
Newsletter
Hari Ini Harinya Perdagangan
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
15 February 2019 05:54

Dari Wall Street, tiga indeks utama ditutup variatf. Dow Jones Industrial Average (DJIA) turun 0,41%, S&P 500 melemah 0,26%, tetapi Nasdaq Composite mampu menguat tipis 0,09%.
Wall Street yang cenderung merah ini disebabkan oleh rilis data terbaru di AS. Penjualan ritel pada Desember 2018 turun 1,2% dibandingkan bulan sebelumnya. Ini menjadi penurunan terbesar sejak September 2009. Namun secara tahunan, masih ada pertumbuhan 2,3%.
Sementara penjualan ritel inti (mengeluarkan penjualan mobil, bahan bakar, material bangunan, dan jasa makanan) turun 1,7% secara bulanan, yang menjadi penurunan tertajam sejak September 2001. Penjualan ritel inti adalah pos yang paling dekat mencerminkan konsumsi rumah tangga dalam Produk Domestik Bruto (PDB).
Rilis data ini menjadi sentimen negatif bagi Wall Street. Ternyata musim liburan di Negeri Paman Sam tidak mampu mendongkrak penjualan, yang menandakan konsumsi masyarakat kurang kuat. Artinya prospek pertumbuhan ekonomi AS menjadi penuh tanda tanya.
The Federal Reserves/The Fed memperkirakan pertumbuhan ekonomi AS pada kuartal IV-2018 hanya 1,5% secara kuartalan yang disetahunkan (quarterly annualized), agak jauh dari proyeksi sebelumnya yaitu 2,7%. Juga jauh dibandingkan kuartal III-2018 yang mencapai 3,5%.
Perkembangan ini tentu membuat Wall Street dalam posisi terjepit. Apalagi belum ada kabar mengenai hasil dialog dagang AS-China di Beijing. Investor semakin memilih bermain aman dan melepas aset-aset berisiko seperti saham.
"Pelaku pasar sudah khawatir sejak Hari Natal. Kekhawatiran itu akhirnya menjadi kenyataan, dan itu membuat investor menahan diri," kata Tim Ghriskey, Chief Investment Strategist di Inverness Counsel yang berbasis di New York, mengutip Reuters.
(BERLANJUT KE HALAMAN 3)
(aji/aji)
Wall Street yang cenderung merah ini disebabkan oleh rilis data terbaru di AS. Penjualan ritel pada Desember 2018 turun 1,2% dibandingkan bulan sebelumnya. Ini menjadi penurunan terbesar sejak September 2009. Namun secara tahunan, masih ada pertumbuhan 2,3%.
Sementara penjualan ritel inti (mengeluarkan penjualan mobil, bahan bakar, material bangunan, dan jasa makanan) turun 1,7% secara bulanan, yang menjadi penurunan tertajam sejak September 2001. Penjualan ritel inti adalah pos yang paling dekat mencerminkan konsumsi rumah tangga dalam Produk Domestik Bruto (PDB).
Rilis data ini menjadi sentimen negatif bagi Wall Street. Ternyata musim liburan di Negeri Paman Sam tidak mampu mendongkrak penjualan, yang menandakan konsumsi masyarakat kurang kuat. Artinya prospek pertumbuhan ekonomi AS menjadi penuh tanda tanya.
The Federal Reserves/The Fed memperkirakan pertumbuhan ekonomi AS pada kuartal IV-2018 hanya 1,5% secara kuartalan yang disetahunkan (quarterly annualized), agak jauh dari proyeksi sebelumnya yaitu 2,7%. Juga jauh dibandingkan kuartal III-2018 yang mencapai 3,5%.
Perkembangan ini tentu membuat Wall Street dalam posisi terjepit. Apalagi belum ada kabar mengenai hasil dialog dagang AS-China di Beijing. Investor semakin memilih bermain aman dan melepas aset-aset berisiko seperti saham.
"Pelaku pasar sudah khawatir sejak Hari Natal. Kekhawatiran itu akhirnya menjadi kenyataan, dan itu membuat investor menahan diri," kata Tim Ghriskey, Chief Investment Strategist di Inverness Counsel yang berbasis di New York, mengutip Reuters.
(BERLANJUT KE HALAMAN 3)
(aji/aji)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular