Newsletter

Dalam Situasi yang Tidak Pasti, Cash is King

Hidayat Setiaji & Raditya Hanung & Anthony Kevin, CNBC Indonesia
17 December 2018 04:01
Investor Pilih Main Aman, Wall Street Terjerembab
Ilustrasi Dolar AS (REUTERS/Thomas White)
Dari Wall Street, tiga indeks utama jatuh pada akhir pekan lalu. Dow Jones Industrial Average (DJIA) anjlok 2,02%, S&P 500 amblas 1,91%, dan Nasdaq Composite ambrol 2,26%. Sementara secara mingguan, DJIA melemah 1,2%, S&P 500 terkoreksi 1,25%, dan Nasdaq berkurang 0,84%. 

Investor di bursa saham New York tidak hanya mencemaskan soal potensi resesi di AS, tetapi juga risiko perlambatan ekonomi global. Data-data ekonomi di China dan Eropa yang mengecewakan membuat persepsi itu muncul. 

Di China, penjualan ritel pada November tumbuh 8,1% year-on-year (YoY). Melambat dibandingkan bulan sebelumnya yaitu 8,6% YoY. Pencapaian November juga menjadi yang terendah sejak Mei 2003. 

Kemudian pertumbuhan produksi industri Negeri Panda pada November tercatat 5,4% YoY. Juga melambat dibandingkan Oktober yang tumbuh 5,9% YoY. 


Sementara di Eropa, suasana suram semakin terasa saat rilis data Purchasing Manager's Index (PMI) November versi IHS Markit yang sebesar 51,3. Angka ini menjadi yang paling rendah sejak November 2014. 

Sebelumnya Bank Sentral Uni Eropa (ECB) juga menyebarkan aura negatif dengan merevisi ke bawah proyeksi pertumbuhan ekonomi Benua Biru. Tahun ini, ekonomi Eropa diperkirakan tumbuh 1,9%, di mana perkiraan sebelumnya adalah 2%. Kemudian untuk 2019, proyeksi pertumbuhan ekonomi direvisi dari 1,8% menjadi 1,7%. 

"Fundamental ekonomi AS yang solid tertutup oleh risiko perlambatan ekonomi global. Dampaknya terasa hingga ke Wall Street," kata Phil Blancato, Chief Executive di Ladenburg Thalman Asset Management yang berbasis di New York, dikutip dari Reuters. 

Perkembangan-perkembangan tersebut membuat investor tentu memlih bermain aman. Instrumen berisiko seperti saham ditinggalkan, dan aliran modal mengarah ke instrumen aman (safe haven) dalam hal ini adalah dolar AS.

Selama sepekan kemarin, Dollar Index (yang mencerminkan posisi greenback secara relatif di hadapan enam mata uang utama dunia) menguat 0,96% secara point-to-pont. Dollar Index pun menyentuh angka 97.443, tertinggi sejak 12 November. Dolar AS kembali menjadi darling-nya investor.


(BERLANJUT KE HALAMAN 3)

(aji/aji)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular