Newsletter

Damai Dagang AS-China Gagal Masuk Jalur Cepat

Hidayat Setiaji & Anthony Kevin & M Taufan Adharsyah, CNBC Indonesia
08 February 2019 05:49
Cermati Sentimen Penggerak Pasar Hari Ini (1)
Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Untuk perdagangan hari ini, investor perlu mencermati sejumlah sentimen. Pertama tentu koreksi di Wall Street, yang bisa menjadi penghancur mood pelaku pasar di Asia. Semoga tidak terjadi dan bursa saham Asia tetap bergairah. 

Sentimen kedua adalah yang membuat Wall Street mundur teratur yaitu suramnya prospek damai dagang AS-China. Tanpa pertemuan tingkat tinggi antara Trump dan Xi, ada kemungkinan Washington-Beijing gagal mencapai kesepakatan dagang sebelum tenggat 1 Maret.  

Jika ini terjadi, maka AS akan menaikkan tarif bea masuk bagi importasi produk-produk made in China senilai US$ 200 miliar dari 10% menjadi 25%. Langkah yang sangat mungkin mengundang serangan balasan dari China, sehingga perang dagang kembali berkobar. 

Oleh karena itu, tumpuan harapan ada di pertemuan Kepala Perwakilan Dagang AS Robert Lighthizer dan Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin dengan delegasi China di Beijing pekan depan. Apabila ada hasil yang konkret dan maju, maka bisa saja Trump berubah pikiran. 

"Jika kami tidak membuat kemajuan, maka saran saya adalah tidak bisa (kedua presiden bertemu). Namun kalau ada kemajuan dan kami semakin dekat dengan kesepakatan, maka saya rasa beliau (Trump) berkenan melakukan pertemuan," kata Lighthizer, mengutip Reuters. 

Sentimen ketiga, masih bernuansa gloomy, adalah keputusan Bank Sentral Inggris (BoE) yang menahan suku bunga acuan di 0,25%. Mark Carney dan kolega juga menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi Negeri Ratu Elizabeth untuk 2019 dari 1,7% menjadi 1,2%. 

Risiko terbesar bagi perekonomian Inggris saat ini adalah Brexit. Sepetinya kemungkinan untuk terjadi No Deal Brexit (Inggris tidak mendapat kompensasi apapun dari perceraian dengan Uni Eropa) semakin besar dan tidak bisa dikesampingkan. Setelah kesepakatan Brexit yang diusung Perdana Menteri Theresa May ditolak parlemen bulan lalu, semuanya menjadi semakin tidak jelas. 

"Ketidakpastian Brexit yang semakin nyata akhir-akhir ini menyebabkan aktivitas bisnis meredup dalam waktu dekat," sebut pernyataan tertulis BoE.  

"Andai kesepakatan Brexit sudah disetujui dan disahkan, maka Komite Kebijakan Moneter mungkin sudah menaikkan suku bunga. Namun dengan risiko ketidakpastian Brexit, tidak heran mereka masih mempertahankan suku bunga," kata John Hawksworth, Kepala Ekonom PwC, mengutip Reuters.

PM May sendiri baru tiba dari lawatan ke Brussel, pusat pemerintahan Uni Eropa. Politisi Partai Konservatif tersebut terus berupaya melobi Uni Eropa untuk mendapatkan kesepakatan terbaik. 

"Tidak akan mudah. Namun Presiden Uni Eropa (Jean-Claude) Juncker dan saya sepakat untuk mencari jalan keluar. Kami harus memastikan bahwa Inggris meninggalkan Uni Eropa dengan sebuah kesepakatan," kata May, mengutip Reuters. 

Suasana di Inggris yang masih muram bisa menular ke pasar keuangan global. Nasib Brexit yang serba tidak jelas bisa membuat pelaku pasar khawatir dan memilih bermain aman. Ini tentu bukan kabar gembira bagi IHSG dan rupiah.  

(BERLANJUT KE HALAMAN 4)

(aji/aji)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular