Newsletter

Awas, Hawa Resesi di AS Makin Terasa!

Hidayat Setiaji & Raditya Hanung & Anthony Kevin, CNBC Indonesia
14 December 2018 05:50
Cermati Sentimen Penggerak Pasar Hari Ini (2)
Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Sentimen keempat datang dari Eropa yaitu hasil rapat bulanan Bank Sentral Uni Eropa (ECB). Mario Draghi dan kolega mempertahankan suku bunga acuan (refinancing rate) di 0%, tidak berubah sejak 2016. ECB juga mengumumkan resmi mengakhiri program stimulus berupa pembelian surat-surat berharga (quantitative easing). 

"Risiko di Eropa masih relatif seimbang. Namun memang ada potensi ke bawah (downside risk) akibat faktor ketegangan geopolitik, proteksionisme, kerentanan di negara-negara berkembang, dan volatilitas di pasar keuangan," kata Draghi dalam jumpa pers usai rapat, mengutip Reuters. 

ECB merevisi ke bawah proyeksi pertumbuhan ekonomi Benua Biru untuk 2018 dan 2019. Tahun ini, ekonomi Eropa diperkirakan tumbuh 1,9% sementara perkiraan sebelumnya adalah 2%. Kemudian untuk 2019, proyeksi pertumbuhan ekonomi direvisi dari 1,8% menjadi 1,7%. 

Meski quantitative easing sudah berakhir, tetapi ECB tetap berusaha memberikan stimulus. Draghi kembali menegaskan suku bunga acuan tidak akan naik setidaknya sampai musim panas (tengah tahun) 2019.  

Mood yang agak gloomy di Eropa bisa-bisa menjadi beban buat pasar keuangan Asia. Ancaman resesi di AS ditambah proyeksi perlambatan ekonomi di Eropa adalah duet maut yang bisa membuat investor meninggalkan aset-aset berisiko di negara berkembang. Jika ini terjadi, maka akan menjadi kabar buruk bagi IHSG, rupiah, dan pasar obligasi domestik. 

Sentimen kelima adalah nilai tukar dolar AS, yang kemungkinan bisa menguat hari ini. Pada pukul 05:17 WIB, Dollar Index (yang mengukur posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) menguat 0,06%. 

Situasi yang sedang muram membuat investor kembali berpaling ke pelukan dolar AS yang berstatus safe haven. Dalam situasi yang tidak menentu, paling aman memang memegang greenback

Apalagi ada rilis data yang positif di AS. Klaim tunjangan pengangguran pada pekan yang berakhir 8 Desember turun 27.000 menjadi 206.000. Lebih rendah ketimbang konsensus pasar yang dihimpun Reuters yaitu 225.000. 

Pasar tenaga kerja AS yang semakin membaik kian membuka pintu bagi The Fed untuk menaikkan suku bunga acuan pada rapat pekan depan. Mengutip CME Fedwatch, probabilitas kenaikan Federal Funds Rate sebesar 25 bps dalam rapat 19 Desember adalah 79,2%. Lebih tinggi dari posisi sepekan lalu yaitu 70,6%. 

Kenaikan suku bunga acuan menjadi obat mujarab bagi keperkasaan dolar AS. Jadi, ada kemungkinan rupiah akan sulit mengulangi prestasi seperti kemarin karena hari ini sepertinya dolar AS akan sulit tertandingi. 

Sentimen keenam adalah harga minyak, yang kini kembali melonjak. Pada pukul 05:17 WIB, harga minyak jenis brent melambung 3,32% sementara light sweet terdongkrak 2,46%. 

Penyebabnya adalah penurunan cadangan minyak AS. Genscape melaporkan cadangan minyak AS di Cushing (Oklahoma) turun hampir 822.000 barel pekan ini. 

Bagi Indonesia, kenaikan harga minyak lebih berdampak buruk ketimbang baik. Sebagai negara net importir migas, kenaikan harga minyak akan membuat biaya impor membengkak sehingga memperdalam defisit transaksi berjalan (current account). Lagi-lagi ini akan menjadi sentimen negatif buat rupiah. 

Banyaknya sentimen negatif yang membanjiri pasar hari ini membuat investor wajib waspada. Sepertinya pasar keuangan Indonesia akan sulit menyamai pencapaian kemarin... 

(BERLANJUT KE HALAMAN 5)

(aji/aji)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular