Newsletter

Hari Ini Harinya Perdagangan

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
15 February 2019 05:54
Cermati Sentimen Penggerak Pasar Hari Ini (2)
Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Sentimen ketiga adalah nilai tukar dolar AS, yang kemungkinan melemah hari ini. Pada pukul 05:17 WIB, Dollar Index (yang mencerminkan posisi greenback terhadap enam mata uang utama dunia) melemah 0,12%. 

Pemberat langkah dolar AS hari ini (seperti halnya Wall Street) adalah data penjualan ritel. Penurunan penjualan ritel, gambaran perlambatan konsumsi, serta proyeksi pertumbuhan ekonomi yang semakin dikoreksi ke bawah tentu menjadi pertimbangan bagi The Fed untuk tidak menaikkan suku bunga acuan, setidaknya dalam waktu dekat. 

Mengutip CME Fedwatch, probabilitas Jerome 'Jay' Powell dan kolega untuk mempertahankan Federal Funds Rate di 2,25-2,5% dalam rapat 20 Maret mencapai 98,7%. Dalam rapat selanjutnya yaitu pada 1 Mei, kemungkinan untuk mempertahankan suku bunga acuan juga masih sangat besar yaitu 96,7%. 

Peluang kenaikan suku bunga acuan yang menipis tentu menjadi kabar buruk bagi dolar AS. Tanpa kenaikan suku bunga acuan, berinvestasi di dolar AS menjadi kurang menarik. 

Situasi ini bisa dimanfaatkan oleh rupiah dkk di Asia untuk mencatat apresiasi. Semoga rupiah mampu membalas dendam akibat pelemahan kemarin. 

Namun, rupiah juga harus mewaspadai sentimen keempat yaitu kenaikan harga minyak. Pada pukul 05:25 WIB, harga minyak jenis brent melesat 1,54% dan light sweet melejit 1,04%. 

Seperti kemarin, kenaikan harga minyak menjadi momok buat rupiah karena mengancam transaksi berjalan. Saat harga minyak naik, biaya impor komoditas ini tentu membengkak sehingga berpotensi membuat defisit transaksi berjalan (current account deficit/CAD) semakin dalam. 

Padahal transaksi berjalan adalah fondasi yang penting bagi rupiah. Sebab, transaksi berjalan mencerminkan pasokan devisa yang lebih berjangka panjang (sustainable) karena datang dari aktivitas ekspor-impor barang dan jasa. 

Jika transaksi berjalan defisit, apalagi semakin dalam, maka rupiah tidak punya pijakan. Rupiah menjadi mudah melemah.  

Sentimen kelima, kali ini dari dalam negeri, adalah rilis data perdagangan internasional periode Januari 2019. Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan ekspor turun atau terkontraksi 0,61% year-on-year (YoY) sementara impor juga minus 0,785% YoY. Hasilnya, neraca perdagangan diperkirakan defisit US$ 925,5 juta. 


Jika neraca perdagangan Januari benar-benar defisit, maka prospek transaksi berjalan pada kuartal I-2019 menjadi penuh tanda tanya. Ada kemungkinan defisit transaksi berjalan tetap dalam, sehingga rupiah terus dihantui risiko pelemahan. 

Jadi selain hasil dialog dagang AS-China, investor juga patut mencermati data perdagangan Indonesia. Hari ini sepertinya akan menjadi harinya perdagangan. 

(BERLANJUT KE HALAMAN 5)

(aji/aji)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular