Newsletter

Harapan Itu Bernama Damai Dagang

Hidayat Setiaji & Anthony Kevin & M Taufan Adharsyah, CNBC Indonesia
18 January 2019 05:56
Harapan Itu Bernama Damai Dagang
Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar keuangan Indonesia bergerak variatif pada perdagangan kemarin. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mampu menguat, sementara rupiah justru melemah. 

Kemarin, IHSG finis dengan penguatan 0,16%. Penguatan IHSG sebenarnya menipis, karena pada akhir Sesi I masih sebesar 0,49%. 

Namun, kenaikan IHSG masih patut disyukuri karena mayoritas bursa saham utama Asia mengalami koreksi. Indeks Nikkei 225 turun 0,2%, Shanghai Composite melemah 0,42%, Hang Seng minus 0,54%, dan Straits Times berkurang 0,45%. 


Sementara nilai tukar rupiah melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Tidak hanya melemah, rupiah juga menjadi mata uang terlemah di Asia. 


Sejumlah sentimen negatif memang menghantui jalannya perdagangan di kawasan Asia. Pertama, anggota parlemen AS memperkenalkan Rancangan Undang-undang (RUU) yang akan melarang penjualan chip elektronik buatan AS beserta komponen lainnya kepada Huawei, ZTE Corp, dan perusahaan telekomunikasi China lainnya yang melanggar sanksi AS atau peraturan terkait ekspor. 

RUU ini diperkenalkan tidak lama menjelang laporan dari Wall Street Journal yang menyebut bahwa aparat hukum AS sedang melakukan investigasi terhadap Huawei. Investigasi ini terkait dengan tuduhan bahwa Huawei telah mencuri teknologi dari rekannya di AS seperti raksasa penyedia jasa layanan telekomunikasi T-Mobile. 'Serangan' dari AS kepada Huawei berpotensi membuat hubungan AS dengan China yang kini sedang mesra menjadi renggang. 

Sentimen negatif yang kedua datang dari kisruh terkait dengan proses perceraian Inggris dengan Uni Eropa (Brexit). Setelah proposal Brexit ditolak parlemen, Perdana Menteri Inggris Theresa May harus rela menerima mosi tidak percaya. May selamat karena voting masih memihak dirinya dengan angka 325 berbanding 306. 


Namun masalah di Inggris belum selesai, karena waktu semakin dekat menuju 29 Maret 2019, tanggal resmi Inggris keluar dari Uni Eropa. Inggris bisa saja keluar dari Uni Eropa tanpa kesepakatan apa-apa (No Deal Brexit). 


(BERLANJUT KE HALAMAN 2)

Bursa saham New York masih melanjutkan penguatan. Dow Jones Industrial Average (DJIA) naik 0,67%, S&P 500 bertambah 0,76%, dan Nasdaq Composite menguat 0,71%. 

Wall Street bergairah akibat hawa damai dagang AS-China yang semakin merebak. Mengutip Reuters, Juru Bicara Kementerian Perdagangan China mengungkapkan Wakil Perdana Menteri China Liu He akan berkunjung ke Washington pada 30-31 Januari.  

Bukan sekadar kunjungan biasa, Wall Street Journal melaporkan beberapa orang sumber mengungkapkan Liu akan berdiskusi dengan Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin mengenai kemungkinan penghapusan bea masuk untuk berbagai produk made in China. Meski kemudian dibantah oleh Kepala Perwakilan Dagang AS Robert Lighthizer, tetapi kabar ini sudah kadung 'dimakan' oleh pelaku pasar. 

"Reaksi pelaku pasar mengatakan segalanya. Orang-orang ingin sekali perang dagang berakhir," tegas Michael Antonelli, Direktur Pelaksana di Robert W Baird yang berbasis di Milwaukee, mengutip Reuters. 

Namun penguatan Wall Street membentur langit-langit akibat harga saham Morgan Stanley yang anjlok 4,4%. Penyebabnya adalah laporan keuangan yang kurang memuaskan. 

Pada kuartal IV-2018, laba per saham (Earnings per Share/EPS) Morgan Stanley adalah US$ 80 sen. Di bawah ekspektasi pasar yang memperkirakan di angka US$ 89 sen. 

Pendapatan bersih tercatat US$ 4,1 miliar, turun 6,82% dibandingkan kuartal IV-2017. Sementara pendapatan operasional adalah US$ 1,9% atau anjlok 25%. 


(BERLANJUT KE HALAMAN 3)


Untuk perdagangan hari ini, investor patut mencermati sejumlah sentimen. Pertama tentu kabar gembira dari Wall Street yang menguat. Semoga hijaunya Wall Street mampu menjadi pendorong semangat bursa saham Asia untuk mencapai prestasi serupa, atau malah lebih baik. 

Kedua, investor perlu untuk memantau perkembangan dari Inggris terkait sengkarut Brexit. Sebab sepertinya May dan Pemimpin Partai Buruh Jeremy Corbyn belum bisa damai, belum bisa duduk bersama untuk menyelesaikan masalah. 

Mengutip Reuters, Corbyn menegaskan bahwa May tidak mampu membawa Inggris menghindari 'jurang' sehingga politisi Partai Konservatif itu harus mundur. Namun di sisi lain, Corbyn juga tidak ingin terjadi No Deal Brexit. Dia ingin semua masalah diselesaikan sebelum 29 Maret. 

Menurut May, posisi Corbyn yang ingin agar dirinya mundur tetapi tidak mau No Deal Brexit adalah hal yang mustahil. Oleh karena itu, May mengajak Corbyn untuk berdialog, bekerja bersama untuk merumuskan solusi. 

"Anda selalu meyakini pentingnya dialog dalam politik. Namun apakah benar seperti itu, karena Anda saat ini enggan berdialog. Apakah mempengaruhi anggota parlemen Anda untuk tidak berdialog dengan pemerintah adalah sesuatu yang benar?" tegas May, mengutip Reuters. 

Kegaduhan di London yang masih terus terjadi membuat nasib Brexit menjadi samar-samar. Belum jelas arahnya mau ke mana, sehingga potensi No Deal Brexit menjadi semakin besar.

Opsi lainnya adalah menunda Brexit, mengadakan referendum atau pemungutan suara ulang, atau May harus menggelar pemilu yang dipercepat. Tidak ada yang manis, semuanya berisiko tinggi. 

Perkembangan ini bisa membuat pelaku pasar terus bermain aman. Pasalnya, Brexit akan menentukan masa depan negara dengan perekonomian terbesar kelima di dunia. Jika Inggris sampai terseret ke jurang krisis karena Brexit, maka dampaknya akan mengglobal. 


(BERLANJUT KE HALAMAN 4)


Sentimen ketiga, gaduh politik bukan monopoli London tetapi juga terjadi di Washington. Perlu diingat, pemerintahan AS masih tutup sebagian (partial shutdown) yang pada pukul 05:15 WIB sudah berlangsung selama 26 hari, 17 jam, 15 menit. Shutdown terlama sepanjang sejarah modern AS. 

Parahnya, shutdown seolah tanpa jalan keluar. Hubungan Gedung Putih dan legislatif masih tegang sehingga pembahasan anggaran selalu mandek. 

Terbaru, hubungan Presiden AS Donald Trump dan Ketua House of Representatives Nancy Pelosi semakin panas. Trump melakukan intervensi sehingga Pelosi batal terbang ke Brussel dan Afganistan menggunakan pesawat militer. 

"Pada saat 800.000 pegawai di AS tidak bisa menerima gaji, saya yakin Anda setuju bahwa membatalkan perjalanan ini adalah hal yang bijaksana," sebut surat Trump kepada Pelosi, mengutip Reuters. 

Sarah Sander, Juru Bicara Gedung Putih, menyatakan Trump punya hak untuk mengintervensi penggunaan fasilitas militer. Sebab, presiden adalah panglima tertinggi angkatan bersenjata. 

Ketegangan ini bisa mempengaruhi pembahasan anggaran. Jika kedua kubu terus berkonflik, maka anggaran tidak akan pernah rampung dan shutdown sulit diakhiri. 

Berdasarkan kajian Gedung Putih, mengutip Forbes, shutdown akan menggerus Produk Domestik Bruto (PDB) Negeri Paman Sam sebanyak 0,1% setiap pekan. Shutdown sudah nyaris berlangsung selama 4 pekan, berarti PDB AS diperkirakan menyusut 0,4%.

Ekonomi AS yang sudah melambat akan semakin terbeban akibat shutdown. AS adalah kekuatan ekonomi nomor 1 dunia. Saat kepala naga masuk ke air, maka badannya akan ikut terjun.

Artinya, saat ekonomi AS melambat maka akan menyeret negara-negara lainnya. Risiko perlambatan ekonomi global menjadi semakin nyata. 

Namun ada sentimen keempat, yang bisa saja membawa aura positif di pasar yaitu damai dagang AS-China. Seperti yang sudah disinggung, bahkan sampai ada kabar AS siap menghapus bea masuk untuk produk-produk China. 

Damai dagang adalah sebuah berita besar yang sangat mempengaruhi gerak pasar. Kala dua perekonomian terbesar di planet bumi sudah kembali akur, tidak lagi saling hambat di bidang perdagangan, maka akan membuat rantai pasok global kembali bergairah. Arus perdagangan lancar, pertumbuhan ekonomi dunia bisa membaik. 

Melihat perkembangan yang ada, mungkin satu-satunya harapan bagi investor adalah sentimen damai dagang ini. Mari berharap sentimen ini cukup kuat dan mampu menopang pasar keuangan bergerak ke arah utara alias menguat. 


(BERLANJUT KE HALAMAN 5)


Berikut adalah peristiwa-peristiwa yang akan terjadi hari ini: 
  • Rilis data inflasi Jepang periode Desember 2018 (08:30 WIB).
  • Rilis data produksi industri Jepang periode Noveber 2018 (11:30 WIB).
  • Rilis data tingkat utilisasi industri China kuartal IV-2018 (08:30 WIB).
  • Rilis Indeks Keyakinan Konsumen AS periode Januari 2019 versi Universitas Michigan (22:00 WIB).
  • Rilis data produksi industri AS periode Desember 2018 (09:15 WIB). 

Investor juga perlu mencermati agenda korporasi yang akan diselenggarakan pada hari ini, yaitu:

PerusahaanJenis KegiatanWaktu
PT Borneo Olah Sarana Sukses Tbk (BOSS)RUPSLB09:00
PT Arthavest Tbk (ARTA)RUPSLB10:00
PT Harum Energy Tbk (HRUM)RUPSLB14:00
 
Berikut sejumlah indikator perekonomian nasional: 

IndikatorTingkat
Pertumbuhan ekonomi (Q III-2018 YoY)5,17%
Inflasi (Desember 2018 YoY)3,13%
BI 7 Day Reverse Repo Rate (Januari 2019)6%
Defisit anggaran (APBN 2019)-1,84% PDB
Transaksi berjalan (Q III-2018)-3,37% PDB
Neraca pembayaran (Q III-2018)-US$ 4,39 miliar
Cadangan devisa (Desember 2018)US$ 120,7 miliar
 
Untuk mendapatkan informasi seputar data-data pasar, silakan klik di sini.


TIM RISET CNBC INDONESIA


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular