Seharian Teraniaya, Rupiah Jadi yang Terlemah di Asia

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
17 January 2019 16:28
Seharian Teraniaya, Rupiah Jadi yang Terlemah di Asia
Ilustrasi Money Changer (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) melemah di perdagangan pasar spot hari ini. Tidak sekadar melemah, rupiah juga menjadi mata uang terlemah di Asia. 

Pada Kamis (17/1/2019), US$ 1 dihargai Rp 14.175 kala penutupan pasar spot. Rupiah melemah 0,43% dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya. 

Mengawali perdagangan pasar spot, rupiah sebenarnya belum melemah. Namun tidak menguat juga alias stagnan. 

Tidak lama sesudahnya, rupiah terdorong ke zona merah. Bahkan pelemahan rupiah bertambah parah. 


Depresiasi rupiah kian menjadi kala pengumuman suku bunga acuan. Bank Indonesia memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan sebesar 6%, sejalan dengan konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia. 

Setelah pengumuman BI 7 Day Reverse Repo Rate, laju pelemahan rupiah sempat tanpa rem. Rupiah bahkan sempat begitu dekat dengan Rp 14.200/US$. 


Namun jelang penutupan pasar, koreksi rupiah agak mereda. Meski begitu, mata uang Tanah Air belum bisa lepas dari area depresiasi. 

Berikut perkembangan dolar AS terhadap rupiah sepanjang hari ini: 




(BERLANJUT KE HALAMAN 2)

Senasib dengan rupiah, berbagai mata uang utama Asia juga melemah. Bahkan hanya yen Jepang yang mampu bertahan di zona hijau. 

Namun yang membedakan rupiah dengan kompatriotnya adalah depresiasi mata uang Tanah Air menjadi yang paling dalam. Ya, dalam hal melemah terhadap dolar AS, tidak ada mata uang Benua Kuning yang bisa mengalahkan rupiah. 

Berikut perkembangan kurs dolar AS terhadap mata uang utama Asia pada pukul 16:13 WIB: 

 

Investor ramai-ramai menghindari pasar valas Asia karena suramnya perkembangan di Inggris. Pelaku pasar masih menantikan dinamika seputar Brexit setelah proposal perceraian dengan Uni Eropa yang disusun pemerintahan Perdana Menteri Theresa May kandas dalam voting parlemen. 

Bahkan May sampai terancam kehilangan posisinya karena parlemen kemudian mengajukan mosi tidak percaya. Beruntung voting kali ini memihak May dengan skor 325-306. 

Namun risiko besar masih membayangi Negeri Ratu Elizabeth. Pelaku usaha meminta urusan Brexit untuk segera diselesaikan, atau minimal ada kejelasan. 

"Kami tetap beranggapan bahwa No Deal Brexit (Inggris tidak mendapatkan kompensasi apapun dari perpisahan dengan Uni Eropa) adalah jalan terakhir. Namun kami juga menyadari bahwa ada ketidakpastian setelah voting kemarin. Oleh karena itu, kami ingin agar pemerintah dan parlemen Inggris bekerja sama untuk menghindari No Deal Brexit, yang akan menyebabkan bencana bagi industri otomotif," papar Bob Shanks, Chief Financial Officer Ford, mengutip Reuters. 

Di bidang logistik, No Deal Brexit akan menyebabkan pemeriksaan kepabeanan lebih panjang dan memakan waktu. Jens Bjorn Andersen, CEO DSV (perusahaan perkapalan asal Denmark), memperkirakan antrean pemeriksaan pabean di Selat Inggris bisa menyebabkan antrean kapal sepanjang 130 km. 

Sentimen negatif dari Inggris ini masih kental mewarnai pergerakan pasar. Sikap main aman pun terlihat dengan keperksaan aset-aset safe haven seperti yen Jepang. 

Dengan dinamika Brexit yang masih penuh tanda tanya, mungkin saja investor ingin ada sedikit pemanis untuk berinvestasi di Indonesia. Pemanis itu bisa berupa kenaikan suku bunga acuan. 

Namun BI, sesuai perkiraan, tidak membuat kejutan. Tidak ada kenaikan suku bunga acuan, sehingga mungkin membuat investor kecewa. 

Tanpa pemanis, rupiah pun menjadi kurang menarik. Akhirnya rupiah seakan 'dihukum' oleh pasar, mengalami tekanan jual, dan menjadi mata uang terlemah di Asia. 


TIM RISET CNBC INDONESIA


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular