Newsletter

Damai Dagang AS-China Gagal Masuk Jalur Cepat

Hidayat Setiaji & Anthony Kevin & M Taufan Adharsyah, CNBC Indonesia
08 February 2019 05:49
Isu Perdagangan dan Perlambatan Ekonomi Bebani Wall Street
Bursa Saham New York (AP Photo/Richard Drew)
Dari Wall Street, tiga indeks utama terkoreksi lumayan dalam. Dow Jones Industrial Average (DJIA) turun 0,87%, S&P 500 minus 0,94%, dan Nasdaq Composite amblas 1,18%. 

Investor di bursa saham New York dibuat cemas oleh persepsi bahwa damai dagang AS-China tidak bisa cepat terwujud. Sebab, Presiden AS Donald Trump menegaskan dirinya tidak akan bertemu dengan Presiden China Xi Jinping sebelum 1 Maret, yang merupakan tenggat waktu 'gencatan senjata' 90 hari yang disepakati di Buenos Aires (Argentina) awal Desember 2018. 

"Tidak," jawab Trump atas pertanyaan wartawan apakah dia akan menemui Xi sebelum 1 Maret, mengutip Reuters. Padahal sebelumnya Trump pernah mengatakan dirinya akan bertemu dengan Xi, bahkan mungkin lebih dari sekali, untuk mengesahkan kesepakatan dagang AS-China. 


Jawaban Trump membuat pelaku pasar khawatir bahwa kesepakatan damai dagang AS-China tidak bisa dipindah ke jalur cepat. Sebelumnya pasar punya harapan kesepakatan bisa segera terwujud, tetapi kini harapan itu pupus. 

Lawrence 'Larry' Kudlow, Penasihat Ekonomi Gedung Putih, mencoba menenangkan pasar. Dia menyatakan kedua pemimpin pasti akan bertemu, hanya tidak dalam waktu dekat. 

"Suatu saat nanti, dua presiden tersebut akan bertemu. Itu yang dikatakan Bapak Presiden (Trump). Namun memang sepertinya masih jauh dari saat ini," kata Kudlow, mengutip Reuters. 

Akan tetapi, pelaku pasar sudah kadung kecewa. Aksi jual terjadi, dan membuat Wall Street tertekan lumayan dahsyat. 

"Saya menilai situasi ini wajar. Sebab, kenaikan tajam yang terjadi ada Januari diakibatkan oleh sentimen dialog dagang," kata Peter Jankovskis, Co-Chief Investment Officer di OakBrook Investment yang berbasis di Illinois, mengutip Reuters. 

Ditambah lagi investor juga ketar-ketir karena kabar buruk dari Eropa. Biro Statistik Federal Jerman melaporkan produksi industri pada Desember 2018 turun 0,4% dibandingkan bulan sebelumnya. Jauh dibandingkan konsensus pasar yang dihimpun Reuters, yang memperkirakan kenaikan 0,7%. 

Oleh karena itu, para ekonomi meramal ekonomi Negeri Panser akan mengalami kontraksi alias tumbuh negatif pada kuartal IV-2018. Jika ini terjadi, maka Jerman resmi mengalami resesi karena pada kuartal sebelumnya sudah mengalami kontraksi 0,2%. Resesi terjadi jika sebuah negara mengalami kontraksi dua kuartal beruntun pada tahun yang sama. 

Tidak cuma di Jerman, aura perlambatan ekonomi menyebar ke seluruh Eropa. Komisi Uni Eropa memperkirakan pertumbuhan ekonomi Zona Euro pada 2019 sebesar 1,3%. Melambat dibandingkan 2018 yang diperkirakan 1,9%. 


"Ada ketakutan terhadap risiko perlambatan ekonomi global yang membuat pasar saham AS terkoreksi. Ditambah lagi soal perdagangan," ujar Veronica Willis, Investment Strategy Analyst di Wells Fargo Investment Institute yang berbasis di St Louis, mengutip Reuters. 

(BERLANJUT KE HALAMAN 3)

(aji/aji)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular