
Newsletter
Bisakah Damai Dagang Bikin Pasar Move On dari CAD?
Hidayat Setiaji & Anthony Kevin & M Taufan Adharsyah, CNBC Indonesia
13 February 2019 06:04

Untuk perdagangan hari ini, investor patut mencermati sejumlah sentimen. Pertama tentu kinerja Wall Street yang impresif. Semoga pencapaian serupa bisa diikuti oleh bursa saham Asia, termasuk Indonesia.
Sentimen kedua adalah perkembangan dialog dagang AS-China di Beijing. Kabar baik dari Beijing sudah berhasil membuat Wall Street melesat. Jika komentar bernada positif muncul lagi, atau bahkan ada hasil yang memuaskan dari pertemuan tingkat wakil menteri, maka pasar keuangan Asia akan memperoleh dorongan yang luar biasa.
Sentimen ketiga adalah nilai tukar dolar AS, yang kemungkinan melemah. Pada pukul 05:30 WIB, Dollar Index (yang mencerminkan posisi greenback di hadapan enam mata uang utama) terkoreksi 0,34%.
Maklum, indeks ini sudah menguat 0,7% dalam sepekan terakhir. Selama sebulan ke belakang, penguatan Dollar Index mencapai 1,11%.
Oleh karena itu, hari ini bisa menjadi momentum di mana investor merealisasikan cuan yang didapat dari dolar AS. Mata uang Negeri Adidaya berpotensi mengalami tekanan jual, sehingga nilainya melemah. Situasi ini bisa dimanfaatkan oleh rupiah cs untuk mencetak apresiasi.
Selain itu, prospek damai dagang AS-China juga membuat investor lebih berani 'bermain api' dengan aset-aset berisiko. Dolar AS yang berfungsi sebagai 'bunker' perlindungan kemungkinan akan ditinggalkan.
Namun Indonesia perlu waspada dengan sentimen keempat yaitu harga minyak dunia. Pada pukul 05:34 WIB, harga minyak jenis brent dan light sweet melonjak masing-masing 1,64% dan 1,76%.
Harga si emas hitam melesat setelah Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) mulai memangkas produksi pada Januari 2019. Tidak hanya itu, Arab Saudi (yang merupakan pemimpin OPEC de facto) akan menambah jumlah pemotongan produksi sebanyak 500.000 barel/hari.
Harapan damai dagang AS-China juga mendongkrak harga minyak. Sebab kala dua kekuatan ekonomi terbesar di dunia sudah tidak lagi saling hambat di bidang perdagangan, maka arus perdagangan dan rantai pasok global akan kembali semarak.
Pertumbuhan ekonomi dunia pun berpotensi membaik. Artinya, permintaan energi akan naik dan harga minyak pun bergerak ke utara alias menguat.
Kenaikan harga minyak bukan kabar baik bagi Indonesia yang merupakan net importir migas. Saat harga minyak semakin mahal, maka biaya importasinya pun membengkak.
Hasilnya adalah neraca perdagangan dan transaksi berjalan bisa kembali tertekan. Fondasi penyokong rupiah menjadi rapuh dan mata uang Tanah Air masih berisiko melemah.
Pelaku pasar masih enggan move on dari data NPI dan transaksi berjalan dalam 2 hari perdagangan terakhir. Jika harga minyak terus naik hari ini, maka kekhawatiran terhadap transaksi berjalan akan semakin menjadi. Rupiah, IHSG, sampai obligasi pemerintah bisa kena getahnya.
Namun dengan cukup kuatnya sentimen damai dagang AS-China, ada kemungkinan pelaku pasar mulai bisa melupakan isu keseimbangan eksternal Indonesia. Semoga...
(BERLANJUT KE HALAMAN 4)
(aji/aji)
Sentimen kedua adalah perkembangan dialog dagang AS-China di Beijing. Kabar baik dari Beijing sudah berhasil membuat Wall Street melesat. Jika komentar bernada positif muncul lagi, atau bahkan ada hasil yang memuaskan dari pertemuan tingkat wakil menteri, maka pasar keuangan Asia akan memperoleh dorongan yang luar biasa.
Sentimen ketiga adalah nilai tukar dolar AS, yang kemungkinan melemah. Pada pukul 05:30 WIB, Dollar Index (yang mencerminkan posisi greenback di hadapan enam mata uang utama) terkoreksi 0,34%.
Maklum, indeks ini sudah menguat 0,7% dalam sepekan terakhir. Selama sebulan ke belakang, penguatan Dollar Index mencapai 1,11%.
Oleh karena itu, hari ini bisa menjadi momentum di mana investor merealisasikan cuan yang didapat dari dolar AS. Mata uang Negeri Adidaya berpotensi mengalami tekanan jual, sehingga nilainya melemah. Situasi ini bisa dimanfaatkan oleh rupiah cs untuk mencetak apresiasi.
Selain itu, prospek damai dagang AS-China juga membuat investor lebih berani 'bermain api' dengan aset-aset berisiko. Dolar AS yang berfungsi sebagai 'bunker' perlindungan kemungkinan akan ditinggalkan.
Namun Indonesia perlu waspada dengan sentimen keempat yaitu harga minyak dunia. Pada pukul 05:34 WIB, harga minyak jenis brent dan light sweet melonjak masing-masing 1,64% dan 1,76%.
Harga si emas hitam melesat setelah Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) mulai memangkas produksi pada Januari 2019. Tidak hanya itu, Arab Saudi (yang merupakan pemimpin OPEC de facto) akan menambah jumlah pemotongan produksi sebanyak 500.000 barel/hari.
Harapan damai dagang AS-China juga mendongkrak harga minyak. Sebab kala dua kekuatan ekonomi terbesar di dunia sudah tidak lagi saling hambat di bidang perdagangan, maka arus perdagangan dan rantai pasok global akan kembali semarak.
Pertumbuhan ekonomi dunia pun berpotensi membaik. Artinya, permintaan energi akan naik dan harga minyak pun bergerak ke utara alias menguat.
Kenaikan harga minyak bukan kabar baik bagi Indonesia yang merupakan net importir migas. Saat harga minyak semakin mahal, maka biaya importasinya pun membengkak.
Hasilnya adalah neraca perdagangan dan transaksi berjalan bisa kembali tertekan. Fondasi penyokong rupiah menjadi rapuh dan mata uang Tanah Air masih berisiko melemah.
Pelaku pasar masih enggan move on dari data NPI dan transaksi berjalan dalam 2 hari perdagangan terakhir. Jika harga minyak terus naik hari ini, maka kekhawatiran terhadap transaksi berjalan akan semakin menjadi. Rupiah, IHSG, sampai obligasi pemerintah bisa kena getahnya.
Namun dengan cukup kuatnya sentimen damai dagang AS-China, ada kemungkinan pelaku pasar mulai bisa melupakan isu keseimbangan eksternal Indonesia. Semoga...
(BERLANJUT KE HALAMAN 4)
(aji/aji)
Next Page
Simak Agenda dan Data Berikut Ini
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular