Newsletter

Damai Dagang Sudah Basi atau Masih Bisa 'Dimakan' Nih?

Hidayat Setiaji & M Taufan Adharsyah & Anthony Kevin, CNBC Indonesia
05 March 2019 05:54
Wall Street Merah, Damai Dagang Sudah Basi?
Ilustrasi Bursa Saham New York (AP Photo/Richard Drew)
Dari Wall Street, tiga indeks utama berakhir di zona merah. Dow Jones Industrial Average (DJIA) turun 0,79%, S&P 500 melemah 0,39%, dan Nasdaq Composite berkurang 0,23%. 

Koreksi di bursa saham New York disebabkan oleh rilis data ekonomi yang kurang memuaskan. Biro Sensus AS melaporkan, belanja konstruksi pada December 2018 turun 0,6% dibandingkan bulan sebelumnya. Jauh memburuk dibandingkan pencapaian November yang naik 0,8%.  

Selama 2018, belanja konstruksi naik 4,1% dibandingkan tahun sebelumnya. Meski naik, tetapi angka tersebut adalah laju paling lemah sejak 2011. 

Sedangkan sentimen damai dagang, yang melambungkan Wall Street akhir pekan lalu, sepertinya sudah basi dan tidak dimakan lagi oleh pelaku pasar saham. Sentimen ini malah menjadi alasan untuk meninggalkan pasar ekuitas.

Investor sepertinya sedang lebih suka mengoleksi obligasi pemerintah AS. Yield obligasi pemerintah Negeri Paman Sam untuk seluruh tenor kompak turun, menandakan harga instrumen ini sedang naik karena tingginya minat pelaku pasar. 

Untuk tenor 1 tahun, yield turun 1,3 bps. Kemudian untuk tenor 2 tahun turun 1,6 bps, 3 tahun turun 1,9 bps, 5 tahun turun 2,7 bps, 7 tahun turun 3,3 bps, 10 tahun turun 3,1 bps, dan 30 tahun turun 3,1 bps. 

Tampaknya investor benar-benar menaruh harapan tinggi terhadap damai dagang AS-China. Saat AS-China sudah berdamai, tidak lagi saling hambat, maka ekspor dan investasi Negeri Paman Sam akan lebih baik. Ada kemungkinan pertumbuhan ekonomi AS bakal lebih tinggi.

Saat ekonomi Negeri Adidaya melaju lebih kencang, tentu The Federal Reserves/The Fed akan campur tangan agar tidak terjadi overheating. Kenaikan suku bunga acuan kemungkinan kembali dieksekusi untuk mengendalikan laju pertumbuhan ekonomi AS supaya baik jalannya.

Kenaikan suku bunga acuan tentu akan membuat berinvestasi di AS menjadi semakin menguntungkan, khususnya di instrumen berpendapatan tetap seperti obligasi. Arus modal pun mengalir deras ke pasar surat utang pemerintahan Presiden Donald Trump, meninggalkan bursa saham. 

Selain itu, kenaikan suku bunga acuan sudah barang tentu menjadi sentimen positif buat dolar AS. Kenaikan suku bunga acuan akan menjangkar ekspektasi inflasi, sehingga nilai mata uang tidak tergerus. Jadi memegang dolar AS saja sudah untung, dan menjadi alasan kuat bagi investor untuk menjadikan saham sebagai pilihan kesekian. 

(BERLANJUT KE HALAMAN 3)

(aji/aji)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular