Newsletter

Awas, Damai Dagang AS-China Ternyata Masih Bisa Batal!

Hidayat Setiaji & Anthony Kevin & M Taufan Adharsyah, CNBC Indonesia
28 February 2019 05:41
Cermati Sentimen Penggerak Pasar Hari Ini
Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Untuk perdagangan hari ini, investor patut mencermati sejumlah sentimen. Pertama tentu perkembangan di Wall Street yang penuh kegamangan. Bisa jadi situasi yang sama akan menghinggapi pasar keuangan Asia. 

Sentimen kedua adalah perkembangan hubungan dagang AS-China. Meski sepertinya damai dagang sudah begitu dekat, tetapi sebaiknya pelaku pasar bersiap untuk skenario terburuk, seperti yang disebutkan Lighthizer. Sebelum ada hitam di atas putih, damai dagang masih bisa batal. 

"Pernyataan Lighthizer bahwa kesepakatan dagang AS-China bukanlah sesuatu yang hampir pasti terjadi sudah cukup untuk menyebabkan terjadinya sell-off (aksi jual massal)," tegas Michael Antonelli, Direktur Pelaksana di Robert W Baird yang berbasis di Milwaukee, mengutip Reuters. 

Oleh karena itu, pelaku pasar perlu waspada. Sebab bisa saja ada pernyataan Lighthizer menyulut reaksi pasar yang lebay di Asia. Semoga tidak terjadi sell-off seperti yang dikhawatirkan Antonelli. 

Sentimen ketiga adalah perkembangan nilai tukar dolar AS, yang ada kemungkinan menguat. Pada pukul 05:00 WIB, Dollar Index (yang mengukur posisi greenback secara relatif terhadap enam mata uang utama dunia) menguat 0,15%. 

Sepertinya pernyataan Lighthizer mulai memunculkan reaksi. Pelaku pasar melihat masih ada risiko yang bisa menggagalkan damai dagang AS-China. Oleh karena itu, permintaan dolar AS meningkat karena statusnya sebagai aset aman (safe haven). 

"Pasar valas agak khawatir. Sepertinya yang terlihat adalah AS-China semakin dekat menuju damai dagang, tetapi mungkin itu hanya di permukaan," tutur Mazen Issa, Senior FX Strategist di TD Securities yang berbasis di New York, mengutip Reuters. 

Selain itu, data ekonomi terbaru di Negeri Paman Sam juga bisa menjadi modal penguatan dolar AS. Pemesanan produk manufaktur AS pada Desember 2018 naik 0,1% dibandingkan bulan sebelumnya. Meski hanya naik tipis, tetapi jauh membaik dibandingkan penurunan 0,5% pada November 2018. 

Data ini bisa menjadi pertimbangan bagi The Fed untuk melihat bahwa denyut aktivitas ekonomi masih lumayan kencang. Tentu akan menjadi masukan jika kemudian The Fed memutuskan untuk menaikkan suku bunga acuan, meski mungkin tidak dalam waktu dekat. 

Oleh karena itu, rupiah harus terus waspada karena dolar AS masih perkasa. Jika rupiah sampai melemah lagi, maka akan menjadi beban buat IHSG dan aset-aset berbasis rupiah lainnya. Sebab, seperti yang sudah disinggung sebelumnya, siapa yang mau mengoleksi aset yang nilainya turun? 

Sentimen keempat, yang juga mesti diwaspadai rupiah, adalah harga minyak. Pada pukul 05:12 WIB, harga minyak jenis brent melesat 1,58% dan light sweet melonjak 2,68%. 

Penyebabnya adalah stok minyak AS pada pekan lalu turun 8,6 juta barel dibandingkan pekan sebelumnya. Jauh dibandingkan ekspektasi pasar yang memperkirakan ada kenaikan 2,8 juta barel. 

Kemudian, pasar juga bereaksi terhadap respons Menteri Energi Arab Saudi Khalid Al Falih atas cuitan Trump di Twitter beberapa waktu lalu. Trump menyebut Organisasi Negara-negara Eksportir Minyak harus lebih santai karena harga minyak sudah terlalu tinggi. 


"Kami melakukan langkah yang perlahan dan terukur. Kami mengutamakan stabilitas di pasar," kata Al Falih, seperti dilaporkan CNBC International. 

Pernyataan Al Falih bisa diartikan bahwa OPEC tetap berpegang teguh kepada program pemotongan produksi, meski Trump tidak terlalu merestui. Pasokan minyak di pasar dunia tidak akan berlebih sehingga harga si emas hitam terangkat. 

Seperti yang sudah disebut sebelumnya, kenaikan harga minyak bukan sahabat rupiah. Kenaikan harga minyak akan membuat impor migas membengkak dan mengancam transaksi berjalan (current account), sebuah fondasi penting bagi rupiah. 

Ketika defisit transaksi berjalan semakin dalam gara-gara kenaikan impor minyak, maka fondasi penopang rupiah menjadi rapuh. Mata uang Tanah Air pun sangat berisiko untuk melemah. 

(BERLANJUT KE HALAMAN 4)

(aji/aji)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular