Gara-gara Donald Trump, Harga Minyak Terus Merosot

Taufan Adharsyah, CNBC Indonesia
26 February 2019 13:17
Hingga pukul 12:26 WIB, harga minyak jenis Brent kontrak April amblas 0,31% ke posisi US$ 64,56/barel
Foto: Ilustrasi: Minyak mengalir keluar dari semburan dari sumur 1859 asli Edwin Drake yang meluncurkan industri perminyakan modern di Museum dan Taman Drake Well di Titusville, Pennsylvania AS, 5 Oktober 2017. REUTERS / Brendan McDermid / File Foto
Jakarta, CNBC Indonesia - Siang hari ini, Selasa (26/2/2019), harga minyak kembali merah. Hingga pukul 12:26 WIB, harga minyak jenis Brent kontrak April amblas 0,31% ke posisi US$ 64,56/barel, setelah anjlok 3,25% kemarin (25/2/2019).

Sedangkan harga minyak jenis lightsweet (WTI) kontrak April juga terkoreksi 0,56% ke posisi US$ 55,17/barel, setelah terjun 3,11% pada penutupan perdagangan sebelumnya.

Selama sepekan, harga minyak telah terpangkas sekitar 1,6% secara point-to-point. Sedangkan sejak awal tahun, harga emas hitam ini masih naik sekitar 21%.



Pergerakan harga minyak dunia kembali dibayang-bayangi kekhawatiran akan banjirnya pasokan di pasar gobal.

Kemarin malam (25/2/2019) Presiden AS, Donald Trump kembali berkomentar mengenai harga minyak yang sudah kelewat tinggi bagi dirinya.

"Harga minyak naik terlalu tinggi. OPEC, mohon rileks dan santai saja. Dunia tidak bisa menanggung kenaikan harga [minyak] - Rentan!" tulis Trump melalui akun Twitter pribadinya semalam.

Cuitan tersebut dilontarkan setelah harga Brent melonjak 8,1% pada periode 8-22 Februari. Gelagat Trump tersebut seakan memberi sinyal bagi dunia AS serius berusaha untuk memproduksi minyak lebih banyak untuk membuat harga tetap murah.

Sebagai informasi, sejak awal tahun 2018, pasokan minyak dari AS sudah meningkat lebih dari 2 juta barel/hari. Bahkan minggu lalu Energi Information Administration mengatakan tingkat produksi minyak AS kembali mencetak rekor baru sebesar 12 juta barel/hari.

Bila produksi AS terus digenjot, maka bukan tidak mungkin usaha yang dilakukan Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya menjadi kurang bermakna.

Seperti yang telah diketahui, OPEC bersama Rusia dan sekutu lainnya telah bersepakat untuk memangkas pasokan minyaknya hingga 1,2 juta barel/hari pada Desember 2018 silam.

Pada Januari, OPEC juga telah menunjukkan komitmennya dengan mengurangi pasokan minyaknya sebesar 797.000 barel/hari, yang mana sudah hampir memenuhi kesepakatan yang sebesar 800.000 barel/hari.

Namun, hingga kini, memang belum ada bukti baru lagi perihal realisasi kesepakatan tersebut. Alhasil sentimen negatif dari Trump masih mendominasi pergerakan harga minyak.

TIM RISET CNBC INDONESIA
(taa/taa) Next Article Sepekan Melejit 5% Lebih, Harga Minyak Dunia kini Terpeleset

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular