
Newsletter
Menanti Asa dari China
Hidayat Setiaji & Anthony Kevin, CNBC Indonesia
12 February 2019 06:28

Namun rupiah bisa terbantu dari sentimen keempat yaitu penurunan harga minyak. Pada pukul 06:05 WIB, harga minyak jenis brent masih terkoreksi 0,63% sementara light sweet berkurang 0,85%.
Penurunan harga minyak bisa membantu rupiah, karena menurunkan biaya impor migas. Defisit di neraca migas bisa membaik, dan ini akan membantu neraca perdagangan dan transaksi berjalan. Masih ada harapan transaksi berjalan bisa membaik karena koreksi harga minyak, sehingga rupiah juga punya peluang untuk menguat.
Sentimen kelima, kali ini dari dalam negeri, adalah penjualan ritel yang masih tumbuh. Bank Indonesia (BI) melaporkan bahwa penjualan ritel meningkat pada Desember 2018.
Penjualan ritel diperkirakan masih tumbuh pada Januari 2019, meski tidak secepat bulan sebelumnya. Berdasarkan Survei Penjualan Eceran, angka Indeks Penjualan Rii (IPR) pada Desember 2018 tercatat 236,3. Naik 7,7% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Pertumbuhan pada Desember juga lebih baik baik ketimbang bulan sebelumnya yang sebesar 3,4% YoY. Plus, angka pertumbuhan 7,7% menjadi yang tertinggi sejak Mei 2018.
Sementara untuk Januari 2019, BI memperkirakan angka IPR berada di 213,3. Tumbuh 4,8% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Agak jauh melambat dibandingkan Desember yang mencapai 7,7%. Ini wajar karena Hari Natal dan Tahun Baru adalah puncak konsumsi kedua setelah Ramadan-Idul Fitri. Begitu masuk ke periode normal, konsumsi akan melambat.
Data ini bisa memberikan sentimen positif di pasar. Penjualan ritel yang tumbuh menandakan konsumsi rumah tangga masih kuat untuk menopang pertumbuhan ekonomi nasional. Prospek ekonomi Indonesia sepertinya masih akan cerah.
(BERLANJUT KE HALAMAN 5)
(aji/aji)
Penurunan harga minyak bisa membantu rupiah, karena menurunkan biaya impor migas. Defisit di neraca migas bisa membaik, dan ini akan membantu neraca perdagangan dan transaksi berjalan. Masih ada harapan transaksi berjalan bisa membaik karena koreksi harga minyak, sehingga rupiah juga punya peluang untuk menguat.
Sentimen kelima, kali ini dari dalam negeri, adalah penjualan ritel yang masih tumbuh. Bank Indonesia (BI) melaporkan bahwa penjualan ritel meningkat pada Desember 2018.
Penjualan ritel diperkirakan masih tumbuh pada Januari 2019, meski tidak secepat bulan sebelumnya. Berdasarkan Survei Penjualan Eceran, angka Indeks Penjualan Rii (IPR) pada Desember 2018 tercatat 236,3. Naik 7,7% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Pertumbuhan pada Desember juga lebih baik baik ketimbang bulan sebelumnya yang sebesar 3,4% YoY. Plus, angka pertumbuhan 7,7% menjadi yang tertinggi sejak Mei 2018.
Sementara untuk Januari 2019, BI memperkirakan angka IPR berada di 213,3. Tumbuh 4,8% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Agak jauh melambat dibandingkan Desember yang mencapai 7,7%. Ini wajar karena Hari Natal dan Tahun Baru adalah puncak konsumsi kedua setelah Ramadan-Idul Fitri. Begitu masuk ke periode normal, konsumsi akan melambat.
Data ini bisa memberikan sentimen positif di pasar. Penjualan ritel yang tumbuh menandakan konsumsi rumah tangga masih kuat untuk menopang pertumbuhan ekonomi nasional. Prospek ekonomi Indonesia sepertinya masih akan cerah.
(BERLANJUT KE HALAMAN 5)
(aji/aji)
Next Page
Simak Agenda dan Data Berikut Ini
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular