UPDATE Polling CNBC Indonesia

Konsensus: Neraca Dagang November Diramal Tekor US$ 990 Juta

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
14 December 2018 15:50
Ekspor Lesu, Impor Melaju
Ilustrasi Peti Kemas (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Kinerja ekspor Indonesia sepertinya belum benar-benar pulih sejak jelang akhir tahun lalu. Sejak Agustus 2017, pertumbuhan ekspor sulit untuk menyentuh kepala 2 secara tahunan. 

Penyebabnya adalah penurunan harga komoditas andalan ekspor Indonesia, misalnya minyak sawit mentah (CPO). Selama November, harga komoditas ini turun 4,85% secara point-to-point. Sedangkan sejak awal tahun, koreksinya mencapai 18,79%. 

 

Sementara dari sisi impor, penguatan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) sedikit banyak berkontribusi terhadap derasnya impor. Selama November, rupiah menguat 5,45% secara point-to-point

Saat rupiah melemah, barang-barang luar negeri menjadi lebih murah. Ini memberi insentif bagi masyarakat dan dunia usaha untuk membeli produk-produk luar negeri mumpung sedang banting harga. Akibatnya, impor melaju kencang pada bulan lalu. 

Bila dilihat sejak awal tahun, rupiah memang melemah 7,41% terhadap greenback. Namun depresiasi rupiah tidak begitu saja bisa menahan laju impor. Pasalnya, ekonomi Indonesia tumbuh lebih baik pada tahun ini. Bank Indonesia (BI) memperkirakan pertumbuhan ekonomi 2018 di kisaran 5,2%, membaik dibandingkan 2017 yaitu 5,07%. 

Bagi Indonesia, pertumbuhan ekonomi yang terakselerasi sama dengan peningkatan impor. Sebab, industri dalam negeri belum bisa memenuhi permintaan yang meningkat, terutama untuk bahan baku dan barang modal. Hasilnya jelas, impor tetap tumbuh kencang meski rupiah terdepresiasi. 

Oleh karena itu, Indonesia punya dua pekerjaan rumah yang besar untuk memperbaiki neraca perdagangan. Intinya adalah menggenjot industrialisasi, sehingga ekspor tidak lagi bergantung kepada komoditas dan menjadi lebih berkualitas. 

Industrialisasi juga mampu mengurangi ketergantungan terhadap impor setiap kali ekonomi tumbuh. Apabila industri dalam negeri mampu memenuhi permintaan yang terus tumbuh, maka kebutuhan untuk impor akan berkurang.

TIM RISET CNBC INDONESIA

(aji/dru)

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular