Newsletter

Damai Dagang Sudah Basi atau Masih Bisa 'Dimakan' Nih?

Hidayat Setiaji & M Taufan Adharsyah & Anthony Kevin, CNBC Indonesia
05 March 2019 05:54
Cermati Sentimen Penggerak Pasar Hari Ini
Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Untuk perdagangan hari ini, investor patut mencermati sejumlah sentimen. Pertama tentunya Wall Street yang berakhir negatif. Dikhawatirkan merahnya Wall Street membuat mood pelaku pasar di Asia menjadi jelek sehingga tertular virus koreksi. 

Kedua, investor juga patut waspada karena dolar AS masih melanjutkan reli. Pada pukul 04:51 WIB, Dollar Index (yang mencerminkan posisi greenback terhadap enam mata uang utama) menguat 0,09%. Dalam sebulan terakhir, indeks ini sudah melesat 1,08%. 

Seperti yang sudah disinggung sebelumnya, potensi kenaikan suku bunga acuan membuat dolar AS kembali menjadi buruan. Apalagi tahun ini sepertinya The Fed kembali seng ada lawan, karena berbagai bank sentral di negara lain masih berkutat dengan kebijakan moneter longgar. 

Misalnya Bank of Japan (BoJ). Kemarin, Gubernur BoJ Haruhiko Kuroda dalam paparannya di parlemen menyatakan bank sentral Negeri Matahari Terbit masih akan bersabar dalam menerapkan pelonggaran moneter. Kebijakan itu akan terus ditempuh sampai inflasi mencapai target BoJ yaitu 2%. 

"Akan membutuhkan waktu yang signifikan untuk mencapai target inflasi 2%. Oleh karena itu, kami akan sabar dalam mempertahankan kebijakan stimulus untuk memastikan inflasi mencapai target," kata Kuroda, mengutip Reuters. 

Pemerintah Jepang pun percaya dan mendukung penuh kebijakan BoJ. Perdana Menteri Shinzo Abe dalam kesempatan yang sama menyatakan Jepang akan sulit lolos dari kubangan deflasi tanpa kebijakan moneter longgar. 

"Tanpa kebijakan moneter longgar, Jepang mungkin sekarang masih deflasi," ujarnya, mengutip Reuters. 

Oleh karena itu, semakin jelas bahwa The Fed kembali menjadi satu-satunya bank sentral di negara maju yang masih berencana menaikkan suku bunga tahun ini. Sebuah kabar gembira bagi dolar AS. 

Jadi, nasib rupiah hari ini sepertinya masih suram. Ada kemungkinan rupiah bisa kembali melemah karena memang dolar sedang dalam tren menanjak. 

Namun ada peluang bagi rupiah untuk rebound, karena sepertinya depresiasi selama 4 hari beruntun sudah lumayan signifikan. Dalam periode tersebut, rupiah sudah melemah 0,98%. Rupiah yang sudah lumayan murah bisa menarik minat investor untuk membelinya. 

Akan tetapi, rupiah juga mesti hati-hati karena sentimen ketiga yaitu harga minyak. Harga si emas hitam masih belum bosan menguat, di mana pada pukul 05:05 WIB harga minyak jenis brent dan light sweet naik masing-masing 0,78% dan 1,18%. 

Tidak seperti pasar saham, sentimen damai dagang AS-China masih dimakan oleh pasar komoditas. Kebetulan memang ada kabar terbaru soal isu ini, yang datang setelah penutupan Wall Street. 

Mike Pompeo, Menteri Luar Negeri AS, menyatakan AS dan China sudah dekat untuk mengakhiri perang dagang. Dalam waktu dekat, seluruh bea masuk dan berbagai hambatan dagang (trade barrier) bisa hilang. 

"Kami mencoba mengesahkan itu (kesepakatan dagang dengan China). Saya rasa kedua pihak akan segera bertemu dan sya berharap seluruh bea masuk dan hambatan dagang akan sirna," tegas Pompeo kepada stasiun televisi KCCI, dikutip dari Reuters. 

Beijing pun turut menyuarakan optimisme. Zhang Yesui, Juru Bicara Parlemen China, menyatakan perundingan dagang dengan AS sudah membuahkan hasil yang signifikan. 

"Kerja sama ekonomi dan perdagangan China-AS dilandasi atas manfaat bersama, win-win. Kami berharap kedua pihak akan dapat melanjutkan pembicaraan sampai menghasilkan kesepakatan. Perbedaan pendapatan dan ketidaksepahaman adalah hal yang normal, tetapi jangan sampai berujung kepada konfrontasi," kata Zhang, mengutip Reuters. 

Damai dagang AS-China berpotensi membuat pertumbuhan ekonomi dunia menjadi lebih baik. Artinya aktivitas ekonomi meningkat, permintaan energi naik, dan harga minyak terangkat. 

Selain itu, kenaikan harga minyak juga masih disebabkan oleh pemangkasan produksi para anggota Organisasi Negara-negara Eksportir Minyak (OPEC). Survei Reuters mengungkapkan bahwa produksi minyak negara-negara OPEC pada Februari adalah 30,68 juta barel/hari, turun 0,98% dibandingkan bulan sebelumnya. Pemangkasan produksi ini berhasil mengatrol harga minyak sehingga naik lebih dari 20% sejak awal tahun. 

Seperti yang sudah disebutkan, kenaikan harga minyak bukanlah sahabat rupiah. Kenaikan harga minyak akan membebani transaksi berjalan dan membuat rupiah semakin tertekan. 

(BERLANJUT KE HALAMAN 4)

(aji/aji)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular