
Newsletter
Wall Street Hijau, Penjualan Ritel Tokcer, Kurang Apa Lagi?
Hidayat Setiaji & Anthony Kevin & M Taufan Adharsyah, CNBC Indonesia
12 March 2019 06:13

Untuk perdagangan hari ini, pelaku pasar perlu mencermati sejumlah sentimen. Pertama tentu dari Wall Street yang menampilkan performa mengesankan. Semoga mood investor di pasar keuangan Asia langsung ceria begitu melihat hijaunya Wall Street.
Sentimen kedua, pelaku pasar rasanya perlu memantau dinamika seputar Brexit. Hari ini, parlemen Inggris akan menggelar voting untuk menentukan apakah menerima atau menolak proposal Brexit yang diusulkan Perdana Menteri Theresa May.
Jika proposal ini kembali ditolak seperti pendahulunya, maka Inggris akan menghadapi konsekuensi berat. Brexit ditunda, Inggris tidak mendapat apa-apa dari perceraian dengan Uni Eropa (No Deal Brexit), pemilihan umum yang dipercepat, atau jajak pendapat ulang apakah kali ini rakyat Inggris mau berpisah dengan Brussel atau tidak.
PM May memutuskan untuk terbang ke Strasbourg (Prancis) untuk menemui Presiden Komisi Uni Eropa Jean-Claude Juncker. Belum jelas apa agenda pertemuan tersebut, tetapi pasti membahas hal penting terkait nasib Inggris.
"Dengan May, kami seperti dua langkah maju dan satu langkah mundur. Namun untuk apa dia buru-buru datang ke Strasbourg (kalau tidak membahas kesepakatan Brexit)?" ujar seorang pejabat Uni Eropa kepada Reuters.
"Tolong, jangan melihat pertemuan ini akan menghasilkan kesepakatan. Pertemuan ini menjadi basis bahwa ke depan ada peluang untuk berdiskusi," tutur seorang pejabat Inggris yang turut dalam rombongan PM May, seperti dikutip dari Reuters.
Jadwal pelaksaan Brexit tinggal menghitung hari, tepatnya pada 29 Maret. Sampai saat ini nasib Inggris belum jelas mau ke mana, karena belum selesai dengan perdebatan dan polemik di dalam negeri sendiri.
Kalau sampai terjadi No Deal Brexit, maka akan menjadi bencana besar buat Negeri John Bull. Inggris akan kesulitan berdagang dengan Eropa Daratan karena produk-produk made in the UK kena bea masuk. Padahal Uni Eropa adalah mitra dagang terbesar Inggris. Bank Sentral Inggris (BoE) sampai mengingatkan bahwa Inggris bisa mengalami kontraksi ekonomi alias tumbuh negatif jika terjadi No Deal Brexit.
Tidak cuma bagi Inggris, No Deal Brexit juga akan menjadi sentimen negatif bagi pasar keuangan global. Ada sebuah ketidakpastian dan risiko besar, yang membuat investor tentunya memilih bermain aman. Tentunya bukan berita bagus untuk IHSG dan rupiah.
(BERLANJUT KE HALAMAN 4)
(aji/aji)
Sentimen kedua, pelaku pasar rasanya perlu memantau dinamika seputar Brexit. Hari ini, parlemen Inggris akan menggelar voting untuk menentukan apakah menerima atau menolak proposal Brexit yang diusulkan Perdana Menteri Theresa May.
Jika proposal ini kembali ditolak seperti pendahulunya, maka Inggris akan menghadapi konsekuensi berat. Brexit ditunda, Inggris tidak mendapat apa-apa dari perceraian dengan Uni Eropa (No Deal Brexit), pemilihan umum yang dipercepat, atau jajak pendapat ulang apakah kali ini rakyat Inggris mau berpisah dengan Brussel atau tidak.
PM May memutuskan untuk terbang ke Strasbourg (Prancis) untuk menemui Presiden Komisi Uni Eropa Jean-Claude Juncker. Belum jelas apa agenda pertemuan tersebut, tetapi pasti membahas hal penting terkait nasib Inggris.
"Dengan May, kami seperti dua langkah maju dan satu langkah mundur. Namun untuk apa dia buru-buru datang ke Strasbourg (kalau tidak membahas kesepakatan Brexit)?" ujar seorang pejabat Uni Eropa kepada Reuters.
"Tolong, jangan melihat pertemuan ini akan menghasilkan kesepakatan. Pertemuan ini menjadi basis bahwa ke depan ada peluang untuk berdiskusi," tutur seorang pejabat Inggris yang turut dalam rombongan PM May, seperti dikutip dari Reuters.
Jadwal pelaksaan Brexit tinggal menghitung hari, tepatnya pada 29 Maret. Sampai saat ini nasib Inggris belum jelas mau ke mana, karena belum selesai dengan perdebatan dan polemik di dalam negeri sendiri.
Kalau sampai terjadi No Deal Brexit, maka akan menjadi bencana besar buat Negeri John Bull. Inggris akan kesulitan berdagang dengan Eropa Daratan karena produk-produk made in the UK kena bea masuk. Padahal Uni Eropa adalah mitra dagang terbesar Inggris. Bank Sentral Inggris (BoE) sampai mengingatkan bahwa Inggris bisa mengalami kontraksi ekonomi alias tumbuh negatif jika terjadi No Deal Brexit.
Tidak cuma bagi Inggris, No Deal Brexit juga akan menjadi sentimen negatif bagi pasar keuangan global. Ada sebuah ketidakpastian dan risiko besar, yang membuat investor tentunya memilih bermain aman. Tentunya bukan berita bagus untuk IHSG dan rupiah.
(BERLANJUT KE HALAMAN 4)
(aji/aji)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular