 'Jay' Powell dan kolega akan kembali menahan suku bunga acuan di 2,25-2,5% sembari mengeluarkan pernyataan bernada kalem (dovish).
Bahkan investor sudah berani menebak suku bunga acuan bisa turun tahun ini. Mengutip CME Fedwatch, probabilitas Federal Funds Rate pada akhir 2019 berada di 2-2,25% atau turun 25 basis poin (bps) kemarin berada di angka 41%. Lebih tinggi ketimbang tetap di 2,25-2,5% yaitu 34%.
Namun semua perkiraan itu kandas. Bagai sebuah peluang matang yang gagal berbuah gol, yang ada justru membuat lawan punya momentum untuk melakukan serangan balik.
The Fed memang masih mempertahankan suku bunga acuan di 2,25-2,5%. Namun pernyataan yang menyertainya jauh dari kata dovish.
"Kami merasa stance kebijakan kami masih layak dipertahankan untuk saat ini. Kami tidak melihat ada tanda-tanda yang kuat untuk menuju ke arah sebaliknya. Saya melihat kita dalam jalur yang benar," tegas Powell dalam konferensi pers usai rapat, mengutip Reuters.
Well, Powell ada benarnya. Pada kuartal I-2019, pembacaan awal pertumbuhan ekonomi AS berada di angka 3,2% secara kuartalan yang disetahunkan (quarterly annualized). Jauh lebih baik dibandingkan proyeksi The Fed yaitu 2,4%.
"Pasar tenaga kerja tetap kuat. Ekonomi juga tumbuh solid. Apa yang kami putuskan hari ini sebaiknya tidak dibaca sebagai sinyal perubahan kebijakan pada masa mendatang," tambahnya.
Soal inflasi, Powell menilai The Fed masih bisa bersabar. Sebab belum ada pertanda yang konsisten bahwa inflasi di Negeri Paman Sam stabil di bawah target 2%.
"Kalau inflasi bergerak secara persisten di bawah (target), maka itu baru sesuatu yang perlu diperhatikan dan kami akan masukkan dalam pengambilan kebijakan. Namun saat ini, kami masih bisa bersabar," sebutnya.
Komentar yang jauh dari kesan dovish ini membuat investor kecele. Apa yang diharapkan ternyata jauh dari kenyataan. Malah jadi bumerang yang berbalik menyerang.
Dinamika di CME Fedwatch langsung berubah. Kini peluang The Fed mempertahankan suku bunga acuan hingga akhir tahun ini mencapai 47,1%. Lebih tinggi ketimbang turun 25 bps yang menjadi 38,8%.
Hawa suku bunga rendah yang batal tercipta membuat risk appetite investor sirna. Pelaku pasar pun kembali aktif berburu aset-aset aman, salah satunya dolar AS.
Pada pukul 04:42 WIB, Dollar Index (yang mencerminkan posisi greenback di hadapan enam mata uang utama) menguat 0,18%. Padahal sampai malam tadi, sebelum rilis hasil rapat FOMC, indeks ini setia di jalur merah.
(BERLANJUT KE HALAMAN 3)
(aji/aji)
Hasil rapat komite pengambil kebijakan The Federal Reserve/The Fed (Federal Open Market Committee/FOMC) yang digadang-gadang bakal melicinkan jalan Wall Street ke zona hijau justru membuatnya terjatuh. Sebab, pelaku pasar terlanjur berekspektasi bahwa Jerome 'Jay' Powell dan kolega akan kembali menahan suku bunga acuan di 2,25-2,5% sembari mengeluarkan pernyataan bernada kalem (dovish).
Bahkan investor sudah berani menebak suku bunga acuan bisa turun tahun ini. Mengutip CME Fedwatch, probabilitas Federal Funds Rate pada akhir 2019 berada di 2-2,25% atau turun 25 basis poin (bps) kemarin berada di angka 41%. Lebih tinggi ketimbang tetap di 2,25-2,5% yaitu 34%.
Namun semua perkiraan itu kandas. Bagai sebuah peluang matang yang gagal berbuah gol, yang ada justru membuat lawan punya momentum untuk melakukan serangan balik.
The Fed memang masih mempertahankan suku bunga acuan di 2,25-2,5%. Namun pernyataan yang menyertainya jauh dari kata dovish.
"Kami merasa stance kebijakan kami masih layak dipertahankan untuk saat ini. Kami tidak melihat ada tanda-tanda yang kuat untuk menuju ke arah sebaliknya. Saya melihat kita dalam jalur yang benar," tegas Powell dalam konferensi pers usai rapat, mengutip Reuters.
Well, Powell ada benarnya. Pada kuartal I-2019, pembacaan awal pertumbuhan ekonomi AS berada di angka 3,2% secara kuartalan yang disetahunkan (quarterly annualized). Jauh lebih baik dibandingkan proyeksi The Fed yaitu 2,4%.
"Pasar tenaga kerja tetap kuat. Ekonomi juga tumbuh solid. Apa yang kami putuskan hari ini sebaiknya tidak dibaca sebagai sinyal perubahan kebijakan pada masa mendatang," tambahnya.
Soal inflasi, Powell menilai The Fed masih bisa bersabar. Sebab belum ada pertanda yang konsisten bahwa inflasi di Negeri Paman Sam stabil di bawah target 2%.
"Kalau inflasi bergerak secara persisten di bawah (target), maka itu baru sesuatu yang perlu diperhatikan dan kami akan masukkan dalam pengambilan kebijakan. Namun saat ini, kami masih bisa bersabar," sebutnya.
Komentar yang jauh dari kesan dovish ini membuat investor kecele. Apa yang diharapkan ternyata jauh dari kenyataan. Malah jadi bumerang yang berbalik menyerang.
Dinamika di CME Fedwatch langsung berubah. Kini peluang The Fed mempertahankan suku bunga acuan hingga akhir tahun ini mencapai 47,1%. Lebih tinggi ketimbang turun 25 bps yang menjadi 38,8%.
Hawa suku bunga rendah yang batal tercipta membuat risk appetite investor sirna. Pelaku pasar pun kembali aktif berburu aset-aset aman, salah satunya dolar AS.
Pada pukul 04:42 WIB, Dollar Index (yang mencerminkan posisi greenback di hadapan enam mata uang utama) menguat 0,18%. Padahal sampai malam tadi, sebelum rilis hasil rapat FOMC, indeks ini setia di jalur merah.
(BERLANJUT KE HALAMAN 3)
(aji/aji)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular