
Newsletter
Dalam Situasi yang Tidak Pasti, Cash is King
Hidayat Setiaji & Raditya Hanung & Anthony Kevin, CNBC Indonesia
17 December 2018 04:01

Sentimen ketiga adalah hubungan AS-China yang semakin mengarah ke damai dagang. Akhir pekan lalu, Kementerian Perdagangan China memutuskan untuk menunda kenaikan bea masuk untuk impor produk otomotif dan suku cadang dari AS.
Saat ini tarif bea masuk yang diterapkan China untuk mobil dan suku cadang asal AS adalah 15%. Sedianya China akan menambah tarif bea masuk menjadi 40% pada 1 Januari. Namun keputusan ini ditunda, seiring gencatan senjata yang disepakati Trump dan Xi.
"China ingin membuat kesepakatan yang komprehensif. Itu bisa terjadi, dan mungkin segera!" cuit Trump di Twitter.
Perdamaian AS-China adalah sesuatu yang sudah lama dinantikan oleh pelaku pasar. Saat keduanya terlibat perang dagang, perekonomian dunia akan terluka karena AS dan China adalah kekuatan ekonomi terbesar di planet ini.
Ketika AS-China mesra, maka dunia akan ikut merasakannya. Arus perdagangan, rantai pasok, dan pertumbuhan ekonomi dunia bisa lebih menggeliat. Ini tentu menjadi sentimen positif bagi pelaku pasar.
Sentimen keempat, kali ini dari dalam negeri, adalah rilis data perdagangan internasional oleh Badan Pusat Statistik (BPS) periode November. Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan ekspor tumbuh 2,6% YoY dan impor tumbuh lebih kencang yaitu 8,5% YoY. Sementara neraca perdagangan diramal defisit US$ 990 juta.
Sebagai informasi, pertumbuhan ekspor pada bulan sebelumnya atau Oktober 2018 adalah 3,59% YoY dan impor melesat 23,66% YoY. Ini membuat neraca perdagangan mencatat defisit yang cukup dalam yaitu US$ 1,82 miliar.
Bila neraca perdagangan November benar-benar defisit, maka nasib transaksi berjalan (current account) pada kuartal IV-2018 akan di ujung tanduk. Bisa saja transaksi berjalan kembali mengalami defisit seperti kuartal sebelumnya, yang mencapai 3,37% dari Produk Domestik Bruto (PDB).
Kala transaksi berjalan terancam, maka rupiah pun akan ikut tertekan. Pasalnya, rupiah jadi tidak memiliki modal untuk menguat karena minimnya pasokan valas dari ekspor barang dan jasa. Jadi sepertinya data perdagangan bisa menjadi sentimen yang memberatkan rupiah.
(BERLANJUT KE HALAMAN 5)
(aji/aji)
Saat ini tarif bea masuk yang diterapkan China untuk mobil dan suku cadang asal AS adalah 15%. Sedianya China akan menambah tarif bea masuk menjadi 40% pada 1 Januari. Namun keputusan ini ditunda, seiring gencatan senjata yang disepakati Trump dan Xi.
"China ingin membuat kesepakatan yang komprehensif. Itu bisa terjadi, dan mungkin segera!" cuit Trump di Twitter.
Perdamaian AS-China adalah sesuatu yang sudah lama dinantikan oleh pelaku pasar. Saat keduanya terlibat perang dagang, perekonomian dunia akan terluka karena AS dan China adalah kekuatan ekonomi terbesar di planet ini.
Ketika AS-China mesra, maka dunia akan ikut merasakannya. Arus perdagangan, rantai pasok, dan pertumbuhan ekonomi dunia bisa lebih menggeliat. Ini tentu menjadi sentimen positif bagi pelaku pasar.
Sentimen keempat, kali ini dari dalam negeri, adalah rilis data perdagangan internasional oleh Badan Pusat Statistik (BPS) periode November. Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan ekspor tumbuh 2,6% YoY dan impor tumbuh lebih kencang yaitu 8,5% YoY. Sementara neraca perdagangan diramal defisit US$ 990 juta.
Sebagai informasi, pertumbuhan ekspor pada bulan sebelumnya atau Oktober 2018 adalah 3,59% YoY dan impor melesat 23,66% YoY. Ini membuat neraca perdagangan mencatat defisit yang cukup dalam yaitu US$ 1,82 miliar.
Bila neraca perdagangan November benar-benar defisit, maka nasib transaksi berjalan (current account) pada kuartal IV-2018 akan di ujung tanduk. Bisa saja transaksi berjalan kembali mengalami defisit seperti kuartal sebelumnya, yang mencapai 3,37% dari Produk Domestik Bruto (PDB).
Kala transaksi berjalan terancam, maka rupiah pun akan ikut tertekan. Pasalnya, rupiah jadi tidak memiliki modal untuk menguat karena minimnya pasokan valas dari ekspor barang dan jasa. Jadi sepertinya data perdagangan bisa menjadi sentimen yang memberatkan rupiah.
(BERLANJUT KE HALAMAN 5)
(aji/aji)
Next Page
Simak Agenda dan Data Berikut Ini
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular