
Newsletter
Waspadai Gaduh Politik di Washington dan London
Hidayat Setiaji & Anthony Kevin & M Taufan Adharsyah, CNBC Indonesia
14 January 2019 05:45

Tidak hanya di Indonesia (dan Asia), Wall Street pun menguat tajam pekan lalu. Dow Jones Industrial Average (DJIA) melesat 2,4%, S&P 500 melompat 2,54%, dan Nasdaq Composite melejit 3,45%.
Meski pada perdagangan akhir pekan ketiganya mengalami koreksi tipis di mana DJIA turun 0,02%, S&P 500 melemah 0,01%, dan Nasdaq berkurang 0,21%. Koreksi ini masih wajar, karena Wall Street sudah menguat selama 5 hari beruntun.
Seperti di Indonesia, sentimen damai dagang dan The Fed yang semakin 'kalem' juga memberi dorongan bagi bursa saham New York. Kini, investor bersiap untuk menantikan musim laporan keuangan (earnings season) yang dimulai pekan ini.
Sektor keuangan akan memulai earnings season dengan Citigroup pada Senin waktu setempat dan JPMorgan Chase pada Selasa. Untuk sepanjang 2018, konsensus pasar yang dihimpun Reuters memperkirakan rata-rata laba emiten di indeks S&P 500 akan tumbuh 23,5%. Namun pertumbuhan laba akan merosot menjadi 6,4% pada 2019 karena dampak pemotongan tarif Pajak Penghasilan (PPh) yang sudah selesai.
"Namun secara umum, risiko saat ini lebih terkendali," ujar Kristina Hooper, Chief Global Market Strategist di Invesco yang berbasis di New York, mengutip Reuters.
Wall Street masih tampak abai terhadap penutupan sebagian (partial shutdown) yang melanda pemerintahan AS. Sepertinya shutdown masih kalah dengan sentimen damai dagang AS-China dan The Fed yang tidak lagi agresif.
Namun jika tidak ada sentimen positif lain, maka sepertinya investor akan mulai mengkhawatirkan shutdown. Pasalnya, shutdown kini sudah berlangsung selama 22 hari 17 jam pada pukul 05:00 WIB. Ini merupakan rekor shutdown terlama sepanjang sejarah Negeri Adidaya.
(BERLANJUT KE HALAMAN 3)
(aji/aji)
Meski pada perdagangan akhir pekan ketiganya mengalami koreksi tipis di mana DJIA turun 0,02%, S&P 500 melemah 0,01%, dan Nasdaq berkurang 0,21%. Koreksi ini masih wajar, karena Wall Street sudah menguat selama 5 hari beruntun.
Seperti di Indonesia, sentimen damai dagang dan The Fed yang semakin 'kalem' juga memberi dorongan bagi bursa saham New York. Kini, investor bersiap untuk menantikan musim laporan keuangan (earnings season) yang dimulai pekan ini.
Sektor keuangan akan memulai earnings season dengan Citigroup pada Senin waktu setempat dan JPMorgan Chase pada Selasa. Untuk sepanjang 2018, konsensus pasar yang dihimpun Reuters memperkirakan rata-rata laba emiten di indeks S&P 500 akan tumbuh 23,5%. Namun pertumbuhan laba akan merosot menjadi 6,4% pada 2019 karena dampak pemotongan tarif Pajak Penghasilan (PPh) yang sudah selesai.
"Namun secara umum, risiko saat ini lebih terkendali," ujar Kristina Hooper, Chief Global Market Strategist di Invesco yang berbasis di New York, mengutip Reuters.
Wall Street masih tampak abai terhadap penutupan sebagian (partial shutdown) yang melanda pemerintahan AS. Sepertinya shutdown masih kalah dengan sentimen damai dagang AS-China dan The Fed yang tidak lagi agresif.
Namun jika tidak ada sentimen positif lain, maka sepertinya investor akan mulai mengkhawatirkan shutdown. Pasalnya, shutdown kini sudah berlangsung selama 22 hari 17 jam pada pukul 05:00 WIB. Ini merupakan rekor shutdown terlama sepanjang sejarah Negeri Adidaya.
(BERLANJUT KE HALAMAN 3)
(aji/aji)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular