
Newsletter
Awas, Kepala Naga Sudah Mulai Terjun ke Air!
Hidayat Setiaji & Anthony Kevin & M Taufan Adharsyah, CNBC Indonesia
21 January 2019 05:56

Tidak hanya bursa saham Asia yang melesat, Wall Street pun meroket di perdagangan pekan lalu. Dow Jones Industrial Average (DJIA) melompat 2,96%, S&P 500 terdongkrak 2,87%, dan Nasdaq Composite terangkat 2,66%.
Bahkan pada perdagangan akhir pekan, Wall Street pun menguat signifikan. DJIA naik 1,38%, S&P 500 bertambah 1,32%, dan Nasdaq menguat 1,03%.
Seperti halnya di Asia, bursa saham New York juga terkerek akibat sentimen positif damai dagang AS-China. Bloomberg melaporkan, seperti dikutip Reuters, China berkenan untuk menaikkan impor produk-produk made in USA selama 6 tahun dengan nilai mencapai lebih dari US$ 1 triliun. Nilai yang kira-kira sama dengan total Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia.
Dengan begitu, surplus neraca perdagangan China dengan AS bisa turun sangat signifikan seperti yang diinginkan Presiden AS Donald Trump. Tahun lalu, China menikmati surplus US$ 323 miliar saat berdagang dengan AS, dan pada 2024 surplusnya bisa menjadi 0 alias impas.
Kabar ini menyusul berita dari Washington Post yang menyatakan AS bersedia menghapus bea masuk untuk produk-produk China. Jika dua berita ini menjadi kenyataan, maka perdagangan global akan kembali bergairah dan berdampak kepada pertumbuhan ekonomi dunia.
"Pasar kembali memasang mode risk on. Kita mendapat kabar gembira dari China terkait perdagangan. Tentu pelaku pasar merespons dengan sangat positif," tegas Tim Ghriskey, Chief Investment Strategist di Inverness Counsel yang berbasis di New York, mengutip Reuters.
(BERLANJUT KE HALAMAN 3)
(aji/aji)
Bahkan pada perdagangan akhir pekan, Wall Street pun menguat signifikan. DJIA naik 1,38%, S&P 500 bertambah 1,32%, dan Nasdaq menguat 1,03%.
Seperti halnya di Asia, bursa saham New York juga terkerek akibat sentimen positif damai dagang AS-China. Bloomberg melaporkan, seperti dikutip Reuters, China berkenan untuk menaikkan impor produk-produk made in USA selama 6 tahun dengan nilai mencapai lebih dari US$ 1 triliun. Nilai yang kira-kira sama dengan total Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia.
Dengan begitu, surplus neraca perdagangan China dengan AS bisa turun sangat signifikan seperti yang diinginkan Presiden AS Donald Trump. Tahun lalu, China menikmati surplus US$ 323 miliar saat berdagang dengan AS, dan pada 2024 surplusnya bisa menjadi 0 alias impas.
Kabar ini menyusul berita dari Washington Post yang menyatakan AS bersedia menghapus bea masuk untuk produk-produk China. Jika dua berita ini menjadi kenyataan, maka perdagangan global akan kembali bergairah dan berdampak kepada pertumbuhan ekonomi dunia.
"Pasar kembali memasang mode risk on. Kita mendapat kabar gembira dari China terkait perdagangan. Tentu pelaku pasar merespons dengan sangat positif," tegas Tim Ghriskey, Chief Investment Strategist di Inverness Counsel yang berbasis di New York, mengutip Reuters.
(BERLANJUT KE HALAMAN 3)
(aji/aji)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular