
Newsletter
Damai Dagang Oke, Tapi Brexit Masih Memble
Hidayat Setiaji & Anthony Kevin & M Taufan Adharsyah & Dwi Ayuningtyas, CNBC Indonesia
05 April 2019 05:52

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar keuangan Indonesia ditutup menguat pada perdagangan kemarin. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), nilai tukar rupiah, dan harga obligasi negara seluruhnya menguat.
Kemarin, IHSG ditutup menguat 0,29%. Gerak IHSG selaras dengan indeks saham utama Asia yang juga menguat seperti Nikkei 225 (0,05%), Shanghai Composite (0,94%), Kospi (0,15%) dan Straits Times (0,15%).
Sementara rupiah mengakhiri perdagangan pasar spot dengan penguatan 0,28% terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Rupiah menjadi mata uang terbaik di Asia, karena mata uang utama Benua Kuning mayoritas melemah. Dolar AS sejatinya sedang bangkit kemarin, karena sudah melemah cukup dalam.
Sedangkan imbal hasil (yield) obligasi pemerintah seri acuan tenor 10 tahun turun 1,6 basis poin (bps). Penurunan yield adalah pertanda harga obligasi sedang naik karena tingginya permintaan.
Secara umum sentimen yang menaungi pasar keuangan Asia cenderung positif. Ini disebabkan hawa damai dagang AS-China yang semakin kentara.
Mulai Rabu waktu setempat, AS-China kembali menggelar dialog dagang di Washington. Tim AS dipimpin oleh Menteri Keuangan Steven Mnuchin dan Kepala Perwakilan Dagang Robert Lighthizer. Sementara delegasi China dikomandoi oleh Wakil Perdana Menteri Liu He.
"Wakil Perdana Menteri Liu dan timnya akan berada di Washington selama 3 hari, atau mungkin lebih. Kami akan membahas isu yang belum pernah disentuh sebelumnya, termasuk penegakan hukum. Semua berjalan baik, semua mengarah ke jalan yang benar, tetapi kita memang belum sampai di tujuan. Kami berharap kita bisa lebih dekat ke tujuan pada pekan ini," papar Kudlow dalam acara yang digelar Christian Science Monitor.
Kudlow menambahkan, China semakin terbuka dengan mengakui bahwa ada masalah dalam hal perlindungan atas hak kekayaan intelektual dan pemaksaan transfer teknologi. Untuk kali pertama China mengakui hal tersebut.
"Mereka akhirnya mengakui masalah ini untuk kali pertama. Sebelumnya mereka dalam pengingkaran," ujar Kudlow.
Sikap China yang semakin terbuka diharapkan mampu menjembatani perbedaan yang selama ini membuat jarak antara Washington-Beijing. Dengan demikian, proses menuju damai dagang akan semakin mudah.
Pelaku pasar pun semringah, karena damai dagang AS-China akan membuat pertumbuhan ekonomi dunia menjadi lebih baik. Tidak ada lagi main aman, investor kembali rajin memburu aset-aset berisiko di negara berkembang Asia, tidak terkecuali Indonesia.
(BERLANJUT KE HALAMAN 2)
Dari Wall Street, tiga indeks saham utama ditutup variatif cenderung menguat. Dow Jones Industrial Average (DJIA) naik 0,64%, S&P 500 menguat 0,21%, tetapi Nasdaq Composite turun tipis 0,05%.
Sentimen damai dagang AS-China masih menjadi motor penggerak bursa saham New York. Pelaku pasar semakin girang kala Presiden AS Donald Trump memanggil Wakil Perdana Menteri Liu ke Gedung Putih.
"(Dialog dagang dengan China) berjalan dengan sangat baik. Para pejabat tinggi di sini, dan kami bekerja dengan sangat baik untuk menyusun sebuah kesepakatan. Ini adalah sebuah kesepakatan yang sangat kompleks, sangat besar.
"Ini akan menjadi kesepakatan yang hebat bagi para petani kami. Teknologi, pencurian hak atas kekayaan intelektual, semuanya tercakup. Tidak ada hal yang terlewatkan," papar Trump kepada jurnalis usai pertemuan dengan Liu, mengutip Reuters.
Selain aura damai dagang yang semakin terasa, rilis data ketenagakerjaan juga menjadi bensin bagi laju Wall Street. US Labor Department mengumumkan, jumlah klaim tunjangan pengangguran pada pekan yang berakhir 30 Maret turun 10.000 menjadi 202.000. Ini menjadi klaim terendah sejak awal Desember 1969 atau hampir 50 tahun!
"Saat Anda melihat data ketenagakerjaan dan potensi damai dagang, maka wajar ada penguatan (di Wall Street)," ujar Shannon Saccocia, Chief Investment Officer di Boston Private, mengutip Reuters.
Namun Nasdaq terkoreksi karena anjloknya saham Tesla yang mencapai 8,23%. Penyebabnya adalah penjualan yang turun 31% pada kuartal I-2019. Sementara produksi turun 10,92%.
Tesla memang tengah menjajaki pasar baru di Eropa dan China karena permintaan yang turun di wilayah Amerika Utara, terutama untuk varian Model 3. Namun penetrasi ke pasar yang baru tentu butuh waktu, sehingga wajar jika mempengaruhi penjualan.
(BERLANJUT KE HALAMAN 3)
Untuk perdagangan hari ini, investor patut mencermati sejumlah sentimen. Pertama tentu dinamika di Wall Street yang meski mixed tetapi cenderung menguat. Semoga catatan dari Wall Street bisa menjadi penyemangat bagi pelaku pasar di Asia jelang akhir pekan.
Sentimen kedua adalah damai dagang AS-China. Tidak hanya Washington, Beijing pun memberikan pernyataan yang menyejukkan.
Geng Shuang, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China, mengungkapkan bahwa Trump sudah berkomunikasi dengan Presiden China Xi Jinping untuk mengadakan pertemuan. Sebuah pertemuan yang sangat diantisipasi oleh pasar, karena kemungkinan besar akan menyepakati sebuah perjanjian damai dagang.
"Presiden Xi juga terus menjaga komunikasi dengan Presiden Trump dengan berbagai cara," ujar Geng, mengutip Reuters.
Walau sudah disebut akan ada pertemuan Trump-Xi, tetapi belum ada waktu yang pasti. Kudlow berharap dialog dagang di Washington pekan ini akan semakin dekat membawa AS-China menuju damai dagang.
"Kita semua tentu berharap pekan ini akan membuat semuanya semakin dekat (menuju damai dagang)," ujarnya, dikutip dari Reuters.
Semoga kabar baik dari arena dialog dagang di Washington kembali datang hari ini. Sebab saat hawa damai dagang AS-China semakin terasa, maka risk appetite pelaku pasar akan kian membesar. Tentu menjadi dorongan yang kuat bagi IHSG, rupiah, dan Surat Berharga Negara (SBN).
(BERLANJUT KE HALAMAN 4)
Sentimen ketiga adalah dinamika Brexit yang masih menegangkan. Parlemen Inggris mengesahkan undang-undang yang memperkenankan Perdana Menteri Theresa May bernegosiasi dengan Uni Eropa untuk mendapatkan tambahan perpanjangan waktu.
Sedianya Inggris akan berpisah dengan Uni Eropa pada 12 April, tetapi undang-undang ini memperbolehkan pemerintah bernegosiasi meminta tambahan waktu lagi. Untuk itu, PM May tengah gencar membujuk Pemimpin Partai Buruh Jeremy Corbyn agar bersedia menyepakati proposal Brexit yang diajukan pemerintah.
"Saya menawarkan duduk bersama dengan pemimpin oposisi untuk menyetujui sebuah rencana agar kita bisa meninggalkan Uni Eropa dengan kesepakatan. Kami membutuhkan perpanjangan waktu, sependek mungkin, yang bisa berakhir saat proposal Brexit disetujui parlemen," kata May, mengutip Reuters.
Uni Eropa sampai saat ini masih bersabar melihat tingkah-polah Inggris. "Bahkan setelah hari ini kita tidak akan tahu hasilnya seperti apa. Kita harus sabar," cuit Presiden Dewan Uni Eropa Donald Tusk di Twitter.
Namun kesabaran ada batasnya. Para pemimpin negara-negara Uni Eropa akan bertemu di Brussel pada 10 April untuk membahas nasib Brexit. Jika sampai tanggal itu belum ada perkembangan dari Inggris, maka jangan harap ada perpanjangan waktu lagi.
"Jika ada kesepakatan di internal Inggris, proposal Brexit sudah disetujui, maka para pemimpin negara-negara Uni Eropa bisa saja memberikan tambahan waktu. Namun apabila parlemen masih menolak dan kabinet pun terbelah, maka para pemimpin Uni Eropa tentu akan bertanya. Apakah ini akhir dari perjalanan kita?" sebut seorang pejabat Uni Eropa, mengutip Reuters.
Sebegitu ruwetnya Brexit sampai membuat robot pun bingung. Algoritme perdagangan valas secara otomatis dibuat kesulitan karena banyaknya berita yang berseliweran mengenai Brexit. Akhirnya mata uang poundsterling dibuat sangat berisiko, nilainya terus bergerak melemah.
"Model algoritme ini mengikuti pasokan data-data yang masuk. Begitu banyaknya berita Brexit membuat mata uang poundsterling terus bergerak liar," ungkap Neil Jones, Head of Hedge Fund Currency Sales di Mizuho yang berbasis di London, dikutip dari Reuters.
Algoritme biasanya memproses berdasarkan rilis data ekonomi dan berbagai berita yang masuk. Masalahnya, Brexit menghasilkan begitu banyak berita yang membuat sistem kerepotan untuk memprosesnya.
Reuters, misalnya, mengeluarkan sampai 400 berita singkat (headline/snap) per hari belakangan ini. Sementara Bloomberg bisa merilis sampai 1.000 headline per hari. Tentu pasokan berita sebanyak ini membuat otak komputer pun kewalahan.
Kalau gerak poundsterling masih liar, maka dolar AS selaku safe haven akan diuntungkan. Semakin banyak arus modal mengarah ke dolar AS, maka mata uang ini akan semakin kuat.
Pada pukul 05:25 WIB, Dollar Index (yang menggambarkan posisi greenback di hadapan enam mata uang utama) menguat 0,21%. Sebuah alarm bagi rupiah, apalagi mata uang Tanah Air sudah menguat 4 hari beruntun yang bisa memicu aksi ambil untung (profit taking).
Namun ada sentimen keempat yang bisa menguntungkan rupiah yaitu harga minyak. Pada pukul 05:27 WIB, harga minyak jenis brent dan light sweet masih terkoreksi masing-masing 0,16% dan 0,48%.
Saat harga minyak turun, ada harapan tekanan di transaksi berjalan (current account) akan ikut berkurang. Transaksi berjalan adalah fondasi penting bagi rupiah, karena menggambarkan aliran devisa dari ekspor-impor barang dan jasa. Ketika pos ini membaik, maka rupiah masih punya ruang untuk menguat.
(BERLANJUT KE HALAMAN 5)
Berikut adalah peristiwa-peristiwa yang akan terjadi hari ini:
Berikut sejumlah indikator perekonomian nasional:
Untuk mendapatkan informasi seputar data-data pasar, silakan klik di sini.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji) Next Article Corona Makin Gawat, China & Negara Barat Malah Main 'Silat'
Kemarin, IHSG ditutup menguat 0,29%. Gerak IHSG selaras dengan indeks saham utama Asia yang juga menguat seperti Nikkei 225 (0,05%), Shanghai Composite (0,94%), Kospi (0,15%) dan Straits Times (0,15%).
Sementara rupiah mengakhiri perdagangan pasar spot dengan penguatan 0,28% terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Rupiah menjadi mata uang terbaik di Asia, karena mata uang utama Benua Kuning mayoritas melemah. Dolar AS sejatinya sedang bangkit kemarin, karena sudah melemah cukup dalam.
Sedangkan imbal hasil (yield) obligasi pemerintah seri acuan tenor 10 tahun turun 1,6 basis poin (bps). Penurunan yield adalah pertanda harga obligasi sedang naik karena tingginya permintaan.
Secara umum sentimen yang menaungi pasar keuangan Asia cenderung positif. Ini disebabkan hawa damai dagang AS-China yang semakin kentara.
Mulai Rabu waktu setempat, AS-China kembali menggelar dialog dagang di Washington. Tim AS dipimpin oleh Menteri Keuangan Steven Mnuchin dan Kepala Perwakilan Dagang Robert Lighthizer. Sementara delegasi China dikomandoi oleh Wakil Perdana Menteri Liu He.
"Wakil Perdana Menteri Liu dan timnya akan berada di Washington selama 3 hari, atau mungkin lebih. Kami akan membahas isu yang belum pernah disentuh sebelumnya, termasuk penegakan hukum. Semua berjalan baik, semua mengarah ke jalan yang benar, tetapi kita memang belum sampai di tujuan. Kami berharap kita bisa lebih dekat ke tujuan pada pekan ini," papar Kudlow dalam acara yang digelar Christian Science Monitor.
Kudlow menambahkan, China semakin terbuka dengan mengakui bahwa ada masalah dalam hal perlindungan atas hak kekayaan intelektual dan pemaksaan transfer teknologi. Untuk kali pertama China mengakui hal tersebut.
"Mereka akhirnya mengakui masalah ini untuk kali pertama. Sebelumnya mereka dalam pengingkaran," ujar Kudlow.
Sikap China yang semakin terbuka diharapkan mampu menjembatani perbedaan yang selama ini membuat jarak antara Washington-Beijing. Dengan demikian, proses menuju damai dagang akan semakin mudah.
Pelaku pasar pun semringah, karena damai dagang AS-China akan membuat pertumbuhan ekonomi dunia menjadi lebih baik. Tidak ada lagi main aman, investor kembali rajin memburu aset-aset berisiko di negara berkembang Asia, tidak terkecuali Indonesia.
(BERLANJUT KE HALAMAN 2)
Dari Wall Street, tiga indeks saham utama ditutup variatif cenderung menguat. Dow Jones Industrial Average (DJIA) naik 0,64%, S&P 500 menguat 0,21%, tetapi Nasdaq Composite turun tipis 0,05%.
Sentimen damai dagang AS-China masih menjadi motor penggerak bursa saham New York. Pelaku pasar semakin girang kala Presiden AS Donald Trump memanggil Wakil Perdana Menteri Liu ke Gedung Putih.
"(Dialog dagang dengan China) berjalan dengan sangat baik. Para pejabat tinggi di sini, dan kami bekerja dengan sangat baik untuk menyusun sebuah kesepakatan. Ini adalah sebuah kesepakatan yang sangat kompleks, sangat besar.
"Ini akan menjadi kesepakatan yang hebat bagi para petani kami. Teknologi, pencurian hak atas kekayaan intelektual, semuanya tercakup. Tidak ada hal yang terlewatkan," papar Trump kepada jurnalis usai pertemuan dengan Liu, mengutip Reuters.
Selain aura damai dagang yang semakin terasa, rilis data ketenagakerjaan juga menjadi bensin bagi laju Wall Street. US Labor Department mengumumkan, jumlah klaim tunjangan pengangguran pada pekan yang berakhir 30 Maret turun 10.000 menjadi 202.000. Ini menjadi klaim terendah sejak awal Desember 1969 atau hampir 50 tahun!
"Saat Anda melihat data ketenagakerjaan dan potensi damai dagang, maka wajar ada penguatan (di Wall Street)," ujar Shannon Saccocia, Chief Investment Officer di Boston Private, mengutip Reuters.
Namun Nasdaq terkoreksi karena anjloknya saham Tesla yang mencapai 8,23%. Penyebabnya adalah penjualan yang turun 31% pada kuartal I-2019. Sementara produksi turun 10,92%.
Tesla memang tengah menjajaki pasar baru di Eropa dan China karena permintaan yang turun di wilayah Amerika Utara, terutama untuk varian Model 3. Namun penetrasi ke pasar yang baru tentu butuh waktu, sehingga wajar jika mempengaruhi penjualan.
(BERLANJUT KE HALAMAN 3)
Untuk perdagangan hari ini, investor patut mencermati sejumlah sentimen. Pertama tentu dinamika di Wall Street yang meski mixed tetapi cenderung menguat. Semoga catatan dari Wall Street bisa menjadi penyemangat bagi pelaku pasar di Asia jelang akhir pekan.
Sentimen kedua adalah damai dagang AS-China. Tidak hanya Washington, Beijing pun memberikan pernyataan yang menyejukkan.
Geng Shuang, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China, mengungkapkan bahwa Trump sudah berkomunikasi dengan Presiden China Xi Jinping untuk mengadakan pertemuan. Sebuah pertemuan yang sangat diantisipasi oleh pasar, karena kemungkinan besar akan menyepakati sebuah perjanjian damai dagang.
"Presiden Xi juga terus menjaga komunikasi dengan Presiden Trump dengan berbagai cara," ujar Geng, mengutip Reuters.
Walau sudah disebut akan ada pertemuan Trump-Xi, tetapi belum ada waktu yang pasti. Kudlow berharap dialog dagang di Washington pekan ini akan semakin dekat membawa AS-China menuju damai dagang.
"Kita semua tentu berharap pekan ini akan membuat semuanya semakin dekat (menuju damai dagang)," ujarnya, dikutip dari Reuters.
Semoga kabar baik dari arena dialog dagang di Washington kembali datang hari ini. Sebab saat hawa damai dagang AS-China semakin terasa, maka risk appetite pelaku pasar akan kian membesar. Tentu menjadi dorongan yang kuat bagi IHSG, rupiah, dan Surat Berharga Negara (SBN).
(BERLANJUT KE HALAMAN 4)
Sentimen ketiga adalah dinamika Brexit yang masih menegangkan. Parlemen Inggris mengesahkan undang-undang yang memperkenankan Perdana Menteri Theresa May bernegosiasi dengan Uni Eropa untuk mendapatkan tambahan perpanjangan waktu.
Sedianya Inggris akan berpisah dengan Uni Eropa pada 12 April, tetapi undang-undang ini memperbolehkan pemerintah bernegosiasi meminta tambahan waktu lagi. Untuk itu, PM May tengah gencar membujuk Pemimpin Partai Buruh Jeremy Corbyn agar bersedia menyepakati proposal Brexit yang diajukan pemerintah.
"Saya menawarkan duduk bersama dengan pemimpin oposisi untuk menyetujui sebuah rencana agar kita bisa meninggalkan Uni Eropa dengan kesepakatan. Kami membutuhkan perpanjangan waktu, sependek mungkin, yang bisa berakhir saat proposal Brexit disetujui parlemen," kata May, mengutip Reuters.
Uni Eropa sampai saat ini masih bersabar melihat tingkah-polah Inggris. "Bahkan setelah hari ini kita tidak akan tahu hasilnya seperti apa. Kita harus sabar," cuit Presiden Dewan Uni Eropa Donald Tusk di Twitter.
Namun kesabaran ada batasnya. Para pemimpin negara-negara Uni Eropa akan bertemu di Brussel pada 10 April untuk membahas nasib Brexit. Jika sampai tanggal itu belum ada perkembangan dari Inggris, maka jangan harap ada perpanjangan waktu lagi.
"Jika ada kesepakatan di internal Inggris, proposal Brexit sudah disetujui, maka para pemimpin negara-negara Uni Eropa bisa saja memberikan tambahan waktu. Namun apabila parlemen masih menolak dan kabinet pun terbelah, maka para pemimpin Uni Eropa tentu akan bertanya. Apakah ini akhir dari perjalanan kita?" sebut seorang pejabat Uni Eropa, mengutip Reuters.
Sebegitu ruwetnya Brexit sampai membuat robot pun bingung. Algoritme perdagangan valas secara otomatis dibuat kesulitan karena banyaknya berita yang berseliweran mengenai Brexit. Akhirnya mata uang poundsterling dibuat sangat berisiko, nilainya terus bergerak melemah.
"Model algoritme ini mengikuti pasokan data-data yang masuk. Begitu banyaknya berita Brexit membuat mata uang poundsterling terus bergerak liar," ungkap Neil Jones, Head of Hedge Fund Currency Sales di Mizuho yang berbasis di London, dikutip dari Reuters.
Algoritme biasanya memproses berdasarkan rilis data ekonomi dan berbagai berita yang masuk. Masalahnya, Brexit menghasilkan begitu banyak berita yang membuat sistem kerepotan untuk memprosesnya.
Reuters, misalnya, mengeluarkan sampai 400 berita singkat (headline/snap) per hari belakangan ini. Sementara Bloomberg bisa merilis sampai 1.000 headline per hari. Tentu pasokan berita sebanyak ini membuat otak komputer pun kewalahan.
Kalau gerak poundsterling masih liar, maka dolar AS selaku safe haven akan diuntungkan. Semakin banyak arus modal mengarah ke dolar AS, maka mata uang ini akan semakin kuat.
Pada pukul 05:25 WIB, Dollar Index (yang menggambarkan posisi greenback di hadapan enam mata uang utama) menguat 0,21%. Sebuah alarm bagi rupiah, apalagi mata uang Tanah Air sudah menguat 4 hari beruntun yang bisa memicu aksi ambil untung (profit taking).
Namun ada sentimen keempat yang bisa menguntungkan rupiah yaitu harga minyak. Pada pukul 05:27 WIB, harga minyak jenis brent dan light sweet masih terkoreksi masing-masing 0,16% dan 0,48%.
Saat harga minyak turun, ada harapan tekanan di transaksi berjalan (current account) akan ikut berkurang. Transaksi berjalan adalah fondasi penting bagi rupiah, karena menggambarkan aliran devisa dari ekspor-impor barang dan jasa. Ketika pos ini membaik, maka rupiah masih punya ruang untuk menguat.
(BERLANJUT KE HALAMAN 5)
Berikut adalah peristiwa-peristiwa yang akan terjadi hari ini:
- Rilis data pengeluaran rumah tangga Jepang periode Februari (06:30 WIB).
- Rilis data output industrial Jerman periode Februari (13:00 WIB/perkiraan).
- Rilis data penciptaan lapangan kerja non-pertanian AS periode Maret (19:30 WIB).
- Rilis data tingkat pengangguran AS periode Maret (19:30 WIB).
- Rilis data rata-rata upah per jam AS periode Maret (19:30 WIB).
- Rilis Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Indonesia periode Maret (tentatif).
Berikut sejumlah indikator perekonomian nasional:
Indikator | Tingkat |
Pertumbuhan ekonomi (2018 YoY) | 5,17% |
Inflasi (Maret 2019 YoY) | 2,48% |
BI 7 Day Reverse Repo Rate (Maret 2019) | 6% |
Defisit anggaran (APBN 2019) | -1,84% PDB |
Transaksi berjalan (2018) | -2,98% PDB |
Neraca pembayaran (2018) | -US$ 7,13 miliar |
Cadangan devisa (Februari 2019) | US$ 123,27 miliar |
Untuk mendapatkan informasi seputar data-data pasar, silakan klik di sini.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji) Next Article Corona Makin Gawat, China & Negara Barat Malah Main 'Silat'
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular