
Newsletter
Waspadai Gaduh Politik di Washington dan London
Hidayat Setiaji & Anthony Kevin & M Taufan Adharsyah, CNBC Indonesia
14 January 2019 05:45

Untuk perdagangan hari ini, investor perlu mencermati sejumlah sentimen. Pertama adalah koreksi yang dialami Wall Street akhir pekan lalu. Seperti halnya Wall Street, IHSG pun sudah menguat selama berhari-hari sehingga ancaman profit taking selalu menghantui.
Kedua, seperti yang sudah disinggung sebelumnya, adalah shutdown pemerintahan AS yang masih berlangsung dan seakan tanpa jalan keluar. Presiden AS Donald Trump masih berkeras ingin membangun tembok di perbatasan AS-Meksiko, sesuatu yang ditolak oleh Partai Demokrat yang kini memegang suara mayoritas di House of Representatives.
"Mereka (Demokrat) yang menahan-nahan. Saya hanya butuh 15 menit untuk mencapai kesepakatan dan orang-orang bisa kembali bekerja," tegas Trump dalam wawancana dengan Fox News, dikutip dari Reuters.
Ketika pemerintahan AS tidak berfungsi, maka berbagai layanan publik akan terhenti. Pada satu titik, ini akan mempengaruhi roda perekonomian AS. Perlambatan ekonomi akan semakin menjadi kala pemerintah ikut-ikutan tidak bergerak.
AS adalah ekonomi terbesar di dunia, sehingga apa yang terjadi di sana akan dirasakan oleh negara-negara lain. Jika ekonomi AS semakin tidak bergerak gara-gara shutdown, maka negara lain akan mengalaminya.
Investor patut mulai hati-hati terhadap sentimen ini. Sebab dengan mulai meredanya dampak damai dagang AS-China, shutdown bisa menarik perhatian dan menjadi sentimen negatif besar yang membebani.
Ketiga, investor juga sebaiknya mulai bersiap karena pada 15 Januari waktu setempat akan diadakan pemungutan suara di parlemen Inggris untuk menentukan nasib Brexit. Theresa May, Perdana Menteri Inggris, mengingatkan bahwa apabila proposal Brexit tidak disetujui maka akan menjadi sebuah bencana besar. Inggris terancam keluar dari Uni Eropa tanpa kompensasi apa-apa alias No Deal Brexit.
"Melakukan itu (menolak proposal Brexit) akan menjadi bencana dan pengkhianatan besar terhadap demokrasi. Pesan saya kepada parlemen sederhana saja, lupakan permainan (politik) dan lakukan yang benar untuk negara ini," tegas May dalam kolum di Sunday Express.
Posisi May semakin di ujung tanduk tatkala 'serangan' dari kubu oposisi kian gencar. Jeremy Corbyn, Pemimpin Partai Buruh, menyatakan tidak ingin sampai terjadi No Deal Brexit. Namun apabila proposal Brexit yang diajukan May sampai kalah dalam voting nanti, maka dirinya akan mengajukan mosi tidak percaya kepada pemerintah.
Meski sangat dihindari, tetapi No Deal Brexit adalah sebuah kemungkinan yang tidak bisa dikesampingkan. Menurut harian The Observer, pihak militer sudah siap membantu sejumlah instansi pemerintah untuk bersiap menghadapi No Deal Brexit.
Apabila sampai terjadi No Deal Brexit, dampaknya tidak main-main. Bank Sentral Inggris (BoE) memperkirakan ekonomi Inggris bisa lebih parah dibandingkan saat krisis keuangan global. No Deal Brexit akan menyebabkan ekonomi Negeri Ratu Elizabeth terkontraksi alias minus 8% pada 2019.
Gaduh politik di Washington dan London sepertinya akan menjadi tema besar pada pekan ini. Jika tidak ada kabar baik (seperti lanjutan damai dagang AS-China), maka dua hal ini bisa menjadi penggerak pasar ke arah pelemahan.
(BERLANJUT KE HALAMAN 4)
(aji/aji)
Kedua, seperti yang sudah disinggung sebelumnya, adalah shutdown pemerintahan AS yang masih berlangsung dan seakan tanpa jalan keluar. Presiden AS Donald Trump masih berkeras ingin membangun tembok di perbatasan AS-Meksiko, sesuatu yang ditolak oleh Partai Demokrat yang kini memegang suara mayoritas di House of Representatives.
"Mereka (Demokrat) yang menahan-nahan. Saya hanya butuh 15 menit untuk mencapai kesepakatan dan orang-orang bisa kembali bekerja," tegas Trump dalam wawancana dengan Fox News, dikutip dari Reuters.
Ketika pemerintahan AS tidak berfungsi, maka berbagai layanan publik akan terhenti. Pada satu titik, ini akan mempengaruhi roda perekonomian AS. Perlambatan ekonomi akan semakin menjadi kala pemerintah ikut-ikutan tidak bergerak.
AS adalah ekonomi terbesar di dunia, sehingga apa yang terjadi di sana akan dirasakan oleh negara-negara lain. Jika ekonomi AS semakin tidak bergerak gara-gara shutdown, maka negara lain akan mengalaminya.
Investor patut mulai hati-hati terhadap sentimen ini. Sebab dengan mulai meredanya dampak damai dagang AS-China, shutdown bisa menarik perhatian dan menjadi sentimen negatif besar yang membebani.
Ketiga, investor juga sebaiknya mulai bersiap karena pada 15 Januari waktu setempat akan diadakan pemungutan suara di parlemen Inggris untuk menentukan nasib Brexit. Theresa May, Perdana Menteri Inggris, mengingatkan bahwa apabila proposal Brexit tidak disetujui maka akan menjadi sebuah bencana besar. Inggris terancam keluar dari Uni Eropa tanpa kompensasi apa-apa alias No Deal Brexit.
"Melakukan itu (menolak proposal Brexit) akan menjadi bencana dan pengkhianatan besar terhadap demokrasi. Pesan saya kepada parlemen sederhana saja, lupakan permainan (politik) dan lakukan yang benar untuk negara ini," tegas May dalam kolum di Sunday Express.
Posisi May semakin di ujung tanduk tatkala 'serangan' dari kubu oposisi kian gencar. Jeremy Corbyn, Pemimpin Partai Buruh, menyatakan tidak ingin sampai terjadi No Deal Brexit. Namun apabila proposal Brexit yang diajukan May sampai kalah dalam voting nanti, maka dirinya akan mengajukan mosi tidak percaya kepada pemerintah.
Meski sangat dihindari, tetapi No Deal Brexit adalah sebuah kemungkinan yang tidak bisa dikesampingkan. Menurut harian The Observer, pihak militer sudah siap membantu sejumlah instansi pemerintah untuk bersiap menghadapi No Deal Brexit.
Apabila sampai terjadi No Deal Brexit, dampaknya tidak main-main. Bank Sentral Inggris (BoE) memperkirakan ekonomi Inggris bisa lebih parah dibandingkan saat krisis keuangan global. No Deal Brexit akan menyebabkan ekonomi Negeri Ratu Elizabeth terkontraksi alias minus 8% pada 2019.
Gaduh politik di Washington dan London sepertinya akan menjadi tema besar pada pekan ini. Jika tidak ada kabar baik (seperti lanjutan damai dagang AS-China), maka dua hal ini bisa menjadi penggerak pasar ke arah pelemahan.
(BERLANJUT KE HALAMAN 4)
(aji/aji)
Next Page
Simak Agenda dan Data Berikut Ini
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular