Newsletter

Awas, Kepala Naga Sudah Mulai Terjun ke Air!

Hidayat Setiaji & Anthony Kevin & M Taufan Adharsyah, CNBC Indonesia
21 January 2019 05:56
Cermati Sentimen Penggerak Pasar Hari Ini (2)
Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Sentimen keempat, masih dari gaduh politik, kali ini datang dari AS. Pada pukul 05:19 WIB, pemerintahan AS sudah terjebak dalam penutupan sementara (partial shutdown) selama 29 hari, 17 jam, dan 19 menit. Shutdown terlama dalam sejarah AS modern. 

Presiden Trump mencoba berdamai dengan Partai Demokrat dengan menawarkan perlindungan sementara terhadap para imigran. Namun Trump tetap ingin agar anggaran US$ 5,7 miliar untuk penguatan pengamanan perbatasan (termasuk pembangunan tembok di perbatasan AS-Meksiko) mendapat restu Kongres. 

"Saya menawarkan solusi untuk memecah kebuntuan dan mengusulkan kepada Kongres untuk mengakhiri shutdown sekaligus menyelesaikan isu di perbatasan bagian selatan. Saya menawarkan perlindungan selama 3 tahun bagi imigran muda tanpa dokumen maupun yang memiliki status perlindungan sementara," kata Trump, mengutip Reuters. 

Namun upaya ini kembali kandas karena ditolak oleh Partai Demokrat. Kubu oposisi berpendapat, seharusnya pemerintahan harus dibuka terlebih dulu baru kemudian bicara soal pengamanan perbatasan. 

"Presiden sendiri yang awalnya mencabut proteksi bagi para imigran. Menawarkan perlindungan sebagai alat tawar-menawar bukan sebuah solusi, tetapi penyanderaan," tegas Chuck Schumer, Pimpinan Partai Demokrat di Senat, mengutip Reuters. 

"Penawaran Presiden tidak bisa diterima. Itu tidak mencerminkan niat baik," ujar Nancy Pelosi, Ketua House of Representatives dari Partai Demokrat. 

Sengkarut shutdown di AS pun seolah masih tanpa akhir, belum ada langkah konkret untuk menuju jalan keluar. Jika shutdown berlangsung semakin lama, maka yang terancam adalah perekonomian AS sendiri. 

Berdasarkan kajian Gedung Putih, seperti dikutip Forbes, shutdown akan mengurangi pertumbuhan ekonomi AS sekitar 0,1% setiap minggunya. Sekarang shutdown sudah berlangsung hampir 4 minggu, sehingga pertumbuhan ekonomi AS berpotensi berkurang 0,4%. Sungguh sebuah kesia-siaan. 

Sentimen kelima, kali ini datang dari China, adalah rilis data pertumbuhan ekonomi 2018. Konsensus pasar yang dihimpun Reuters memperkirakan pertumbuhan ekonomi China di angka 6,4% pada kuartal IV-2018. Dengan begitu, pertumbuhan ekonomi sepanjang tahun (full year) ada di 6,6%, laju paling lambat sejak 1990. 

Data ini bisa menjadi sentimen negatif di Asia, karena semakin memberi konfirmasi bahwa perlambatan ekonomi China bukan sekadar mitos. China adalah perekonomian terbesar di Asia, sang 'kepala naga'. Bila kepala terjun ke air, maka seluruh badannya akan ikut terseret. 

Perlambatan ekonomi China sama dengan perlambatan ekonomi Asia, bahkan mungkin dunia. Sebab, China memegang peranan yang amat penting dalam bidang perdagangan dan investasi. Jika perdagangan dan investasi China melambat, maka dampaknya akan sampai ke berbagai negara termasuk Indonesia. 

(BERLANJUT KE HALAMAN 5)

(aji/aji)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular