
Newsletter
Awas, Ekonomi AS Terancam Mandek Gara-gara Shutdown!
Hidayat Setiaji & Anthony Kevin & M Taufan Adharsyah, CNBC Indonesia
24 January 2019 05:40

Sentimen ketiga adalah yaitu nilai tukar dolar AS. Akibat shutdown yang bisa melukai perekonomian AS secara keseluruhan, greenback ikut tertekan.
Pada pukul 05:01 WIB, Dollar Index (yang mencerminkan posisi dolar AS di hadapan enam mata uang utama dunia) melemah 0,17%. Pelemahan dolar AS bisa membuka jalan bagi rupiah dan mata uang Asia untuk kembali membukukan apresiasi.
Namun jika investor kemudian memilih melihat dari perspektif yang lebih luas, di mana shutdown di AS bisa memperlambat laju perekonomian global, maka ada pula kemungkinan untuk memilih bermain aman. Bila ini yang terjadi maka bukan kabar baik buat rupiah cs di Asia.
Sentimen keempat membawa harapan bagi rupiah, yaitu harga minyak yang masih mengalami koreksi. Pada pukul 05:05 WIB, harga minyak jenis brent anjlok 1,01% dan light sweet berkurang 0,38%.
Shutdown di AS yang dikhawatirkan membawa dampak ke perekonomian global membuat investor menahan diri. Ada kekhawatiran ekonomi global akan semakin melambat sehingga menurunkan permintaan energi. Ini membuat harga si emas hitam terkoreksi.
Sepertinya shutdown pemerintahan AS akan menjadi isu yang penting untuk hari ini. Belum adanya solusi membuat shutdown menjadi bola salju yang terus menggelinding, membesar, dan menggilas apa saja yang ada di hadapannya.
Selain itu, penurunan harga juga disebabkan oleh rencana Uni Eropa agar bisa tetap mendatangkan minyak dari Iran. Saat ini Negeri Persia masih menjalani sanksi dari AS, yang berlaku mulai 4 November 2018.
Jean-Yves Le Drian, Menteri Luar Negeri Prancis, mengusulkan skema perdagangan minyak antara Uni Eropa dan Iran tanpa menggunakan mata uang dolar AS. Dengan begitu, sanksi AS tidak dilanggar dan Teheran tetap bisa mengekspor minyaknya ke Benua Biru.
Uni Eropa berencana membentuk unit khusus (Special Purpose Vehicle/SPV) untuk perdagangan minyak dengan Iran. "Ini semestinya bisa dimulai dalam beberapa waktu ke depan. SPV ini akan menjadi semacam pusat kliring yang mengalirkan euro ke Iran," ungkap Le Drian, mengutip Reuters.
Kedatangan minyak dari Iran ke pasar dunia tentu membuat pasokan berlimpah. Dibayangi kekhawatiran kelebihan pasokan (oversupply), harga minyak pun terkoreksi.
Apabila harga minyak sudah memasuki siklus koreksi, maka ini akan menjadi kabar baik bagi rupiah. Sebagai negara net importir minyak, Indonesia tentu diuntungkan jika harga minyak turun karena biaya impor akan lebih murah.
Defisit transaksi berjalan (current account deficit) bisa dikurangi. Rupiah pun akan punya ruang untuk menguat karena ada lebih banyak pasokan devisa dari ekspor-impor barang dan jasa.
(BERLANJUT KE HALAMAN 5)
(aji/aji)
Pada pukul 05:01 WIB, Dollar Index (yang mencerminkan posisi dolar AS di hadapan enam mata uang utama dunia) melemah 0,17%. Pelemahan dolar AS bisa membuka jalan bagi rupiah dan mata uang Asia untuk kembali membukukan apresiasi.
Namun jika investor kemudian memilih melihat dari perspektif yang lebih luas, di mana shutdown di AS bisa memperlambat laju perekonomian global, maka ada pula kemungkinan untuk memilih bermain aman. Bila ini yang terjadi maka bukan kabar baik buat rupiah cs di Asia.
Sentimen keempat membawa harapan bagi rupiah, yaitu harga minyak yang masih mengalami koreksi. Pada pukul 05:05 WIB, harga minyak jenis brent anjlok 1,01% dan light sweet berkurang 0,38%.
Shutdown di AS yang dikhawatirkan membawa dampak ke perekonomian global membuat investor menahan diri. Ada kekhawatiran ekonomi global akan semakin melambat sehingga menurunkan permintaan energi. Ini membuat harga si emas hitam terkoreksi.
Sepertinya shutdown pemerintahan AS akan menjadi isu yang penting untuk hari ini. Belum adanya solusi membuat shutdown menjadi bola salju yang terus menggelinding, membesar, dan menggilas apa saja yang ada di hadapannya.
Selain itu, penurunan harga juga disebabkan oleh rencana Uni Eropa agar bisa tetap mendatangkan minyak dari Iran. Saat ini Negeri Persia masih menjalani sanksi dari AS, yang berlaku mulai 4 November 2018.
Jean-Yves Le Drian, Menteri Luar Negeri Prancis, mengusulkan skema perdagangan minyak antara Uni Eropa dan Iran tanpa menggunakan mata uang dolar AS. Dengan begitu, sanksi AS tidak dilanggar dan Teheran tetap bisa mengekspor minyaknya ke Benua Biru.
Uni Eropa berencana membentuk unit khusus (Special Purpose Vehicle/SPV) untuk perdagangan minyak dengan Iran. "Ini semestinya bisa dimulai dalam beberapa waktu ke depan. SPV ini akan menjadi semacam pusat kliring yang mengalirkan euro ke Iran," ungkap Le Drian, mengutip Reuters.
Kedatangan minyak dari Iran ke pasar dunia tentu membuat pasokan berlimpah. Dibayangi kekhawatiran kelebihan pasokan (oversupply), harga minyak pun terkoreksi.
Apabila harga minyak sudah memasuki siklus koreksi, maka ini akan menjadi kabar baik bagi rupiah. Sebagai negara net importir minyak, Indonesia tentu diuntungkan jika harga minyak turun karena biaya impor akan lebih murah.
Defisit transaksi berjalan (current account deficit) bisa dikurangi. Rupiah pun akan punya ruang untuk menguat karena ada lebih banyak pasokan devisa dari ekspor-impor barang dan jasa.
(BERLANJUT KE HALAMAN 5)
(aji/aji)
Next Page
Simak Agenda dan Data Berikut Ini
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular