
Newsletter
Mau Memulai Perdagangan Perdana di 2019? Baca Ini Dulu...
Hidayat Setiaji & Raditya Hanung & Anthony Kevin, CNBC Indonesia
02 January 2019 05:52

Sentimen ketiga adalah nilai tukar dolar AS yang berpotensi melemah hari ini. Pada pukul 05:21 WIB, Dollar Index (yang mencerminkan posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) melemah 0,08%.
Penyebabnya adalah data ekonomi AS yang lagi-lagi mengecewakan. The Fed Dallas merilis indeks aktivitas bisnis di Texas pada Desember 2018 berada di -5,1 atau anjlok 23 poin dibandingkan bulan sebelumnya.
Hawa perlambatan ekonomi AS sepertinya semakin nyata. Akibatnya, bukan tidak mungkin The Fed memperlambat laju kenaikan suku bunga pada tahun ini.
Awalnya investor memperkirakan Powell cs akan menaikkan Federal Funds Rate sebanyak tiga kali sepanjang 2018, tetapi kemudian direvisi ke bawah menjadi dua kali. Namun jika tanda-tanda perlambatan ekonomi di Negeri Adidaya semakin jelas, maka bukan tidak mungkin The Fed akan kembali mengurangi dosis kenaikan suku bunga.
Ini tentu menjadi amsyong bagi dolar AS. Tanpa dukungan kenaikan suku bunga acuan, dolar AS akan kehilangan keseksiannya dan bisa balik ditekan oleh mata uang dunia, termasuk rupiah.
Sentimen keempat, kali ini dari dalam negeri, adalah rilis data inflasi nasional periode Desember 2018. Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan laju inflasi tahunan (year-on-year/YoY) pada Desember 2018 sebesar 3,04%. Inflasi YoY pada Desember akan sama dengan inflasi sepanjang tahun kalender.
Apabila realisasinya nanti sesuai dengan ekspektasi pasar, maka laju inflasi Indonesia akan melambat lumayan signifikan. Tahun lalu, inflasi tercatat 3,61%.
Laju inflasi yang bisa dijaga di kisaran 3% selama 4 tahun terakhir bisa menjadi sentimen positif di pasar. Inflasi yang terkendali maka artinya nilai uang tidak tergerus signifikan. Nilai investasi pun bisa relatif aman.
Jadi bagaimana? Sudah siap memulai perdagangan perdana 2019?
(BERLANJUT KE HALAMAN 5)
(aji/aji)
Penyebabnya adalah data ekonomi AS yang lagi-lagi mengecewakan. The Fed Dallas merilis indeks aktivitas bisnis di Texas pada Desember 2018 berada di -5,1 atau anjlok 23 poin dibandingkan bulan sebelumnya.
Hawa perlambatan ekonomi AS sepertinya semakin nyata. Akibatnya, bukan tidak mungkin The Fed memperlambat laju kenaikan suku bunga pada tahun ini.
Awalnya investor memperkirakan Powell cs akan menaikkan Federal Funds Rate sebanyak tiga kali sepanjang 2018, tetapi kemudian direvisi ke bawah menjadi dua kali. Namun jika tanda-tanda perlambatan ekonomi di Negeri Adidaya semakin jelas, maka bukan tidak mungkin The Fed akan kembali mengurangi dosis kenaikan suku bunga.
Ini tentu menjadi amsyong bagi dolar AS. Tanpa dukungan kenaikan suku bunga acuan, dolar AS akan kehilangan keseksiannya dan bisa balik ditekan oleh mata uang dunia, termasuk rupiah.
Sentimen keempat, kali ini dari dalam negeri, adalah rilis data inflasi nasional periode Desember 2018. Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan laju inflasi tahunan (year-on-year/YoY) pada Desember 2018 sebesar 3,04%. Inflasi YoY pada Desember akan sama dengan inflasi sepanjang tahun kalender.
Apabila realisasinya nanti sesuai dengan ekspektasi pasar, maka laju inflasi Indonesia akan melambat lumayan signifikan. Tahun lalu, inflasi tercatat 3,61%.
Laju inflasi yang bisa dijaga di kisaran 3% selama 4 tahun terakhir bisa menjadi sentimen positif di pasar. Inflasi yang terkendali maka artinya nilai uang tidak tergerus signifikan. Nilai investasi pun bisa relatif aman.
Jadi bagaimana? Sudah siap memulai perdagangan perdana 2019?
(BERLANJUT KE HALAMAN 5)
(aji/aji)
Next Page
Simak Agenda dan Data Berikut Ini
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular